Home / Romansa / Pura-Pura Mati / Kekecewaan Andra

Share

Kekecewaan Andra

Author: Susi Hariani
last update Last Updated: 2022-12-26 19:32:58

"Saya yakin membutuhkannya, Pak," jawabku lelaki itu tak menjawabnya lagi.

"Baiklah, secepatnya saya akan carikan asisten laki-laki yang masih muda, seperti pesanan ibu," jawabnya, bisa andalkan.

Aku mengangguk puas, sembari menatap tajam ke arah laki-laki itu. Setelah ini apa yang akan aku lakukan, kupastikan akan membuat kamu resah Mas Andra. Tunggu balasan yang lebih kejam dariku.

Selesai dengan urusan Pak Jhon, aku sudah tidak sabar melihat reaksi Mas Andra, satu kantor dengannya. Bahkan jabatan yang sekarang aku pegang, lebih tinggi dibandingkan dia.

Sesusai yang aku perintahkan pada orang kepercayaanku tadi, Pak Jhon akan meminta Maa Andra dan Seroja, bersama dewan direksi lain untuk berkumpul di ruang rapat. Mengenalkan presidir yang baru.

Lewat monitor yang menghubungkan ruangan sebelah, aku bisa melihat satu persatu mereka masuk. Yang membuatku ingin muntah ialah wajah Mas Andra dan Seroja yang seolah tidak saling kenal. Padahal, di belakang kami semua, mereka berdua main belakang. Aku juga curiga ada beberapa dokumen keuangan perusahaan yang dipalsukan oleh Mas Andra. Dan itu akan aku selidiki sendiri setelah ini.

Pak Jhon berdiri di depan, mulai melaksanakan tugasnya sesuai yang aku perintahkan.

"Maaf sebelumnya, saya selaku orang kepercayaan dari mendiang Bu Salwa ingin menyampaikan sesuatu." Lelaki berperut buncit itu tampak menelan ludah, saat melihat ke arah Mas Andra.

"Sebelumnya surat yang akan saya bacakan ini ditulis oleh mendiang Bu Salwa, tiga hari sebelum kejadian kecelakaan pesawat itu terjadi."

Aku memperhatikan dengan jelas, wajah Mas Andra tampak gusar. Entah apa yang sedang ia pikirkan. Atau mungkin dia sedang mengharap isi wasiat itu adalah menyerahkan semua aset milikku kepadanya? Jangan mimpi kamu, Mas. Itu semua gak akan pernah terjadi.

Pak Jhon membuka amplop berwarna kuning yang ada di hadapannya. Mengeluarkan selembar kertas yang aku buat semalam.

"Ehemm, Pak Andra saya mohon maaf. Jika ISO surat ini tidak sesuai dengan apa yang anda harapkan," ucap lelaki itu, tepat sasaran. Wajah Mas Andra langsung pucat, gesture tubuhnya tampak kaku, apalagi saat semua orang menyerang, dengan cara memandanginya.

"Saya bernama Salwa Andiswari dengan sadar dan tidak ada unsur keterpaksaan. Dengan ini saya menyatakan telah menghibahkan perusahaan Gemilang Persada kepada sepupu saya yang bernama Marni Deswita Maharani. Sampai waktu yang tidak bisa ditentukan. Surat ini saya buat untuk melindungi aset saya dari orang-orang yang ingin merusaknya. Demikian surat ini saya sampaikan. Dan keputusan saya ini tidak bisa diganggu gugat. Atas nama Salwa Andiswari dan surat ini ditandatangani oleh beliau," ujar Pak Jhon selesai membacakan surat itu.

"Kenapa istri saya menghibahkan perusahaan ini untuk Marni sepupunya. Sedangkan saya suaminya masih hidup," sahut Mas Andra terlihat tidak terima. Matanya memerah, penuh kekecewaan.

"Saya juga tidak tahu, Pak. Yang jelas, Buk Salwa menulis surat ini sebelum beliau meninggal di kecelakaan pesawat waktu itu, Pak," jawab Pak Jhon, setensng mungkin.

Mas Andra tersenyum getir, membuang pandangannya ke sembarang. "Apa anda bisa menunjukkan kepada saya, bukti kalau istri saya yang membuat surat itu? Bisa saja, ini ada konspirasi besar dari orang-orang yang ingin menguasai harta istri saya."

Pintar sekali Mas Andra membalikkan fakta. Kalau kenyataannya dialah orang itu, yang ingin menguasai semuanya sendiri. Bahkan sampai rela melakukan apa saja demi mencapai tujuannya.

Beruntungnya aku sudah siapkan semua. Beberapa video untuk mematahkan kecurigaannya itu. Dan untuk menyakinkan pada semua orang kalau surat itu benar aku tulis pada saat sebelum kecelakaan pesawat itu terjadi.

Aku memberitahu pak Jhon untuk tetap tenang. Dan meminta beliau memutar video yang aku kirim di ponselnya.

Dan benar saya, video itu dihubungkan ke proyektor sehingga semua orang bisa melihatnya. Termasuk laki-laki pengkhianat yang tidak punya hati itu.

Dalam video tersebut tampak jelas, aku menuliskan sesuatu di kertas kosong. Kemudian aku serahkan kertas itu kepada Pak Jhon. Yang mana waktu itu beliau meminta kepadaku alamat gudang produksi yang ada di Pekanbaru. Terkait peninjauan yang aku perintahkan pada beliau.

Aku yakin semua orang akan percaya, kalau yang aku tulis adalah surat yang baru saja dibacakan oleh Pak Jhon.

"Video ini sudah jelas kan, kalau apa yang saya sampaikan itu tidak ada kebohongan. Atau konspirasi seperti yang dituduhkan Bapak kepada saya!" tandas Pak Jhon, menatap Mas Andra. "Di sini juga tertulis tanggal pembuatan video tersebut."

Semua orang yang ada di ruangan itu tampak mengangguk percaya setelah menonton video tersebut. Kecuali Mas Andra dan Seroja. Kedua pengkhianat itu tampak kesal, karena kecurigaannya dipatahkan oleh isi dari video tersebut.

"Dan sudah waktunya saya akan memanggilkan presidir baru kita yaitu Buk Marni Deswita Maharani. Atau kalian bisa panggil beliau dengan sebutan Buk Maharani."

Usai pak Jhon menyebut namaku. Waktunya aku masuk ke dalam ruangan itu. Kira-kira Mas Andra bakalan ngapain ya, setelah tahu kalau aku bekerja, ternyata menjadi pimpinannya. Aku udah gak sabar.

Semua mata beralih memandang ke arahku. Saat kaki ini mulai masuk ke ruangan tersebut. Termasuk Mas Andra dan si Jalang itu yang langsung menatapku sinis.

"Selamat pagi menjelang siang Bapak-bapak, Ibuk-Ibuk selaku direksi dan CEO di perusahaan Gemilang Persada ini," sapaku tersenyum manis. Jauh dari ekspektasiku, akan gugup menghadapi mereka. Ternyata kegugupan itu digantikan dengan semangat baru melihat kekalahan Mas Andra dan wanitanya itu.

"Pagi," sahut semuanya. Kecuali Mas Andra yang justru buang muka.

"Sebenarnya saya tidak pantas menyandang jabatan ini." Aku beralih menatap Mas Andra, saat dirinya ketahuan mencuri pandang ke arahku. Bibir ini tersenyum kecil, berharap dia akan terus menatapku. "Tapi, semua ini saya lakukan untuk Kakak sepupu saya. Untuk melindungi harta beliau, konon ada yang mengincarnya." Aku semakin menatap wajah Mas Andra bahkan aku tidak gentar saat ia membalasnya dengan tatapan tajam.

"Karena itu mohon kerjasamanya dari Bapak dan Ibu untuk tetap mengembangkan perusahaan ini sebaik mungkin. Bukannya begitu Pak Andra?"

Deg

Pandangan matanya ia buang ke sembarang. Gugup, kesan yang aku tangkap dari gelagatnya usai aku menyebutkan namanya.

"Iya," jawabnya singkat, dengan wajah yang menunduk.

"Pak Andra tenang saja, saya tidak akan menguasai perusahaan ini sendiri kok. Saya akan membagi tugas sama anda, jadi saya harap kita bisa kerjasama dengan baik." Aku berjalan mendekatinya, ku ulurkan tangan ini ke arahnya. Dia memandangku, aku mengangguk. "Saya yakin perusahaan ini akan lebih berkembang kalau kita bisa bekerjasama dengan baik," ucapku, tak lupa senyuman manis untuk menyakinkan dirinya kalau aku mendng membutuhkannya.

Ia tampak ragu-ragu menyambut uluran tanganku. Ekor matanya melirik ke arah Seroja, wanita yang tengah menghancurkan rumah tanggaku. Aku bersumpah akan menghukum wanita itu dengan caraku sendiri.

Setelah beberapa saat, ia menyambutnya juga. Aku bisa melihat kekecewaan yang besar dalam dirinya.

"Selamat ya Buk Maharani atas jabatan anda," ucap yang lain, menyadarkan aku dan Mas Andra yang sama-sama saling berpandangan mata.

"Terima kasih Pak," jawabku, menarik tangan ini. Aku berbalik, dan sebuah kejadian membuat kami terperangkap dalam situasi yang sulit.

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Yati Syahira
wanita cerdas dan kuat keren ,hadapin duo licik serigala licik harus cerdik ,selangkah terdepan salwa
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pura-Pura Mati   Kuikuti permainan kalian

    Sepatu high heels yang kupakai tergelincir di keramik, membuat tubuh ini jatuh. Beruntungnya Mas Andra dekat, lelaki itu menarik tanganku, dan aku jatuh tepat di pangkuannya. Saking gugupnya, jantung ini berdebar-debar. Apalagi saat pandangan mata kami bertemu.Tatapan Mata Andra masih sama, saat kami menjalin kasih. Lembut dan penuh cinta. Bibirnya yang merah, membuatku sedikit terkesiap, melupakan semua dendamku padanya. Rasanya aku ingin dunia ini berhenti berputar. Hanya ada aku dan Mas Andra di dalamnya. Situasi ini sangat nyaman bagiku, menyandarkan tubuh ini ke bahunya.Bayangan dia bercumbu dengan wanita lain, membuat aku sadar. Kalau laki-laki yang sedang memangku ini bukan lah laki-laki yang baik. Bermuka dua, pengkhianat, dan seorang mafia. Aku yakin dia akan menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya. Termasuk melenyapkan aku."Ibu Maharani gak apa-apa kan, Buk?" tegur Pak Jhon, mengkhawatirkan aku.Gegas, kutarik bokong ini dari pangkuannya. "Terima kasih Pak Andra sudah

    Last Updated : 2022-12-27
  • Pura-Pura Mati   Ketegangan di rumah Salwa

    Wajah wanita yang mengakui dirinya sebagai aku itu terlihat pucat. Bahkan tak mau memandang ke arahku. Bingung, dan terjebak dalam pertanyaan itu."Apa jangan-jangan, ada orang lain yang mereka kira korban kecelakaan itu? Atau____Sesaat wanita itu mengalihkan pandangannya ke arahku, hanya sebentar, saat aku kembali menggantungkan ucapanku, ia kembali melihat ke samping. Dasar licik kamu, akan aku pastikan hidupmu tidak akan tenang, apalagi yang sedang kamu hadapi ini adalah seorang wanita kuat, yang sudah kebal dengan kata pengkhianatan."Ah, sudahlah, Mbak," sambungku, berangkat. Aku duduk di sebelahnya. "Yang penting Mbak Salwa sudah kembali dalam keadaan yang utuh, hehehe," kekehku memeluk tubuhnya. "Aku seneng banget kok, bisa ketemu Mbak lagi.""Mbak juga," sahutnya, tersenyum getir. "Oh iya, Mas Andra kok sampai sekarang belum pulang ya?" Pandangan matanya melolok ke arah pintu. Seolah tak sabar ingin bertemu dengan Mas Andra. Aku juga ingin tahu, seperti apa reaksi mereka sete

    Last Updated : 2022-12-30
  • Pura-Pura Mati   Kecelakaan pesawat

    Desir darah ini terasa panas di tubuh, mengalir bebas, meninggalkan kecemasan. Saat mendengar pramugari mengatakan jika posisi pesawat sedang dalam bahaya."Para penumpang sekalian harap tenang, pakai sabuk pengaman, untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi.Suara wanita itu menggema di kabin pesawat, menimbulkan riuh seketika di dalam sana. Cemas dan takut sebagian orang alami, termasuk denganku. Bayang-bayang kematian pun menari-nari di benak."Astaghfirullah," sebut hampir semua penumpang yang beragama muslim. Begitu juga denganku. Saat merasakan hantaman besar, yang membuat tubuh kami terombang-ambing."Ya Allah, selamatkan hamba!!" seruan panik seseorang, terdengar sekali didera rasa takut yang luar biasa.Pun dengan diri ini, tak bisa lagi berpikiran positif. Yang ada hanyalah kepasrahan, tetap tidak rela. Jika nyawa ini melayang begitu saja. Kupejamkan mata sejenak, yang ada dalam khayal hanyalah sosok laki-laki yang menemaniku s

    Last Updated : 2022-12-01
  • Pura-Pura Mati   Siapa perempuan itu

    Pergi? Pergi kemana Mas Andra. Aku sedikit tercengang mendengar jawaban dari Bi Ayu. Bahkan dari nada bicaranya saja, wanita paruh baya itu tampak ketakutan. Ada apa ini?Satu minggu berlalu, aku dirawat di rumah sakit. Dan hari ini, dokter mengatakan kalau aku sudah boleh dibawa pulang. Antara cemas dan takut, mendengar kabar itu. Seharusnya, aku bahagia karena bisa berkumpul lagi bersama Mas Andra. Tetapi, setelah mendengar kabar dari Bi Ayu, aku merasa ada sesuatu yang janggal di rumah.Petugas penanganan bencana dan Tim SAR yang bertugas mengantarku pulang ke rumah. Iya, rumahku. Ini adalah warisan dari kedua orang tuaku sebelum mereka meninggal. Kalaupun selama ini aku tidak aktif di perusahaan, dan menyerahkan semua urusan perusahaan pada Mas Andra. Namun, beliau sama sekali tidak pernah ikut andil di dalamnya.Rumah mewah dua lantai di hadapanku saat ini tampak sepi. Karena memang, selama berumah tangga dengan mas Andra aku belum dikaruniai anak. Li

    Last Updated : 2022-12-01
  • Pura-Pura Mati   Akan kubuat hancur kamu, Mas

    Bayangan moment indah yang kami lewati bersama tiba-tiba datang. Betapa aku percaya pada Mas Andra, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya dan aku selalu mendukung apapun permintaanya, yang selalu ia katakan 'untuk kita'Ternyata semua itu cuma tameng untuk menutupi kebusukannya. Tak dapat kubendung lagi, air mata ini luruh seketika, mengalir seperti hilangnya kepercayaanku terhadap Mas Andra."Kamu tega, Mas." Tangisku pecah, membayangkan Mas Andra dan perempuan itu. Sakit, sekujur tubuh ini, apalagi seonggok daging yang menggumpal di dalam dada.Belum kering air mata ini, Bi Ayu datang bersama Nirwan. Assisten Mas Andra yang kupercayakan semuanya kepada laki-laki berkumis tipis di hadapanku kali ini."Buk, ada Pak Nirwan," ucap Bi Ayu memberitahu."Iya, Bik," sahutku dengan suara parau. "Bibik boleh keluar," pintaku, hancur sehancur-hancurnya.Nirwan menayapku penuh tanda tanya. Namun, yang aku lihat dari matanya, ada sirat k

    Last Updated : 2022-12-02
  • Pura-Pura Mati   Kamu memang licik, Mas

    Tatapannya menggambarkan pertanyaan besar, ditambah kerutan di keningnya, seolah ingin tahu siapa aku. Bahkan Mas Andra tampak ragu untuk menyambut uluran tangan dariku."Gak penting!!" sahut wanita yang di sebelahnya. Menarik lengannya agar menjauh dariku. "Aku capek, Mas. Ngapain kamu malah ngurusin nih orang, mending kamu tunjukan di mana kamar kita," omelnya terlihat jelas kekesalan dari raut wajahnya.Panas dada ini mendengar ucapan wanita itu. Yang menyebutkan kata 'kamar kita'. Aku ingin tahu, akan dibawa ke mana Seroja oleh Mas Andra. Kutarik tanganku dan pandangan ini ke sembarang. Aku takut tidak bisa mengontrol diri, jika bertatap muka dengan mereka."Saya permisi dulu Pak," pamit Bi Ayu meninggalkan kami. Wanita itu melirik sekilas ke arahku saat melintas, masuk ke dapur."Bik, tunggu!" sergah Mas Andra, Bi Ayu berbalik. "Tolong Bibik antar Seroja ke kamar tamu," pintanya, dengan nada memerintah."Lho, Mas." Wanita yang bernam

    Last Updated : 2022-12-03
  • Pura-Pura Mati   Rencana Salwa

    Sengaja aku bangun pagi, untuk memberikan kejutan buat Mas Andra. Hari ini adalah Anniversary pernikahan kami yang ke-tiga. Aku dan Mas Andra sudah membuat rencana, sebelum kecelakaan itu menimpaku. Kami sepakat akan berlibur ke Bali, sekaligus berbulan madu yang ke-dua.Dan momen ini akan kubuat, Mas Andra mengingatku. Mengingat kenangan yang tak akan pernah sirna, dalam ingatannya.Setiap tahun, Mas Andra selalu memberikan kejutan di hari pernikahan kami. Dia tidak pernah absen, memberikan kado yang membuat semua istri merasa bahagia. Merasa nyaman, dan tidak akan pernah berpikir suaminya selingkuh. Ternyata itu hanyalah tameng untuk menutupi keburukannya. Lihatlah Mas, hari ini kamu akan merasakan sakitnya."Tolong antar pagi ini juga, ya? Kalau bisa jangan lewat jam tujuh pagi," ucapku pada kurir, tempat aku memesan beberapa barang dan kue. "Oke, saya tunggu."Aku keluar kamar, dan mulai melangkahkan kaki ke lantai satu. Di sana sudah ada Bi Ayu yang sibuk member

    Last Updated : 2022-12-04

Latest chapter

  • Pura-Pura Mati   Ketegangan di rumah Salwa

    Wajah wanita yang mengakui dirinya sebagai aku itu terlihat pucat. Bahkan tak mau memandang ke arahku. Bingung, dan terjebak dalam pertanyaan itu."Apa jangan-jangan, ada orang lain yang mereka kira korban kecelakaan itu? Atau____Sesaat wanita itu mengalihkan pandangannya ke arahku, hanya sebentar, saat aku kembali menggantungkan ucapanku, ia kembali melihat ke samping. Dasar licik kamu, akan aku pastikan hidupmu tidak akan tenang, apalagi yang sedang kamu hadapi ini adalah seorang wanita kuat, yang sudah kebal dengan kata pengkhianatan."Ah, sudahlah, Mbak," sambungku, berangkat. Aku duduk di sebelahnya. "Yang penting Mbak Salwa sudah kembali dalam keadaan yang utuh, hehehe," kekehku memeluk tubuhnya. "Aku seneng banget kok, bisa ketemu Mbak lagi.""Mbak juga," sahutnya, tersenyum getir. "Oh iya, Mas Andra kok sampai sekarang belum pulang ya?" Pandangan matanya melolok ke arah pintu. Seolah tak sabar ingin bertemu dengan Mas Andra. Aku juga ingin tahu, seperti apa reaksi mereka sete

  • Pura-Pura Mati   Kuikuti permainan kalian

    Sepatu high heels yang kupakai tergelincir di keramik, membuat tubuh ini jatuh. Beruntungnya Mas Andra dekat, lelaki itu menarik tanganku, dan aku jatuh tepat di pangkuannya. Saking gugupnya, jantung ini berdebar-debar. Apalagi saat pandangan mata kami bertemu.Tatapan Mata Andra masih sama, saat kami menjalin kasih. Lembut dan penuh cinta. Bibirnya yang merah, membuatku sedikit terkesiap, melupakan semua dendamku padanya. Rasanya aku ingin dunia ini berhenti berputar. Hanya ada aku dan Mas Andra di dalamnya. Situasi ini sangat nyaman bagiku, menyandarkan tubuh ini ke bahunya.Bayangan dia bercumbu dengan wanita lain, membuat aku sadar. Kalau laki-laki yang sedang memangku ini bukan lah laki-laki yang baik. Bermuka dua, pengkhianat, dan seorang mafia. Aku yakin dia akan menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya. Termasuk melenyapkan aku."Ibu Maharani gak apa-apa kan, Buk?" tegur Pak Jhon, mengkhawatirkan aku.Gegas, kutarik bokong ini dari pangkuannya. "Terima kasih Pak Andra sudah

  • Pura-Pura Mati   Kekecewaan Andra

    "Saya yakin membutuhkannya, Pak," jawabku lelaki itu tak menjawabnya lagi. "Baiklah, secepatnya saya akan carikan asisten laki-laki yang masih muda, seperti pesanan ibu," jawabnya, bisa andalkan. Aku mengangguk puas, sembari menatap tajam ke arah laki-laki itu. Setelah ini apa yang akan aku lakukan, kupastikan akan membuat kamu resah Mas Andra. Tunggu balasan yang lebih kejam dariku. Selesai dengan urusan Pak Jhon, aku sudah tidak sabar melihat reaksi Mas Andra, satu kantor dengannya. Bahkan jabatan yang sekarang aku pegang, lebih tinggi dibandingkan dia. Sesusai yang aku perintahkan pada orang kepercayaanku tadi, Pak Jhon akan meminta Maa Andra dan Seroja, bersama dewan direksi lain untuk berkumpul di ruang rapat. Mengenalkan presidir yang baru. Lewat monitor yang menghubungkan ruangan sebelah, aku bisa melihat satu persatu mereka masuk. Yang membuatku ingin muntah ialah wajah Mas Andra dan Seroja yang seolah tidak saling kenal. Pad

  • Pura-Pura Mati   Rencana Salwa

    Sengaja aku bangun pagi, untuk memberikan kejutan buat Mas Andra. Hari ini adalah Anniversary pernikahan kami yang ke-tiga. Aku dan Mas Andra sudah membuat rencana, sebelum kecelakaan itu menimpaku. Kami sepakat akan berlibur ke Bali, sekaligus berbulan madu yang ke-dua.Dan momen ini akan kubuat, Mas Andra mengingatku. Mengingat kenangan yang tak akan pernah sirna, dalam ingatannya.Setiap tahun, Mas Andra selalu memberikan kejutan di hari pernikahan kami. Dia tidak pernah absen, memberikan kado yang membuat semua istri merasa bahagia. Merasa nyaman, dan tidak akan pernah berpikir suaminya selingkuh. Ternyata itu hanyalah tameng untuk menutupi keburukannya. Lihatlah Mas, hari ini kamu akan merasakan sakitnya."Tolong antar pagi ini juga, ya? Kalau bisa jangan lewat jam tujuh pagi," ucapku pada kurir, tempat aku memesan beberapa barang dan kue. "Oke, saya tunggu."Aku keluar kamar, dan mulai melangkahkan kaki ke lantai satu. Di sana sudah ada Bi Ayu yang sibuk member

  • Pura-Pura Mati   Kamu memang licik, Mas

    Tatapannya menggambarkan pertanyaan besar, ditambah kerutan di keningnya, seolah ingin tahu siapa aku. Bahkan Mas Andra tampak ragu untuk menyambut uluran tangan dariku."Gak penting!!" sahut wanita yang di sebelahnya. Menarik lengannya agar menjauh dariku. "Aku capek, Mas. Ngapain kamu malah ngurusin nih orang, mending kamu tunjukan di mana kamar kita," omelnya terlihat jelas kekesalan dari raut wajahnya.Panas dada ini mendengar ucapan wanita itu. Yang menyebutkan kata 'kamar kita'. Aku ingin tahu, akan dibawa ke mana Seroja oleh Mas Andra. Kutarik tanganku dan pandangan ini ke sembarang. Aku takut tidak bisa mengontrol diri, jika bertatap muka dengan mereka."Saya permisi dulu Pak," pamit Bi Ayu meninggalkan kami. Wanita itu melirik sekilas ke arahku saat melintas, masuk ke dapur."Bik, tunggu!" sergah Mas Andra, Bi Ayu berbalik. "Tolong Bibik antar Seroja ke kamar tamu," pintanya, dengan nada memerintah."Lho, Mas." Wanita yang bernam

  • Pura-Pura Mati   Akan kubuat hancur kamu, Mas

    Bayangan moment indah yang kami lewati bersama tiba-tiba datang. Betapa aku percaya pada Mas Andra, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya dan aku selalu mendukung apapun permintaanya, yang selalu ia katakan 'untuk kita'Ternyata semua itu cuma tameng untuk menutupi kebusukannya. Tak dapat kubendung lagi, air mata ini luruh seketika, mengalir seperti hilangnya kepercayaanku terhadap Mas Andra."Kamu tega, Mas." Tangisku pecah, membayangkan Mas Andra dan perempuan itu. Sakit, sekujur tubuh ini, apalagi seonggok daging yang menggumpal di dalam dada.Belum kering air mata ini, Bi Ayu datang bersama Nirwan. Assisten Mas Andra yang kupercayakan semuanya kepada laki-laki berkumis tipis di hadapanku kali ini."Buk, ada Pak Nirwan," ucap Bi Ayu memberitahu."Iya, Bik," sahutku dengan suara parau. "Bibik boleh keluar," pintaku, hancur sehancur-hancurnya.Nirwan menayapku penuh tanda tanya. Namun, yang aku lihat dari matanya, ada sirat k

  • Pura-Pura Mati   Siapa perempuan itu

    Pergi? Pergi kemana Mas Andra. Aku sedikit tercengang mendengar jawaban dari Bi Ayu. Bahkan dari nada bicaranya saja, wanita paruh baya itu tampak ketakutan. Ada apa ini?Satu minggu berlalu, aku dirawat di rumah sakit. Dan hari ini, dokter mengatakan kalau aku sudah boleh dibawa pulang. Antara cemas dan takut, mendengar kabar itu. Seharusnya, aku bahagia karena bisa berkumpul lagi bersama Mas Andra. Tetapi, setelah mendengar kabar dari Bi Ayu, aku merasa ada sesuatu yang janggal di rumah.Petugas penanganan bencana dan Tim SAR yang bertugas mengantarku pulang ke rumah. Iya, rumahku. Ini adalah warisan dari kedua orang tuaku sebelum mereka meninggal. Kalaupun selama ini aku tidak aktif di perusahaan, dan menyerahkan semua urusan perusahaan pada Mas Andra. Namun, beliau sama sekali tidak pernah ikut andil di dalamnya.Rumah mewah dua lantai di hadapanku saat ini tampak sepi. Karena memang, selama berumah tangga dengan mas Andra aku belum dikaruniai anak. Li

  • Pura-Pura Mati   Kecelakaan pesawat

    Desir darah ini terasa panas di tubuh, mengalir bebas, meninggalkan kecemasan. Saat mendengar pramugari mengatakan jika posisi pesawat sedang dalam bahaya."Para penumpang sekalian harap tenang, pakai sabuk pengaman, untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi.Suara wanita itu menggema di kabin pesawat, menimbulkan riuh seketika di dalam sana. Cemas dan takut sebagian orang alami, termasuk denganku. Bayang-bayang kematian pun menari-nari di benak."Astaghfirullah," sebut hampir semua penumpang yang beragama muslim. Begitu juga denganku. Saat merasakan hantaman besar, yang membuat tubuh kami terombang-ambing."Ya Allah, selamatkan hamba!!" seruan panik seseorang, terdengar sekali didera rasa takut yang luar biasa.Pun dengan diri ini, tak bisa lagi berpikiran positif. Yang ada hanyalah kepasrahan, tetap tidak rela. Jika nyawa ini melayang begitu saja. Kupejamkan mata sejenak, yang ada dalam khayal hanyalah sosok laki-laki yang menemaniku s

DMCA.com Protection Status