Share

Pura-pura jadi istri Tuan Muda
Pura-pura jadi istri Tuan Muda
Author: Ria Abdullah

1. insiden

Author: Ria Abdullah
last update Huling Na-update: 2025-04-05 07:23:30

Aku tercenung di kursi ini, berperan sebagai ratu sehari, mengenakan gaun pengantin dengan perhiasan indah yang bertabur berlian mewah. Kaget? iya, aku terdampar dalam pelaminan dan hiruk pikuk pesta ini.

Aku seperti boneka yang dipasang di pelaminan sebagai pajangan, sendiri tanpa mengenal siapa pun dari mereka di antara hiruk-pikuk pesta, musik yang menggema dan canda tawa tamu yang berbahagia.

Dalam hati aku bertanya? Apakah ini sebuah kenyataan atau hanya mimpi satu malam? Hingga kutolehkan wajah menatap pria dengan tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya, dari samping diam diam hati ini bergetar dan mengakui bahwa ia lumayan tampan dan berkharisma, setidaknya ketika kutatap mata elang dengan bingkai bulu mata seperti barisan pedang Arab dan alisnya tebal, raganya terlihat kokoh dan maskulin ditumbuhi bulu-bulu yang cukup membuat siapa saja kuyakin akan menelan ludah.

Sesekali, pria yang tadi siang kusebut suami itu melambai dan tersenyum bahagia terhadap teman-teman yang memberinya isyarat dari jauh dan menggodanya.

Kulirik tangannya yang di sana melingkar cincin pernikahan kami, ada inisial namaku di sana, Nadia Citra . Dan aku juga mengenakan cincin berinisial namanya, Aldian Hariyanto.

"Kamu sesekali tersenyumlah, jangan sampai pernikahan palsu ini justru semakin menunjukkan kepura-puraan kita," ucapnya pelan tanpa menolehku sedikitpun, wanita cantik yang sudah didandani bak boneka untuk menghadapi hari pertama pernikahannya.

"Iya, Pak." Aku menyunggingkan senyum padanya pria yang kutaksir umurnya tak begitu jauh dariku. Sekitar 29 tahun.

"Seperti itu lebih baik." Ia menatapku lalu menoleh tapi tidak membalas senyumku dengan selarik gurat manis dari bibirnya.

Ah, kulkas.

Kucoba menghela napas perlahan sambil menoleh ke arah Ibu yang duduk di sudut ruangan, menepi dari hingar-bingar pesta, wajahnya terlihat khawatir padaku. Kuberikan ia segaris senyum yang mengisyaratkan bahwa aku baik-baik aja tapi wanita tercintaku itu terlihat menggeleng pelan lalu mengusap sudut matanya.

*

"Kok tiba-tiba mau menikah, Nak?"

"Iya, mungkin ini udah waktunya Nadia melepas masa lajang Bu."

"Tapi, ibu baru mengenal pemuda yang kau bawa sebagai calon suami, apakah kau punya maksud tersembunyi menikahi pria asing yang bahkan belum pernah kau ceritakan sekali pun pada Ibu." Seolah tahu isi hatiku, ibu terlihat amat keberatan dan ragu.

"Ibu percayalah, Nadia akan bahagia dan baik baik saja."

"Ibu ragu Nak, kita hanya keluarga miskin dan keluarga Hariyanto ... Siapa yang tidak mengenal mereka pengusaha sawit yang punya perkebunan berhektar-hektar yang memasok 20 persen bahan baku minyak untuk negeri ini, siapa yang ga kenal, Nak?"

"Mungkin itu keberuntunganku, Bu."

"Jangan menggadaikan kebahagiaanmu demi uang," katanya, "Ibu tahu kamu melakukan ini demi mengobati ibu dan biaya sekolah adikmu."

"Aku memang akan melakukan apapun demi Ibu, tapi tenang saja itu bukann alasan aku buru-buru menikah. Aku memutuskan menerima lamaran karena merasa sudah mantap untuk menjadi seorang istri."

"Apa yang kau bangun dengan ketidak jujuran dan kepalsuan tidak akan bertahan lama."

"Cuku doakan Nadia Bu, semoga rumah tangga ini berkah dan bahagia selamanya."

Ibu hanya menghela napasnya pelan, sambil menatap lekat padaku. Ia tahu jika aku sedang berdusta.

"Andai kau menikah dengan pria biasa pilihanmu, yang sungguh kau cintai, mungkin Ibu tak akan sekhawatir ini."

"Percayalah." Aku memeluknya dan mencium tangannya dengan penuh bakti. "Restui aku Bu," pintaku.

Akhirnya, bayangan kemarin ketika meminta restu itu kembali menari di pelupuk mata, dan beginilah akhirnya, aku menjadi pengantin dengan kesepakatan dengan pria yang kini duduk di sampingku.

Kusentuh cincin bermata indah yang melingkar dijari,

"Niat sekali ia membuat pernikahan ini terasa tidak seperti pernikahan settingan." Aku menggumam sendiri hingga beberapa rombongan tamu datang dan menyalami kami.

Melihat penampilan mereka, kurasa mereka adalah sahabat atau rekan bisnis Pak Aldi.

"Hai, Aldi, Ya ampun lu akhirnya nikah bro," sapa sahabatnya yang berkemeja merah.

"Iya, Nih, bro, makasih ya udah datang."

Aku dan dia menyalami beberapa sahabatnya hingga sahabat terakhirnya yang seorang wanita. Ia kini menatap Pak Aldi dengan intens, mata coklatnya menyiratkan sebuah perasaan sedih dan seolah berat melepaskan.

"Selamat ya, Al."

"Iya, makasih."

Sentuhan tangan mereka, cara saling memandang, seperti menyimpan sebuah rahasia yang kini menjadi sebuah pertanyaan dalam benakku.

"Apakah dia ini mantan kekasihnya?"

Ah, kutepis perasaan aneh, itu . Toh, jika benar mantannya, atau kekasihnya sekalipun, tidak ada hubungannya sama sekali denganku. Tugasku hanya menjadi istri dan bersikap selayaknya istri, sisanya bukan urusanku.

Kenapa begitu? Kami hanya pura-pura menikah, dan pura pura bahagia.

Untuk apa? Aku tak bertanya lebih banyak tujuan pria dingin di sampingku ini. Menatap matanya yang tajam dan kaku itu saja membuatku malas untuk tahu, apalagi bersikap sok akrab. Lalu tujuanku? Uang, apalagi yang bisa kulakukan untuk membiayai perawatan ibu. Gajiku sebagai SPG di sebuah showroom ponsel tidak mencukupi pengobatan ibu yang mengalami sakit ginjal.

Biaya cuci darah perminggu saja sudah cukup membuatku menahan diri untuk menikmati hidup, hanya bisa menikmati mie instan tiap hari. Meski penampilanku modis dan wajah yang bersih natural, mereka tidak tahu bahwa baju yang kupadu-padankan itu hanya baju bekas yang kudaur ulang.

Lalu perhiasan dan tas? Semuanya tiruan dan kreditan.

Tidak usah tertawa, hidup di kota besar dan di tengah persaingan yang ketat, aku harus memutar otak agar bisa diterima bekerja dan bertahan.

Kisah hidup yang miris, iya. Aku terlihat bahagia dan baik-baik saja padahal di dalam sana, hati ini hancur dan rapuh, ditambah kepergian ayah yang tiba-tiba kecelakaan sewaktu aku masih duduk di bangku kelas 9 membuat kami harus banting tulang untuk menata hidup mandiri dan bertahan.

Ah, air mataku meleleh mengenang itu, tapi segera kuhapus agar tak menjadi perhatian tamu dan keluarga Pak Aldi.

*

"Saya mau nawarin kamu pekerjaan," katanya ketika kutemui dia di kantornya, satu hari setelah pertemuan kami di showroom tempat aku bekerja.

Tanpa sengaja aku menabraknya dan menjatuhkan iPhone 12 pro yang baru saja dia beli sehingga benda itu rusak. Berkali-kali aku minta maaf bahkan sampai menangis karena khawatir tak akan mampu membayar ponsel seharga hampir 30 juta itu.

Pria itu terlihat murka tapi tidak mengatakan sepatah kata hingga ia menyuruhku untuk menemuinya di kantor yang tertera di kartu nama miliknya. PT. Indo Palm raya, nama perusahaan yang membuatku menelan ludah, apalagi ketika kubaca posisinya adalah Director of finance.

Oh Ibu ....

Jadi, siang itu aku telah duduk berhadapan dengannya. Masib gugup dada ini ketika pandangan kami bersitatap dan tanpa banyak bicara ia langsung menyuruhku duduk.

"Pekerjaan apa Pak?"

"Sedikit butuh waktu dan beresiko, Tapi saja jamin gajinya lumayan besar, cukup untuk menutupi semua kesulitammu," katany penuh misteri.

"Maaf, tapi, Anda tahu dari mana saya oranh susah dan lagi butuh uang, Pak?"

"Bukan hal yang sulit, katakan saya, kau mau atau tidak?"

"Pekerjaannya apa?"

"Jadi istri saya."

Aku terkesiap mendengarnya. Terlihat seperti pelecehan padaku dan terkesan main main saja.

"Aku tahu kamu ragu, tapi dengan gaji 40 juta sebulan, kamu tidak tertarik?" Ia mengangkat alisnya sebelah.

Tenggorokanku mendadak kering mendengarnya.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Kaugnay na kabanata

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   2. bagaimana bisa

    "Bagaimana tertarik?"Ulangnya."Kenapa harus saya, padahal, kan bisa menyewa model atau wanita yang lebih cantik.""Aku bisa melakukan itu, tapi terlihat tidak masuk akal, dengan gadis biasa golongan menengah lebih natural bagiku.""Apa? Dia Ia menyebutku golongan menengah? Meski itu kenyataan, tapi rasanya kok nyeri ya?" Aku membatin."Berapa lama?""Sampai aku tidak membutuhkanmu," jawabnya."Bagaimana kalo saya menolak?""Aku yakin kamu tidak akan rugi, hidupmu akan bergelimpangan kemewahan, dan derajatku menanjak seketika.","Percuma itu hanya sementara, lagipula kalo sampai ketahuan, maka rumor akan beredar dan menjadi skandal yang tidak akan baik untuk Anda dan perusahaan Anda.""Aku punya tim humas yang akan mengendalikan semua berita yang beredar.""Intinya tujuan anda apa? Demi meluluskan permintaan orang tua atau ada hal lain.""Aku tak bisa menjelaskan, tapi jika kau setuju akan kulit berkas kontrak yang bisa kau pelajari.""Bagaimana jika perjanjian kerja lebih banyak me

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   3. acara

    Setelah acara pesta berakhir aku diarahkan oleh beberapa asisten keluarga Pak Aldian untuk meninggalkan ballroom, menuju kamar suite yang sudah dipesan khusus untuk pengantin.Ketika pintu kamar terbuka, aku sangat kagum sampai membulatkan mata melihat betapa mewahnya kamar yang disediakan untuk kami di hotel berbintang lima ini. Ranjang dengan ukuran king size yang bertabur bunga, selimut yang dibentuk seperti ornamen dua angsa yang saling berhadapan dan cahaya yang dibuat temaram dengan wangi yang sangat menyenangkan."Silakan masuk Nyonya, Pak Aldian akan datang beberapa saat lagi," ujar asisten tersebut dengan ramah ia yang membantuku mengangkat ekor gaunku lalu mendudukkanku di pinggir ranjang. "Apakah anda ingin mengganti pakaian sekarang nyonya?""Tidak usah, aku akan mengganti sendiri nanti," balasku.Sebenarnya aku bimbang apakah aku harus mengganti pakaian sekarang atau masih akan menggunakannya? karena saat ini aku adalah seorang pengantin.Aku bangkit menyibak tirai je

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   4. pulang

    Tatkala kubuka mata, terbangun dari lelap tidurku di hari pertama menjadi seorang istri, kudapati ranjang pengantin kami telah sepi kuraba kasur dan bantal bantal sambil mengusap wajah berkali-kali mengumpulkan nyawa dan kesadaranku."Kau sudah bangun?" tanya atasanku itu yang juga suamiku ia terlihat telah mandi dan mengenakan kemeja dan sedang membenahi kancingnya."Iya," jawabku pelan."Apakah semalam tidurmu nyenyak?""Iya," balasku."Sarapan akan dibawakan petugas hotel bangunlah bergegaslah karena kita harus pulang ke rumah.""Ke rumah siapa?" Aku tahu pertanyaanku pertanyaan bodoh.Dia menatapku sekilas lalu berkata, "tujuannya sudah jelas."Mestinya pagi-pagi ini aku mendapatkan suntikan mood dan semangat yang bagus tapi menjumpai si Es balok yang dingin membuatku hanya mampu membuang napas kasar ah, sudahlah.Pukul 9 pagi kami berdua hendak check out dari hotel berbintang 5 yang menjadi saksi malam pengantin bisu kami.Kemudian kami berjalan bersisian menyusuri koridor hotel

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   5.

    "Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan "Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku."Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini.""Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang.""Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari."Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan."Settingan 'kan?" Balasku hati hati.Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan di

    Huling Na-update : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   6

    Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub."Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?" Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut."Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.Karena saking nyamannya aku menyedihk

    Huling Na-update : 2025-04-09
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   7

    Pukul 9 malam Mas Aldi pulang aku menyadari kehadirannya karena saat itu memang aku belum tertidur."Kau sudah tidur?" tanyanya yang sedang meletakkan dua kantong plastik di atas meja."Aku tidak menjawabnya sama sekali.""Kalau belum tidur bangunlah dan makan martabak yang aku bawakan untukmu, aku juga bawakan nasi goreng spesial."Aku sudah makan tadi." Tanpa sengaja Aku menjawab ucapannya di balik selimutSejenak ia tertawa lalu kemudian duduk di meja kerja dan membuka komputernya."Jangan bohong, nanti kau lapar.""Aku bilang aku sudah makan.""Tapi si Bibi mengatakan kalau kau belum makan dan tidak turun sama sekali ke bawah, apa yang terjadi?""Aku sedang tidak mood untuk turun ke mana-mana," jawabku."Kamu adalah pengantin di rumah ini dan seharusnya kau membaur dengan mertua dan kedua iparmu," ujarnya sambil menekuni layar laptopnya."Oh ya, aku belum bertemu dengan mereka.""Itu adikku memang sibuk dan hanya berada di rumah di akhir pekan.""Apa yang mereka lakukan?""Merek

    Huling Na-update : 2025-04-09

Pinakabagong kabanata

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   7

    Pukul 9 malam Mas Aldi pulang aku menyadari kehadirannya karena saat itu memang aku belum tertidur."Kau sudah tidur?" tanyanya yang sedang meletakkan dua kantong plastik di atas meja."Aku tidak menjawabnya sama sekali.""Kalau belum tidur bangunlah dan makan martabak yang aku bawakan untukmu, aku juga bawakan nasi goreng spesial."Aku sudah makan tadi." Tanpa sengaja Aku menjawab ucapannya di balik selimutSejenak ia tertawa lalu kemudian duduk di meja kerja dan membuka komputernya."Jangan bohong, nanti kau lapar.""Aku bilang aku sudah makan.""Tapi si Bibi mengatakan kalau kau belum makan dan tidak turun sama sekali ke bawah, apa yang terjadi?""Aku sedang tidak mood untuk turun ke mana-mana," jawabku."Kamu adalah pengantin di rumah ini dan seharusnya kau membaur dengan mertua dan kedua iparmu," ujarnya sambil menekuni layar laptopnya."Oh ya, aku belum bertemu dengan mereka.""Itu adikku memang sibuk dan hanya berada di rumah di akhir pekan.""Apa yang mereka lakukan?""Merek

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   6

    Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub."Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?" Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut."Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.Karena saking nyamannya aku menyedihk

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   5.

    "Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan "Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku."Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini.""Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang.""Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari."Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan."Settingan 'kan?" Balasku hati hati.Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan di

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   4. pulang

    Tatkala kubuka mata, terbangun dari lelap tidurku di hari pertama menjadi seorang istri, kudapati ranjang pengantin kami telah sepi kuraba kasur dan bantal bantal sambil mengusap wajah berkali-kali mengumpulkan nyawa dan kesadaranku."Kau sudah bangun?" tanya atasanku itu yang juga suamiku ia terlihat telah mandi dan mengenakan kemeja dan sedang membenahi kancingnya."Iya," jawabku pelan."Apakah semalam tidurmu nyenyak?""Iya," balasku."Sarapan akan dibawakan petugas hotel bangunlah bergegaslah karena kita harus pulang ke rumah.""Ke rumah siapa?" Aku tahu pertanyaanku pertanyaan bodoh.Dia menatapku sekilas lalu berkata, "tujuannya sudah jelas."Mestinya pagi-pagi ini aku mendapatkan suntikan mood dan semangat yang bagus tapi menjumpai si Es balok yang dingin membuatku hanya mampu membuang napas kasar ah, sudahlah.Pukul 9 pagi kami berdua hendak check out dari hotel berbintang 5 yang menjadi saksi malam pengantin bisu kami.Kemudian kami berjalan bersisian menyusuri koridor hotel

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   3. acara

    Setelah acara pesta berakhir aku diarahkan oleh beberapa asisten keluarga Pak Aldian untuk meninggalkan ballroom, menuju kamar suite yang sudah dipesan khusus untuk pengantin.Ketika pintu kamar terbuka, aku sangat kagum sampai membulatkan mata melihat betapa mewahnya kamar yang disediakan untuk kami di hotel berbintang lima ini. Ranjang dengan ukuran king size yang bertabur bunga, selimut yang dibentuk seperti ornamen dua angsa yang saling berhadapan dan cahaya yang dibuat temaram dengan wangi yang sangat menyenangkan."Silakan masuk Nyonya, Pak Aldian akan datang beberapa saat lagi," ujar asisten tersebut dengan ramah ia yang membantuku mengangkat ekor gaunku lalu mendudukkanku di pinggir ranjang. "Apakah anda ingin mengganti pakaian sekarang nyonya?""Tidak usah, aku akan mengganti sendiri nanti," balasku.Sebenarnya aku bimbang apakah aku harus mengganti pakaian sekarang atau masih akan menggunakannya? karena saat ini aku adalah seorang pengantin.Aku bangkit menyibak tirai je

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   2. bagaimana bisa

    "Bagaimana tertarik?"Ulangnya."Kenapa harus saya, padahal, kan bisa menyewa model atau wanita yang lebih cantik.""Aku bisa melakukan itu, tapi terlihat tidak masuk akal, dengan gadis biasa golongan menengah lebih natural bagiku.""Apa? Dia Ia menyebutku golongan menengah? Meski itu kenyataan, tapi rasanya kok nyeri ya?" Aku membatin."Berapa lama?""Sampai aku tidak membutuhkanmu," jawabnya."Bagaimana kalo saya menolak?""Aku yakin kamu tidak akan rugi, hidupmu akan bergelimpangan kemewahan, dan derajatku menanjak seketika.","Percuma itu hanya sementara, lagipula kalo sampai ketahuan, maka rumor akan beredar dan menjadi skandal yang tidak akan baik untuk Anda dan perusahaan Anda.""Aku punya tim humas yang akan mengendalikan semua berita yang beredar.""Intinya tujuan anda apa? Demi meluluskan permintaan orang tua atau ada hal lain.""Aku tak bisa menjelaskan, tapi jika kau setuju akan kulit berkas kontrak yang bisa kau pelajari.""Bagaimana jika perjanjian kerja lebih banyak me

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   1. insiden

    Aku tercenung di kursi ini, berperan sebagai ratu sehari, mengenakan gaun pengantin dengan perhiasan indah yang bertabur berlian mewah. Kaget? iya, aku terdampar dalam pelaminan dan hiruk pikuk pesta ini.Aku seperti boneka yang dipasang di pelaminan sebagai pajangan, sendiri tanpa mengenal siapa pun dari mereka di antara hiruk-pikuk pesta, musik yang menggema dan canda tawa tamu yang berbahagia.Dalam hati aku bertanya? Apakah ini sebuah kenyataan atau hanya mimpi satu malam? Hingga kutolehkan wajah menatap pria dengan tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya, dari samping diam diam hati ini bergetar dan mengakui bahwa ia lumayan tampan dan berkharisma, setidaknya ketika kutatap mata elang dengan bingkai bulu mata seperti barisan pedang Arab dan alisnya tebal, raganya terlihat kokoh dan maskulin ditumbuhi bulu-bulu yang cukup membuat siapa saja kuyakin akan menelan ludah.Sesekali, pria yang tadi siang kusebut suami itu melambai dan tersenyum bahagia terhadap teman-teman yang memberi

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status