Share

4. pulang

Penulis: Ria Abdullah
last update Terakhir Diperbarui: 2025-04-05 07:25:50

Tatkala kubuka mata, terbangun dari lelap tidurku di hari pertama menjadi seorang istri, kudapati ranjang pengantin kami telah sepi kuraba kasur dan bantal bantal sambil mengusap wajah berkali-kali mengumpulkan nyawa dan kesadaranku.

"Kau sudah bangun?" tanya atasanku itu yang juga suamiku ia terlihat telah mandi dan mengenakan kemeja dan sedang membenahi kancingnya.

"Iya," jawabku pelan.

"Apakah semalam tidurmu nyenyak?"

"Iya," balasku.

"Sarapan akan dibawakan petugas hotel bangunlah bergegaslah karena kita harus pulang ke rumah."

"Ke rumah siapa?" Aku tahu pertanyaanku pertanyaan bodoh.

Dia menatapku sekilas lalu berkata, "tujuannya sudah jelas."

Mestinya pagi-pagi ini aku mendapatkan suntikan mood dan semangat yang bagus tapi menjumpai si Es balok yang dingin membuatku hanya mampu membuang napas kasar

ah, sudahlah.

Pukul 9 pagi kami berdua hendak check out dari hotel berbintang 5 yang menjadi saksi malam pengantin bisu kami.

Kemudian kami berjalan bersisian menyusuri koridor hotel memasuki lift tanpa banyak bicara. Lalu, setelah sampai di lantai dasar kami langsung menuju lobi utama untuk menunggu mobil jemputan.

Tak lama kemudian sebuah mobil Mercedes berwarna putih berhenti di depan pintu utama lalu Mas Aldi memberi isyarat agar aku segera masuk mengikuti langkahnya.

Setelah memasuki mobil dan perlahan kendaraan itu meluncur, timbul ide aku ingin bertanya kepadanya, kemana kiranya ia akan membawaku pulang.

"Rumah Mas Aldi ada di mana?"

Dia menatapku sekilas karena aku sudah mengganti gaya panggilanku dari Pak menjadi Mas.

"Kamu ikuti saja."

"Bagaimana dengan keluarga Mas Aldy bagaimana jika nanti bertanya banyak hal tentang kenal di mana? tentang pertemuan pertama kita? apa yang harus aku jawab?"

"Katakan saja kau lupa."

"Ya ampun, tentu saja tidak semudah itu,"

batinku.

"Kebiasaan orang tua Mas ... setidaknya aku harus tahu semua itu, karena posisinya sekarang aku adalah menantu, yang pastinya mereka pasti akan minta bantuan minta sesuatu dan banyak hal, Aku juga ingin ketika mereka bertanya jawaban kita seragam. Aku juga ingin tahu apa yang mereka sukai dan tidak sukai."

"Tidak ada. Orang tuaku hanya menyukai kopi susu dan sarapan ala western di pagi hari mereka jarang makan nasi dan tidak banyak bicara."

"Oh, begitu ...."

Sepertinya aku akan sulit berada di rumah itu Karena mungkin kultur dan kebiasaannya kami berbeda. Adalah sebuah tantangan sendiri menghadapi keluarga yang pendiam dan aku merasa ini benar-benar akan kesulitan

"Kenapa kau tercenung?" tanyanya kemudian

"Saya pikir tugas kali ini yang sangat berat."

"Setara dengan gajinya." Ia menggumam cuek.

"Jadi pernikahan kita hanya untuk menuntaskan tuntutan orang tua Mas Aldi agar Mas Aldi segera menikah?"

"Sebagiannya itu."

"Apa ... ada sebagian yang lain?" aku mengernyit.

"Iya ada tujuan utama yang lain," ungkapnya pelan.

"Apa itu?"

"Haruskah aku memberitahumu?" Ia terlihat gusar sambil memelototkan mata.

"Mungkin dengan memberitahuku, tugasku bisa lebih maksimal."

"Balas dendam."

"Pada siapa?"

"Itu privasiku! kau ikuti saja apa yang aku suruh dan lakukan tugasmu, jadi istri yang baik dan paripurna."

Ya elah, ngegas.

Sesampainya di sebuah bangunan yang cukup megah dengan eksterior bergaya Italia mobil berhenti, menurunkan kami tepat di depan pintu utama.

Kami turun dan seorang pembantu membukakan pintu dan membiarkan kami masuk.

"Selamat datang Nyonya," sapa pelayan itu.

"Terima kasih,", ucapku yang tak kalah memberikan senyum lebar.

"Halo ... assalamualaikum ada orang di rumah?" suara Mas Aldi menggema di dalam rumah mewah tersebut namun tidak ada satupun jawaban.

"Masuk," ajaknya sambil memberi isyarat.

"Iya baik."

Kujejakkan kaki pertama kalinya dan mataku langsung terpana pada kemewahan rumah itu. Aku terpesona pada keindahan tata ruang furniture dan aksesorisnya.

"Benar-benar rumah orang kaya," gumamku.

Kami memasuki ruang keluarga yang terhubung ke ruang makan, tempat Itu tidak dibatasi oleh penyekat apapun, berhadapan dengan lemari kaca ukuran besar yang berisi keramik dan guci guci antik seukuran tubuhku.

Dibagian kanan ada tangga dengan bentuk memutar dengan cat warna emas dan lampu gantung warna senada.

"Wah luas sekali ruangannya."

"Ya," ucapnya.

"Kamarku ada dimana?"

"Di lantai atas," tunjuknya.

"Saya tidur sendiri kan?"

"Pertanyaan bodoh," gumamnya, "mana mungkin suami istri tidur terpisah-pisah,' sungutnya sesaat dia melangkah menuju lantai dua dan aku mengikutinya.

"Mama ... papa ... menantu kalian sudah datang," serunya kepada orang tuanya.

Sesampainya di lantai dua aku kembali terpana melihat kemewahan interior ruangan yang kusumsikan mungkin adalah tempat menonton TV keluarga, karena ukuran tv layar datar tersebut sangat besar seukuran ranjangku di rumah.

Lampu-lampu diset dengan pencahayaan yang romantis dan di sebelah kanan ruang keluarga ada mini bar yang di belakangnya ada lemari kaca yang berisi minuman dan wine mahal tersusun rapi.

Tak lama kemudian pintu kamar terbuka dan kedua orang tua Mas Aldi keluar dari kamar mereka. Mertuaku yang laki-laki mengenakan kacamata sedangkan yang wanita mengenakan celana pendek selutut dan baju kaos, mengenakan sandal bulu khusus di dalam rumah, senyumnya manis dengan potongan rambut pendek, ia menghampiriku dan mengisyaratkan agar aku duduk di kursi panjang itu.

"Silakan duduk," katanya tersenyum.

"Maaf, agak mendadak pernikahan kalian sehingga kita belum sempat bertemu dan berkenalan lebih dekat."

"Iya Tante."

"Seperti inilah rumah kami hanya rumah sederhana, Aldi punya dua adik perempuan Rena dan Alicia, nanti kau bisa berkenalan dengan mereka sepulang mereka dari kuliah."

"Iya tante akan senang berkenalan dengan mereka," jawabku lirih.

"Oh ya, kamar kamu di atas sudah disiapkan oleh pembantu kami, jadi kau bisa naik dan beristirahat bersama suamimu."

"Baiklah, terima kasih Tante."

Aku agak tertegun dengan respon dari keluarga bosku ini, kupikir tadinya akan ada tatapan sinis atau ucapan yang menghina kepadaku istri yang notabene dari keluarga miskin.

Namun, ia terlihat biasa-biasa saja tidak terlihat bahagia ataupun tidak suka terlebih lagi ekspresi mertuaku yang laki-laki dia memilih tenggelam sibuk di layar ponsel tanpa menanggapi sedikitpun percakapan kami.

Cuek sekali.

"Silakan minum kopinya?" Ucap ibu mertua ketika seorang pelayan mengantarkan dua cangkir kopi manis dan 2 piring kudapan yang terlihat sangat menggoda dan lezat seperti kudapan di kafe-kafe mewah.

"Terimakasih, Tante," jawabku sambil mengangkat cangkir kopi dan mengarahkannya ke bibirku untuk mengesap aromanya yang tercium di hidungku begitu menggoda sekali.

Aku juga melihat ibu mertua dan ayah mertuaku mengangkat cangkir mereka namun ketika memandangku mereka menjadi saling pandang terlihat seperti ada yang aneh

Kucicipi kopi mocca yang sangat kental dan creamy itu, namun sialnya kopi itu sangat pahit sementara aku sangat tidak menyukai makanan pahit, inginku lepehkan tapi malu dan sungkan di depan orang tua dan suami kontrakku.

"Apakah manis sekali?" tanya ibu mertua sambil tersenyum.

Aku menggeleng pelan dengan ekspresi yang sangat menderita, mereka tertawa sekeluarga.

"Gimana nggak pahit itu gulanya aja belum dicampurkan." ibu mertua melirik bungkusan yang berbentuk batangan batangan bundar yang ternyata adalah gula.

Omaigod! Malunya.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   5.

    "Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan "Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku."Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini.""Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang.""Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari."Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan."Settingan 'kan?" Balasku hati hati.Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan di

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   6

    Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub."Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?" Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut."Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.Karena saking nyamannya aku menyedihk

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   7

    Pukul 9 malam Mas Aldi pulang aku menyadari kehadirannya karena saat itu memang aku belum tertidur."Kau sudah tidur?" tanyanya yang sedang meletakkan dua kantong plastik di atas meja."Aku tidak menjawabnya sama sekali.""Kalau belum tidur bangunlah dan makan martabak yang aku bawakan untukmu, aku juga bawakan nasi goreng spesial."Aku sudah makan tadi." Tanpa sengaja Aku menjawab ucapannya di balik selimutSejenak ia tertawa lalu kemudian duduk di meja kerja dan membuka komputernya."Jangan bohong, nanti kau lapar.""Aku bilang aku sudah makan.""Tapi si Bibi mengatakan kalau kau belum makan dan tidak turun sama sekali ke bawah, apa yang terjadi?""Aku sedang tidak mood untuk turun ke mana-mana," jawabku."Kamu adalah pengantin di rumah ini dan seharusnya kau membaur dengan mertua dan kedua iparmu," ujarnya sambil menekuni layar laptopnya."Oh ya, aku belum bertemu dengan mereka.""Itu adikku memang sibuk dan hanya berada di rumah di akhir pekan.""Apa yang mereka lakukan?""Merek

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-09
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   8

    Aku terbangun ketika matahari bersinar sangat cerah, saat aku membuka mata aroma kopi menguar menyentuh penciumanku, di meja tak jauh dari pembaringanku aneka roti sarapan telah dibawakan pelayan.Aku kagum dengan gaya hidup orang kaya, bangun tidur pun mereka langsung menikmati sarapannya, tanpa berpikir harus mencari uang dari mana untuk membeli bahan makanan lalu menyiapkan, luar biasa!"Kamu sudah bangun?"Suamiku datang menghampiri Ia terlihat segar seusai mandi, masih mengenakan handuk model kimono melilit tubuhnya yang atletis. Ya Tuhan, gairahku tumbuh melihat wajah seksi itu basah oleh titik titik air.Astaga, pikiranku jalan jalan lagi.Ia menggeser pintu lemari, mengeluarkan pakaiannya, lalu sesaat kemudian handuk yang ia pakai ditanggalkannya, tentu saja melihat itu aku terpekik, tidak kuduga sebelumnya, jika suamiku yang berwajah tampan, dengan rambut basah dan dada bidangnya yang berotot menambah pesona dan keseksiannya berani melepas handuk di hadapanku."Hei, ada

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-10
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   9

    kutatap pantulan diriku di kaca yang terlihat sangat berbeda dari sebelumnya, yang aku gunakan dari atas ke bawah, dari ujung kaki hingga ujung kepala outfit yang mahal dengan harga selangit. Ketika aku yang hanya sales show room ponsel biasa tiba-tiba menjadi seorang nyonya yang terlihat elegan dan berubah total."Nadia cepat turun mobil jemputan sudah datang," panggil ibu mertua dari bawah sana."Ya Nyonya," jawabku langsung mengambil tas dan segera mengenakan sepatu lalu menutup pintu kamar dan turun ke bawah."Jangan panggil nyonya lagi kau adalah menantu rumah ini tidak akan enak didengar orang lain seperti itu," katanya dengan nada serius."Iya Mama, Maaf aku lupa.""Di perusahaan nanti tidak perlu banyak bicara jika mereka bertanya tentang latar belakang mu, katakan saja kalau lulusan universitas dari Kanada dan orang tuamu adalah pengusaha batubara.'"Tapi jika mereka bertanya lebih lanjut bagaimana Mama?""Ada tim humas perusahaan kami yang akan selalu mendampingi kamu sebag

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-15
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   10

    "kok cemberut aja?""Gak ada."Jawabku yang entah pagi-pagi ini merasa badmood."Kalau kamu ingin sarapan kamu tinggal pesan apa yang kamu inginkan, pembantu akan belikan, ataukah pengen jalan-jalan supir akan mengantar ke mana kau pergi," tawarnya.Aku hanya membuang nafas kasar sampai membalikkan badan lalu memeluk guling."Mestinya kau siapkan aku sarapan, karena posisimu adalah istriku.""Aduh Pak direktur anda punya banyak pembantu yang bisa siapkan makanan apapun yang anda inginkan, iya kan?" "Seingatku kau bekerja untukku," sanggahnya.Oh iya, aku lupa Aku adalah bawahannya, jadi dengan beringsut malas-malas aku turun dari ranjang dan pergi menyiapkan suamiku sarapan.Ah, suami, dia bukan suami, dia hanya orang yang kebetulan mengikatku dalam ikatan pernikahan, mana ada cinta atau hubungan selayaknya suami dan istri. Konyol!Kuedarkan pandangan ke seluruh sudut rumah ini lalu kembali menerawang, andai seseorang jadi menantu rumah ini dan mendapatkan cinta dari semua penghuni

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   11

    Setelah beberapa jam duduk sendiri sambil menguras air mata, aku bangkit dan menurunkan koper yang ada di atas lemari, membuka resleting dan sekali lagi menghela napas panjang lalu memilih pakaian yang akan kubawa dari dalam lemari.Leih baik aku pergi daripada aku terhina di dalam rumah sendiri. Diabaikan dan diperlakukan seperti manusia yang tidak layak dihargai.Meski aku tahu, aku tidak punya tujuan dan uang, tidak tahu harus melangkah dan pergi ke mana, tapi aku harus menguatkan hati, toh, bertahan di sini sama dengan membunuh diri.Memangnya siapa yang bisa tahan, suaminya direbut dan bermesraan di depan mata, sementara mertua yang harusnya bersikap netral atau mengingatkan anaknya malah menyudutkan posisiku sebagai wanita dan menantu?"Ah, ya Allah, mengapa begini sekali takdirku?"Entah akan bagaimana masa depan rumah tangga kami, tadinya aku masih bisa berharap untuk membuka hati dan kesadaran Mas Arya, tapi, apa daya. Ibu mertua lebih berkuasa dan mendominasi anaknya. Lagip

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-16
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   12

    "Kamu harus lebih sering keluar kota sekarang, karena harus bertemu klien dan mengurus semua bisnis kita," ucap ayah Mas Aldi ketika kami sedang berkumpul di meja makan untuk makan malam."Iya Pa, aku ngerti," jawab Mas Aldi santai menyendokkan makanannya.Ada yang mengherankan di keluarga ini ketika keluarga lain bercengkerama dan penuh canda tawa di meja makan, mereka sebaliknya, hanya diam dan seolah tenggelam di dunianya sendiri.Mereka terdiam seribu bahasa dan tidak ada seorang anak pun yang berinisiatif memulai percakapan dan menceritakan kegiatan harinya dengan orang tua ataupun orangtua dengan lembut memberi wejangan terbaik kepada anak-anak mereka.Keluarga yang aneh."Ajaklah istrimu sekalian menghabiskan bulan madu kalian," suruh Papa mertua."Enggak penting Pa, aku akan pergi menemui klien lalu di segera kembali ke sini," jawabnya."Berlibur di villa keluarga kita akan menyenangkan untuk istrimu, Aku tidak ingin hubungan kalian kaku."unsur ayah mertua sangat bagus dan

    Terakhir Diperbarui : 2025-04-21

Bab terbaru

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   22

    Aku naik ke lantai dua di mana kamar tidur kami berada, berjalan bersisian dengan pria yang terus mengulum senyum di bibirnya. Sedang aku masih merasa ta nyaman berdekatan dengannya.Dia menyentuhkan ujung tangannya ke punggung tanganku lalu tanpa bicara ia menggenggamnya dan mengajakku menyusuri koridor hingga terbuka pintu kamar. Jika ia semua sikap manis ini ia lakukan dari awal tentu aku akan merasa sangat diistimewakan, tapi sekarang hatiku hampa dan segala yang terjadi saat ini terasa hambar."Masuklah," ujarnya sambil membukakan pintu.Aku tak menjawab, hanya menatap wajahnya sekilas lalu masuk tanpa banyak bicara."Aku harap kau senang," ujarnya yang mengambil tempat duduk bersisian denganku."Aku akan lihat, apa aku senang atau tidak setelah ini.""Aku akan berusaha membuatm betah," balasnya sambil menyentuh jemariku."Lepaskan tanganku, aku masih butuh waktu untuk membuka hati padamu.""Aku harap itu tidak lama. Satu langkah lagi, aku akan merebut hatimu dan kita akan habis

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   21

    Mobil berjalan dengan kecepatan sedang, sementara aku hanya membisu menatap nyalang pada gedung di sisi kiri jalan. Pria yang duduk mengemudi di sampingku terus tersenyum dan sesekali bersiul mengikuti irama lagunyang diputar di media player mobilnya."Nadia? kamu mau makan apa? Kita mampir beli makanan ya," tawarnya."Tidak usah, aku hanya ingin kembali ke tempat ibu," jawabku dingin."Aku sudah beritahu ibu bahwa aku akan mengajakmu pulang.""Tapi, ibu sedang sakit dan sendirian," jawabku."Aku 'kan sudah bilang bahwa aku akan membawa ibumu beserta dengan kita, aku sudah beli rumah baru dan kita akan habiskan waktu di sana," ujarnya dengan senyum paling memukau."Kapan?""Sekarang juga," balasnya. "Tapi kenapa kau tidak tersenyum, Nadia? kau tidak suka?"Aku hanya diam saja, memutar bola mata dengan malas dan tak hendak menanggapi ucapannya."Kau masih marah pada suamimu?" tanya sambil mencolek punggung tanganku."Iya, tentu saja. Kau melenggang santai dengan wanita lain sedang kau

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   20

    Sepanjang bekerja siang ini aku terus gelisah dan tidak bisa fokus. Aku cemas Mas Aldi dan Mas Rizal akan datang bersamaan untuk menjemputku dan seperti biasa mereka akan bertengkar untuk berebut siapa yang paling berhak mengantarku pulang.Konflik antara dua orang sahabat yang merupakan rekan kerja, bos dan asisten mereka saling bermusuhan gara-gara wanita yang mereka sukai. Namun, ah, terlalu percaya diri jika aku menyebut diriku sebagai wanita rebutan mereka.Jadi jika Mas Rizal tidak menyukaiku lantas Apa maksud dari sikap baiknya selama ini, Apakah hanya sebuah rasa kasihan atau ingin berteman? Tapi jika dia hanya ingin berteman, mengapa harus berteman denganku garis dari kelas bawah dan merupakan mantan istri dari bosnya. Bukan! aku bukan mantan istri, tapi masih istri sah dari Mas Aldi.*Sore hari,Kubereskan semua pekerjaanku,dan bergegas berpamitan kepada teman-teman dan bos lalu mengambil tas dan bersegera untuk pergi dari tempat itu.Aku berencana untuk pulang lebih cepa

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   19

    Keesokan hari setelah mentari bersinar begitu cerah, aku telah menyelesaikan semua tugas rumah dan menyiapkan sarapan untuk ibu lalu bergegas mengganti pakaian dan berangkat kerja.Ketika hendak keluar dari gang menuju jalan utama, tiba-tiba aku terkesiap karena mendapati Mas Aldi sudah duduk santai di kap mobilnya mengenakan setelan lengkap serta kacamata hitam. Dia terlihat begitu tampan dan menggetarkan hatiku, namun seketika, getaran itu kutepis karena percuma saja, aku tetap tidak akan cocok untuknya.Sengaja aku langsung berjalan tanpa memperdulikan dirinya. Dengan langkah dan wajah acuh, kulewati saja dirinya."Eh, tunggu, Nadia, biar aku yang mengantarmu pergi kerja," ujarnya sambil menyunggingkan senyum termanis."Enggak usah, aku akan jalan kaki, sebaiknya Mas berangkat kerja saja, nanti telat.""Yang jadi direkturnya 'kan aku, jadi kapan pun masuk ga masalah," jawabnya santai."Oh, ya? baiklah, kalo begitu." Aku melangkah pergi namun ia kembali menarik lenganku."Maaf, Mas

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   18

    "Apa?" Aku terbelalak tidak percaya mendengar ucapannya barusan."Iya, aku ... tidak mau berpisah," tegasnya."Kenapa kau menyuruhku pergi?""Aku pikir aku bisa hidup tanpamu tapi ternyata ... tidak." Nada suaranya melemah.Dia berdiri dengan tatapan nanar namun dia tak menatapku melainkan menatap kepada aspal jalan. Tetap saja, meski dia berteriak tidak ingin berpisah namun aku tidak mengerti mengapa dia menahanku dan tidak mau berpisah denganku.Tidak bisakah dia jujur apa sebenarnya maksud dan tujuannya?"Maaf ... aku mau pergi Mas, aku lelah dan mau pulang," ujarku sambil beranjak.Namun dengan gigihnya dia kembali menarik lenganku dan berusaha menahanku."Lepaskan aku, kau memaksaku menikahimu, aku menuruti dan berusaha menjadi istri yang baik, meski berkali-kali kau mengingatkan bahwa ini hanya pernikahan kontrak, ketika kau mengusirku maka aku rasa kontraknya sudah berakhir.""Secara agama dan hukum kau adalah istriku," sanggahnya."Apa maumu, sekarang di waktu yang seperti ini

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   17

    "lepaskan kita tak bisa begini!" Aku melepas pelukan suamiku itu."Kenapa?" Air hujan membasahi wajahnya."Kau melukaiku, dengan wanita itu, aku benci denganmu, pergi dari sini, dan jangan temui aku lagi, aku akan menggugat segera perceraian kita.""Kamu yakin?""Aku tidak bermain-main! Aku akan menabung dan menggugat ceraimu, kuharap kamu tidak mempersulitku."***Dua hari setelah itu, "Hai, kamu sudah mau pulang?" Manager sekaligus sahabat Mas Aldi, Mas Rizal menyapaku.Iya Mas aku mau pulang, Mas,dari mana kok bisa ada di daerah sini"Aku memang datang ke sini buat menjumpai kamu," jawabnya."Oh, ada apa, Mas?" Tanyaku heran."Gak ada mau nyari aja, bolehkan?""Eh, i-iya, gak apa," jawabku.Dan beginilah kami, duduk di depan sebuah cafe bertema Paris yang menghidangkan minuman susu coklat yang lezat. Ada meja mini dengan dua kursi, ornamen dinding hingga pagar dihias bunga bertema ungu dan pink, sedang terali pagar dan pintu terbuat dari besi yang berbentuk artistis, aku mengagum

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   16

    Ya, aku bertemu dia lagi, bahkan aku masih berhak menyebutnya suami. kami belum resmi bercerai namun dia sudah menggandeng wanita baru.Mungkinkah aku tidak berarti sama sekali di matanya? Ah, lagipula siapa diri ini sehingga dia harus mengingat dan mementingkanku. Dan wanita yang kini bersamanya terlihat sangat keren dan elegan, jauh sekali dari penampilanku yang kerap mengenakan kemeja, celana jeans dan sepatu kets.Sesaat ketika mata kami saling bertemu pandang, agak canggung Mas Aldi menatapku namun kemudian wanita itu mendekat dan bergelayut di bahunya kemudian mengajaknya pergi."Ayo, Sayang."Mas Aldi tak serta merta bergerak, tataoan matanya lekat padaku. Wajah itu menunjukkan sesuatu yang rindu sekaligus juga genggsi untuk mengakuinya."Tolong jangan tatap aku, jika seperti ini aku akan semakin jatuh cinta dan merindukanmu," batinku sambil membalikkan badan dan menjauh pergi."Nadia ...." Suara itu menghentikanku."Iya ...." Aku ragu untuk kembali menatap sorot bening matanya

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   15

    Aku kembali ke kota semula, di mana semua kejadian pahit ini bermulai, kembali ke pellukan ibu tercinta yang sudah lama menunggu kehadiranku di rumah.Pertama kali kukentuk pintu rumah sederhana setelah menikah dengan Mas Aldi, daun pintu bergerak dan sesosok orang yang selalu kurindukan itu berdiri dengan tatapan penuh kasih dan langsung memelukku."Ya Allah, Nak, kamu pulang," ujarnya dengan penuh haru."Iya, Ibu, Nadia pulang dan tidak akan pergi kemana-mana lagi," jawabku lesu sambil menitikkan air mata."Nak ...." Bibir Ini bergetar seolah ingin mengatakan sesuatu namun dia menahannya mungkin karena tak ingin membuatku terluka."Tidak usah di ceritakan, pokoknya sekarang kamu tenang, setidaknya kamu sudah kembali ke rumah ibu, ibu gak banyak tanya," ujarnya sambil menggenggam tanganku."Ibu ...." Aku menghambur ke pelukannya dan kami bertangisan."Orang kaya tidak akan pernah menghargai perasaan tulus orang seperti kita, ibu paham apa yang kamu rasakan," bisiknya."Mas Aldi, Bu

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   14

    Kuhampiri dengan anggun, lalu menghempas diri di antara kerumunan wanita cantik itu. Mas Aldi kaget begitu juga wanitanya."Eh, siapa ini Mas?""Uhm, pegawai saya, maksudku, asisten," balasnya santai."Ehm .. hhem ... saya istrinya, saya benaran istrinya, kami kemari bulan madu, kalian mau lihat surat nikah?""Wooow ...." Mereka kaget sekaligus ada raut tak percaya."Kamar kami nomor 405, silakan ke sana buat yang penasaran," ujarku sambil memperlihatkan kartu kunci kamar."Masak sih?""Atau langsung ke resepsionis, konfirmasi kalo pesanan ini buat pasangan," jawabku santai dan membuat mereka segan dan langsung menjaga jarak pada Mas Aldi."Benarkah itu mas Aldi?" tanya mereka."Eggak, siapa yang bilang Mas Aldi," menggeleng cepat menolak pertanyaan para gadis-gadis cantik itu."Ya udah deh, kalau dia udah punya istri lebih baik kita mundur aja," ujar seorang wanita sambil bangkit dari tempat duduknya dan diiringi oleh gadis-gadis seksi lainnya hingga mereka benar-benar tidak bersisa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status