Share

3. acara

Author: Ria Abdullah
last update Last Updated: 2025-04-05 07:25:03

Setelah acara pesta berakhir aku diarahkan oleh beberapa asisten keluarga Pak Aldian untuk meninggalkan ballroom, menuju kamar suite yang sudah dipesan khusus untuk pengantin.

Ketika pintu kamar terbuka, aku sangat kagum sampai membulatkan mata melihat betapa mewahnya kamar yang disediakan untuk kami di hotel berbintang lima ini. Ranjang dengan ukuran king size yang bertabur bunga, selimut yang dibentuk seperti ornamen dua angsa yang saling berhadapan dan cahaya yang dibuat temaram dengan wangi yang sangat menyenangkan.

"Silakan masuk Nyonya, Pak Aldian akan datang beberapa saat lagi," ujar asisten tersebut dengan ramah ia yang membantuku mengangkat ekor gaunku lalu mendudukkanku di pinggir ranjang.

"Apakah anda ingin mengganti pakaian sekarang nyonya?"

"Tidak usah, aku akan mengganti sendiri nanti," balasku.

Sebenarnya aku bimbang apakah aku harus mengganti pakaian sekarang atau masih akan menggunakannya? karena saat ini aku adalah seorang pengantin.

Aku bangkit menyibak tirai jendela, melihat pemandangan malam dari atas sini, jejeran gedung, mobil yang berlalu lalang dan kelap kelip lampu yang bertabur semarak, sembari

kembali mengingat tentang meriahnya pesta tadi, megahnya lokasi acara dan mewahnya pakaian yang kukenakan saat ini, seharusnya saat ini aku benar-benar menjalani pernikahan impianku, tapi sayang ini settingan.

Apa yang bisa kulakukan lebih dari ini, semua yang kulakukan sekarang adalah demi pengobatan Ibu, aku gak tahan melihatnya menderita kesakitan.

Ya, ini hanya pernikahan palsu, jadi aku tidak perlu memaksakan diri untuk terlihat menjadi istri yang berbakti di hadapannya apalagi nanti hanya Aku Dan Pak Aldi saja yang akan berada di ruangan ini.

Aku lalu bangkit dan mengganti pakaianku namun tiba-tiba,

Tok tok ....

Pintu diketuk dan sesaat kemudian Pak Aldi masuk dan menghampiriku, lalu menghela napasnya pelan. Melihat pria berhidung mancung dengan tinggi 170 cm itu membuatku berdebar-debar terlebih lagi saat ini wajahku masih tertutup cadar pengantin.

Ia menghampiri dan menyingkap cadar pengantinku mengangkatnya ke atas lalu tersenyum tipis menatapku.

Tentu saja menyaksikan senyumnya yang menunjukkan gigi yang putih dan rapi serta ketampanannya dan pesonanya membuat jantung ini makin berdegup degup tidak karuan.

"Apakah kamu menungguku, pengantin?" tanyanya sambil membuka jas dan kancing pakaiannya.

Aku sedikit khawatir melihat gelagatnya namun kutenangkan perasaan ini karena aku yakin dia pun adalah pria yang profesional.

"Tidak .... anu .... sebenarnya .... apakah kita akan satu kamar sampai besok pagi, Pak?" tanyaku pelan dan sedikit takut.

"Gantilah pakaianmu dan tidurlah karena besok pagi kita harus kembali ke rumah," jawabnya tanpa menjawab pertanyaanku yang tadi. Ia lalu menuju kamar mandi dengan bertelanjang dada membuat dadaku kian berdebar kencang menyaksikan tubuh atletisnya yang berotot dan membuatku tak mampu untuk tidak menelan ludah.

Aku kemudian menuju kaca rias mencoba melepaskan sanggul yang kukenakan, mahkota dan beberapa perhiasan yang melekat di tubuh ini, kuturunkan satu persatu. Di saat yang sama, tiba-tiba pintu kamar mandi terbuka dengan cepat dan Aku kaget sekali .

"Suka sekali dia membuatku kaget," sungutku sendiri.

Aku gugup memandang Pak Adi hanya mengenakan handuk dan menutup bagian bawahnya ia menatapku lekat dan ketika tatapan elang itu bertemu kembali dengan mataku, tubuh ini seolah membeku di tempatnya, aku seakan-akan tak mampu bergerak lagi.

Ketika kami hampir tak berjarak ia kemudian mengangkat tangannya ke arah wajahku, sedang aku hanya mampu berdiri dan menahan nafas menunggu adegan berikutnya.

Satu sentakan dan rambutku tergerai dengan sempurna.

"Aku tidak menyangka kau cantik sekali mengenakan semua ini," gumamnya pelan.

Tanpa aba aba, dia membalikkan badan ini sehingga posisi kami berdua menghadap ke kaca lemari, aku melihat pantulan dirinya di belakangku dan wajahku memanas karena tersipu.

"Apakah kau akan mengganti pakaian atau kau akan mengenakan ini sama besok pagi?" bisiknya sambil mendekatkan bibirnya ke telingaku. Seketika saja rasa berdebar dan canggung tadi runtuh menjadi kekesalan.

"Anu Pak ... saya akan menggantinya tadi, tapi ...." jawabku dengan salah tingkah.

Perlahan ia menarik resleting gaunku,

Sreeekk ....

Lalu ia Berbisik, "Aku sudah melepas resletingnya kau lanjutkanlah sisanya untuk mengganti pakaianmu, sedang aku akan mandi dulu," ucapnya sambil berlalu dan mengulum senyum di bibir tipis itu.

"Apaan itu tadi ... bikin jantungan," gerutuku.

"Apakah kita akan ...." aku kembali bertanya.

"Ya kita akan tidur di sini," jawabnya yang lalu masuk ke dalam kamar mandi dan menutup pintunya aku.

Aku menggerutu sendiri karena maksud dari pertanyaanku tadi, adalah,

"Apakah kita berdua akan melakukan seperti apa yang biasa di lakukan orang lain di malam pertama atau tidur dengan terpisah." itu maksud dari pertanyaanku namun wajahnya yang terlihat begitu pendiam membuatku sungkan.

Selesai mandi dia keluar, sedangkan aku sudah mengganti pakaianku dan duduk di tepi ranjang tak tahu harus berbuat apa.

"Mengapa kamu belum tidur, kamu menunggu sesuatu?" tanyanya sambil membuka lemari pakaian untuk mencari pakaian untuk dia kenakan.

"Tidak aku hanya menunggumu Pak, aku ingin bertanya apakah aku harus tidur di sofa?" tanyaku sambil melirik sofa besar yang empuk yang ada di hadapan kami.

"Terserah jika kau memang ingin tidur di sana silakan saja, tapi ranjang ini begitu besar, aku rasa muat untuk kita berdua," ucapnya tanpa ekspresi sedikitpun.

Asli kanebo kering!

"Tapi kan ... Bagaimana mungkin kita akan tidur berdua." aku ragu.

"Ya, mungkin mungkin saja, toh, kita tidak akan melakukan apa-apa," jawabnya dengan santai lalu menggulingkan dirinya di ranjang dan memejamkan mata.

Aku masih terkejut dengan sikapnya yang sama sekali tidak peka, maksudku setidaknya ia bersikap gentle untuk mengalah. Aku kini merasa sangat kasihan dengan kekasihnya, pasti wanita itu tersiksa.

"Boleh saya tahu kenapa Anda memilih menikah kontrak?"

"Aku tidak ingin dipusingkan komitmen, aku takut terluka jika nantinya istriku menyakitiku."

"Kelihatannya Anda trauma, Apakah Pak Aldi pernah dilukai?"

Mendengar pertanyaan itu ia menjadi menatapku dengan tajam, dengan raut tidak suka.

"Maaf bukannya lancang, saya hanya ingin tahu saja."

"Alasan pribadiku kau tidak perlu, tahu cukup lakukan tugasmu saja bersikap selayaknya seorang istri, hanya itu."

"Tapi kemudian saya penasaran, Apakah anda tidak rugi membayar saya dengan bayaran 40 juta Pak?"

"Dia menghampiriku, mendekatkan wajahnya padaku, lalu berkata,

"Aku membayar 40 juta dengan harapan agar kau bekerja dengan profesional, jangan sampai ada celah yang akan membuat semua ini gagal, kau mengerti!"

Tatapan matanya yang seolah mengintimidasi dan menunjukkan dominasinya padaku.

"Baiklah saya sudah mengerti." Aku gugup atas sikapnya.

Ia menjauhkan tubuhnya lalu kembali merebahkan diri dan memejamkan mata.

"Ayo tidurlah, ujarnya sambil menepuk bantal yang ada di sampingnya

"Tapi ...."

"Tidurlah di samping suamimu."

Agak sungkan namun baiklah, aku akan tidur, lagipula ukuran ranjang ini sangat besar dan aku bisa leluasa bergerak sementara jarak kami juga agak jauh .

"Gitu dong dari tadi, ngapain duduk-duduk aja di jauh sana." Ia Lalu membalikkan badan dan membenamkan diri di antara bantal.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   4. pulang

    Tatkala kubuka mata, terbangun dari lelap tidurku di hari pertama menjadi seorang istri, kudapati ranjang pengantin kami telah sepi kuraba kasur dan bantal bantal sambil mengusap wajah berkali-kali mengumpulkan nyawa dan kesadaranku."Kau sudah bangun?" tanya atasanku itu yang juga suamiku ia terlihat telah mandi dan mengenakan kemeja dan sedang membenahi kancingnya."Iya," jawabku pelan."Apakah semalam tidurmu nyenyak?""Iya," balasku."Sarapan akan dibawakan petugas hotel bangunlah bergegaslah karena kita harus pulang ke rumah.""Ke rumah siapa?" Aku tahu pertanyaanku pertanyaan bodoh.Dia menatapku sekilas lalu berkata, "tujuannya sudah jelas."Mestinya pagi-pagi ini aku mendapatkan suntikan mood dan semangat yang bagus tapi menjumpai si Es balok yang dingin membuatku hanya mampu membuang napas kasar ah, sudahlah.Pukul 9 pagi kami berdua hendak check out dari hotel berbintang 5 yang menjadi saksi malam pengantin bisu kami.Kemudian kami berjalan bersisian menyusuri koridor hotel

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   5.

    "Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan "Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku."Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini.""Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang.""Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari."Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan."Settingan 'kan?" Balasku hati hati.Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan di

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   6

    Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub."Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?" Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut."Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.Karena saking nyamannya aku menyedihk

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   7

    Pukul 9 malam Mas Aldi pulang aku menyadari kehadirannya karena saat itu memang aku belum tertidur."Kau sudah tidur?" tanyanya yang sedang meletakkan dua kantong plastik di atas meja."Aku tidak menjawabnya sama sekali.""Kalau belum tidur bangunlah dan makan martabak yang aku bawakan untukmu, aku juga bawakan nasi goreng spesial."Aku sudah makan tadi." Tanpa sengaja Aku menjawab ucapannya di balik selimutSejenak ia tertawa lalu kemudian duduk di meja kerja dan membuka komputernya."Jangan bohong, nanti kau lapar.""Aku bilang aku sudah makan.""Tapi si Bibi mengatakan kalau kau belum makan dan tidak turun sama sekali ke bawah, apa yang terjadi?""Aku sedang tidak mood untuk turun ke mana-mana," jawabku."Kamu adalah pengantin di rumah ini dan seharusnya kau membaur dengan mertua dan kedua iparmu," ujarnya sambil menekuni layar laptopnya."Oh ya, aku belum bertemu dengan mereka.""Itu adikku memang sibuk dan hanya berada di rumah di akhir pekan.""Apa yang mereka lakukan?""Merek

    Last Updated : 2025-04-09
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   1. insiden

    Aku tercenung di kursi ini, berperan sebagai ratu sehari, mengenakan gaun pengantin dengan perhiasan indah yang bertabur berlian mewah. Kaget? iya, aku terdampar dalam pelaminan dan hiruk pikuk pesta ini.Aku seperti boneka yang dipasang di pelaminan sebagai pajangan, sendiri tanpa mengenal siapa pun dari mereka di antara hiruk-pikuk pesta, musik yang menggema dan canda tawa tamu yang berbahagia.Dalam hati aku bertanya? Apakah ini sebuah kenyataan atau hanya mimpi satu malam? Hingga kutolehkan wajah menatap pria dengan tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya, dari samping diam diam hati ini bergetar dan mengakui bahwa ia lumayan tampan dan berkharisma, setidaknya ketika kutatap mata elang dengan bingkai bulu mata seperti barisan pedang Arab dan alisnya tebal, raganya terlihat kokoh dan maskulin ditumbuhi bulu-bulu yang cukup membuat siapa saja kuyakin akan menelan ludah.Sesekali, pria yang tadi siang kusebut suami itu melambai dan tersenyum bahagia terhadap teman-teman yang memberi

    Last Updated : 2025-04-05
  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   2. bagaimana bisa

    "Bagaimana tertarik?"Ulangnya."Kenapa harus saya, padahal, kan bisa menyewa model atau wanita yang lebih cantik.""Aku bisa melakukan itu, tapi terlihat tidak masuk akal, dengan gadis biasa golongan menengah lebih natural bagiku.""Apa? Dia Ia menyebutku golongan menengah? Meski itu kenyataan, tapi rasanya kok nyeri ya?" Aku membatin."Berapa lama?""Sampai aku tidak membutuhkanmu," jawabnya."Bagaimana kalo saya menolak?""Aku yakin kamu tidak akan rugi, hidupmu akan bergelimpangan kemewahan, dan derajatku menanjak seketika.","Percuma itu hanya sementara, lagipula kalo sampai ketahuan, maka rumor akan beredar dan menjadi skandal yang tidak akan baik untuk Anda dan perusahaan Anda.""Aku punya tim humas yang akan mengendalikan semua berita yang beredar.""Intinya tujuan anda apa? Demi meluluskan permintaan orang tua atau ada hal lain.""Aku tak bisa menjelaskan, tapi jika kau setuju akan kulit berkas kontrak yang bisa kau pelajari.""Bagaimana jika perjanjian kerja lebih banyak me

    Last Updated : 2025-04-05

Latest chapter

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   7

    Pukul 9 malam Mas Aldi pulang aku menyadari kehadirannya karena saat itu memang aku belum tertidur."Kau sudah tidur?" tanyanya yang sedang meletakkan dua kantong plastik di atas meja."Aku tidak menjawabnya sama sekali.""Kalau belum tidur bangunlah dan makan martabak yang aku bawakan untukmu, aku juga bawakan nasi goreng spesial."Aku sudah makan tadi." Tanpa sengaja Aku menjawab ucapannya di balik selimutSejenak ia tertawa lalu kemudian duduk di meja kerja dan membuka komputernya."Jangan bohong, nanti kau lapar.""Aku bilang aku sudah makan.""Tapi si Bibi mengatakan kalau kau belum makan dan tidak turun sama sekali ke bawah, apa yang terjadi?""Aku sedang tidak mood untuk turun ke mana-mana," jawabku."Kamu adalah pengantin di rumah ini dan seharusnya kau membaur dengan mertua dan kedua iparmu," ujarnya sambil menekuni layar laptopnya."Oh ya, aku belum bertemu dengan mereka.""Itu adikku memang sibuk dan hanya berada di rumah di akhir pekan.""Apa yang mereka lakukan?""Merek

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   6

    Aku tidak menemukan sabun seperti yang aku cari jadi aku buka lemari yang menyimpan barang-barang kebutuhan mandi mas Aldi. Ada shaving cream, ada shampo khusus laki-laki serta alat pencukur dan semua botol yang memperhatikan yang ku asumsikan mungkin adalah sabun mandi yang dituang ke dalam bak mandi.Karena tidak ada pilihan lain maka akupun menuangkan sabun itu ke dalam rendaman ku agak banyak agar sesuai dengan jumlah air yang hampir penuh dalam bathtub."Apa Mas Aldi lupa kalau sekarang aku sudah satu rumah dengannya sehingga ia lupa meminta kepada asisten yang untuk menyiapkan kebutuhan mandiku?" Sialnya, aku pun lupa memasukkan sabunku di hotel tadi karena terburu-buru diajak pergi olehnya.busa sabun mulai timbul dan aku dengan gembira merendam di dalam air hangat yang mengeluarkan aroma wangi mewah tersebut."Wah, nyaman sekali," ujarku sambil merebahkan diri menikmati hangatnya bak pemandian sembari menikmati pemandangan di luar sana.Karena saking nyamannya aku menyedihk

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   5.

    "Ini Adalah kamar kita," ucapnya sambil membuka pintu kamar yang luasnya 5 kali luas kamarku di rumah. Tentu saja aku terpesona karena interior di dalamnya sangat indah dan mewah, perabotan terbuat dari kayu dan kamar di set dengan tema rustic yang elegan "Wah luas sekali, Pak. Kataku sambil menghempaskan diri di sofa yang empuknya belum pernah kucoba selama hidupku."Sofa ini nyaman, aku bisa tidur di sini.""Terserah kau saja, tapi seperti yang aku katakan, kau bebas tidur di ranjang.""Tapi ranjangnya adalah ranjang Pak Aldi."Ia menghampiriku menjongkokkan diri hingga wajahnya sejajar dengan wajahku perlahan ia dekatkan wajah itu sehingga mau tidak mau aku memundurkan diri sambil melirik ke kanan dan ke kiri berusaha menetralisir debaran di dalam hati, tatapan matanya seakan akan membuatku seperti es batu yang ditimpa sinar mentari."Kita suami istri 'kan?" tanyanya dengan penuh penekanan."Settingan 'kan?" Balasku hati hati.Dia mengangguk sambil tersenyum lalu menjauhkan di

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   4. pulang

    Tatkala kubuka mata, terbangun dari lelap tidurku di hari pertama menjadi seorang istri, kudapati ranjang pengantin kami telah sepi kuraba kasur dan bantal bantal sambil mengusap wajah berkali-kali mengumpulkan nyawa dan kesadaranku."Kau sudah bangun?" tanya atasanku itu yang juga suamiku ia terlihat telah mandi dan mengenakan kemeja dan sedang membenahi kancingnya."Iya," jawabku pelan."Apakah semalam tidurmu nyenyak?""Iya," balasku."Sarapan akan dibawakan petugas hotel bangunlah bergegaslah karena kita harus pulang ke rumah.""Ke rumah siapa?" Aku tahu pertanyaanku pertanyaan bodoh.Dia menatapku sekilas lalu berkata, "tujuannya sudah jelas."Mestinya pagi-pagi ini aku mendapatkan suntikan mood dan semangat yang bagus tapi menjumpai si Es balok yang dingin membuatku hanya mampu membuang napas kasar ah, sudahlah.Pukul 9 pagi kami berdua hendak check out dari hotel berbintang 5 yang menjadi saksi malam pengantin bisu kami.Kemudian kami berjalan bersisian menyusuri koridor hotel

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   3. acara

    Setelah acara pesta berakhir aku diarahkan oleh beberapa asisten keluarga Pak Aldian untuk meninggalkan ballroom, menuju kamar suite yang sudah dipesan khusus untuk pengantin.Ketika pintu kamar terbuka, aku sangat kagum sampai membulatkan mata melihat betapa mewahnya kamar yang disediakan untuk kami di hotel berbintang lima ini. Ranjang dengan ukuran king size yang bertabur bunga, selimut yang dibentuk seperti ornamen dua angsa yang saling berhadapan dan cahaya yang dibuat temaram dengan wangi yang sangat menyenangkan."Silakan masuk Nyonya, Pak Aldian akan datang beberapa saat lagi," ujar asisten tersebut dengan ramah ia yang membantuku mengangkat ekor gaunku lalu mendudukkanku di pinggir ranjang. "Apakah anda ingin mengganti pakaian sekarang nyonya?""Tidak usah, aku akan mengganti sendiri nanti," balasku.Sebenarnya aku bimbang apakah aku harus mengganti pakaian sekarang atau masih akan menggunakannya? karena saat ini aku adalah seorang pengantin.Aku bangkit menyibak tirai je

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   2. bagaimana bisa

    "Bagaimana tertarik?"Ulangnya."Kenapa harus saya, padahal, kan bisa menyewa model atau wanita yang lebih cantik.""Aku bisa melakukan itu, tapi terlihat tidak masuk akal, dengan gadis biasa golongan menengah lebih natural bagiku.""Apa? Dia Ia menyebutku golongan menengah? Meski itu kenyataan, tapi rasanya kok nyeri ya?" Aku membatin."Berapa lama?""Sampai aku tidak membutuhkanmu," jawabnya."Bagaimana kalo saya menolak?""Aku yakin kamu tidak akan rugi, hidupmu akan bergelimpangan kemewahan, dan derajatku menanjak seketika.","Percuma itu hanya sementara, lagipula kalo sampai ketahuan, maka rumor akan beredar dan menjadi skandal yang tidak akan baik untuk Anda dan perusahaan Anda.""Aku punya tim humas yang akan mengendalikan semua berita yang beredar.""Intinya tujuan anda apa? Demi meluluskan permintaan orang tua atau ada hal lain.""Aku tak bisa menjelaskan, tapi jika kau setuju akan kulit berkas kontrak yang bisa kau pelajari.""Bagaimana jika perjanjian kerja lebih banyak me

  • Pura-pura jadi istri Tuan Muda   1. insiden

    Aku tercenung di kursi ini, berperan sebagai ratu sehari, mengenakan gaun pengantin dengan perhiasan indah yang bertabur berlian mewah. Kaget? iya, aku terdampar dalam pelaminan dan hiruk pikuk pesta ini.Aku seperti boneka yang dipasang di pelaminan sebagai pajangan, sendiri tanpa mengenal siapa pun dari mereka di antara hiruk-pikuk pesta, musik yang menggema dan canda tawa tamu yang berbahagia.Dalam hati aku bertanya? Apakah ini sebuah kenyataan atau hanya mimpi satu malam? Hingga kutolehkan wajah menatap pria dengan tuxedo yang membungkus tubuh atletisnya, dari samping diam diam hati ini bergetar dan mengakui bahwa ia lumayan tampan dan berkharisma, setidaknya ketika kutatap mata elang dengan bingkai bulu mata seperti barisan pedang Arab dan alisnya tebal, raganya terlihat kokoh dan maskulin ditumbuhi bulu-bulu yang cukup membuat siapa saja kuyakin akan menelan ludah.Sesekali, pria yang tadi siang kusebut suami itu melambai dan tersenyum bahagia terhadap teman-teman yang memberi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status