Home / Romansa / Pura-Pura Mati / Akan kubuat hancur kamu, Mas

Share

Akan kubuat hancur kamu, Mas

Author: Susi Hariani
last update Last Updated: 2022-12-02 14:14:39

Bayangan moment indah yang kami lewati bersama tiba-tiba datang. Betapa aku percaya pada Mas Andra, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya dan aku selalu mendukung apapun permintaanya, yang selalu ia katakan 'untuk kita'

Ternyata semua itu cuma tameng untuk menutupi kebusukannya. Tak dapat kubendung lagi, air mata ini luruh seketika, mengalir seperti hilangnya kepercayaanku terhadap Mas Andra.

"Kamu tega, Mas." Tangisku pecah, membayangkan Mas Andra dan perempuan itu. Sakit, sekujur tubuh ini, apalagi seonggok daging yang menggumpal di dalam dada.

Belum kering air mata ini, Bi Ayu datang bersama Nirwan. Assisten Mas Andra yang kupercayakan semuanya kepada laki-laki berkumis tipis di hadapanku kali ini.

"Buk, ada Pak Nirwan," ucap Bi Ayu memberitahu.

"Iya, Bik," sahutku dengan suara parau. "Bibik boleh keluar," pintaku, hancur sehancur-hancurnya.

Nirwan menayapku penuh tanda tanya. Namun, yang aku lihat dari matanya, ada sirat ketakutan dari lelaki itu.

"Apa kabar Mas Nirwan?" tanyaku basa basi, membuka percakapan. "Terkejut, liat aku masih hidup dan masih ada di sini." Entah mengapa, rasanya aku tak kuasa menahan kekesalan ini. Aku menebak, Mas Nirwan tahu semuanya tentang kebusukan Mas Andra.

"Kok kamu ngomongnya gitu sih, Wa. Aku malah seneng denger kabar kamu," jawab lelaki itu, salah tingkah. Seperti bisa menebak apa yang akan aku katakan padanya.

"Mas Andra ke mana, Mas?" Aku mulai memancingnya, untuk mengetes kejujurannya.

"Andra," jawabnya tiba-tiba gaguk. "Andra lagi ke Singapure, Wa. Lagi nenangkan diri."

Aku mengulas senyum miring, menanggapinya. "Nenangin diri?" tawaku sebelah. "Mas, gak usah lagi ada yang kamu tutupi dariku, Mas."

Aku menunjukan beberapa email yang dikirim oleh Jonhi ke Mas Nirwan. "Ini yang Mas Bilang nenangin diri?" tandasku meninggikan nada bicara. "Berduaan sama wanita lain, itu yang Mas Nirwan bilang nenangin diri." Pelupuk ini mulai mengembun lagi, tak kuasa menahan rasa sakit akibat pengkhianatan.

"Maafin aku, Wa," sesalnya menundukan wajah. "Sebenarnya aku sudah lama tahu kelakuan suami kamu."

"Kenapa Mas Nirwan gak pernah bilang ke aku?" tuntutku mulai kesal.

"Apa kamu lupa, Wa." Kali ini dia memandangku penuh keyakinan. Seulas senyum getir pun terlihat jelas di sana. "Kamu terlalu bucin sama Andra. Sampai-sampai, kamu gak pernah mau denger pendapat orang lain." Aku tertunduk pilu, mengakui ucapan Mas Nirwan.

"Apa kamu lupa, saat aku bilang untuk hati-hati sama orang terdekatmu. Bisa jadi, dia hanya memanfaatkan kamu." Ia menjeda kalimatnya, memberikan aku kesempatan untuk mengingat kejadian itu. "Tapi apa yang kamu katakan ke aku, kamu makah nuduh kalau aku iri sama posisi Andra. Yang dulunya cuma karyawan ayahmu, dan sekarang jadi suamimu. Apa kamu lupa?" tegasnya, aku merutuki kebodohanku.

"Sejak itulah, Wa. Aku udah gak mau lagi ikut campur masalah rumah tangga kamu," sambungnya mempertegas, kalau dirinya pernah mengingatkan aku.

"Aku memang bodoh, Mas, hiks," tangisku, sesak. Karena hanya itu yang bisa aku lakukan saat ini.

"Udahlah, Wa." Mas Nirwan menenangkan aku. "Percuma juga kamu tangisi. Semua sudah terjadi."

"Sekarang apa rencana kamu?"

Aku tak mau larut dalam kesedihan, keterpurukan yang membuat aku jatuh semakin dalam lagi. Aku harus kuat dan pintar menghadapi laki-laki licik seperti Mas Andra.

"Aku setuju sama idemu," ujar Mas Nirwan usai mendengar rencanaku. "Nanti biar aku yang bicarakan ini sama Pak Jonhi."

"Makasih ya, Mas. Aku udah gak sabar, pengen cepetan bertemu Mas Andra."

"Awas, Wa. Yang kamu hadapi ini adalah suami kamu sendiri. Sedikit banyak, perasaan cinta itu masih ada dalam hatimu. Jangan sampai kamu lalai, dan dimanfaatkan lagi sama Andra," ucapnya memperingati.

"Iya, Mas. Aku tahu itu, aku akan hati-hati."

***********

Aku tidak bisa hanya menunggu kedatangan mereka. Aku harus berbuat sesuatu yang mempercepat kepulangan Mas Andra.

"Lakukan yang saya perintahkan, Pak!" seruku pada Pak Jhon, yang sudah tahu rencana ini.

"Kita tunggu aja, Mas. Siapa yang akan jadi pemenangnya. Kamu boleh membohongiku dengan rencana-rencanamu. Tapi aku sudah pegang kartumu!"

Aku gak bisa bayangin, akan seperti apa nasib Mas Andra, setelah kartu kreditnya aku blokir dari sini. Itu baru awalnya aja, Mas. Setelah ini kamu akan dapat yang lebih.

Aku tak sabar menunggu esok tiba, sampai malam terasa panjang kurasa. Mata ini bahkan enggan terpejam, membawaku keluar kamar, berniat mencari udara segar di teras belakang.

"Gimana ini, Yu?"

Sayup kudengar ada orang yang lagi berbincang di dekat kolam. Kaki ini membawaku ke sana, untuk mengecek siapa orangnya.

"Aku juga gak tahu, To. Kalau sampai ibu tahu Bapak udah pernah bawa wanita itu ke sini___

Ucapan Bi Ayu harus tercekat, melihat kehadiranku. Kedua pekerjaku itu terlihat gaguk, saling melempar pandang mencari pembelaan.

"Jadi, kalian juga sudah tahu?" tanyaku, semakin menciutkan nyali mereka. Tak berani bertatap muka denganku. "Sejak kapan, Bik?"

"Em, anu Buk___

Ada sirat ketakutan di wajah wanita itu, sampai ragu untuk mengatakan kebenaran.

"Gak usah takut, Bik. Percaya sama saya, kalian akan baik-baik saja," jawabku, berharap mereka mau membuka kebusukan Mas Andra lagi.

"Sebenarnya, Buk." Bi Ayu menceritakan semuanya, selama aku gak ada di rumah Mas Andra membawa wanita itu ke rumah. Mengenalkan kepada mereka sebagai istri barunya Mas Andra.

Rasanya tulang-tulang di sekujur tubuh ini runtuh, mendengarnya. Setega itu Mas Andra mengkhianati aku. Setelah apa yang ia terima selama ini. Apa dia lupa, dari mana asalnya dulu? Cuma pegawai rendahan yang beruntung mendapatkan aku. Menarik perhatianku dengan pesonanya, dan sekarang apa yang ia balas. Dia seperti benalu, yang merusak semuanya. Aku berjanji, gak akan membiarkan dia menang.

"Maafkan saya, Buk. Tidak jujur sama Ibu," sesal Bi Ayu terlihat jelas dari matanya.

"Saya juga, Buk." Juga dengan Mang Sapto.

"Sudahlah Mang, Bik, semuanya sudah terjadi. Saya tahu, ini kalian lakukan karena takut kan sama Mas Andra? Sekarang kalian harus bantu saya."

Aku membisikkan rencanaku pada mereka. Dan memberitahu peranan apa yang nantinya akan dimainkan.

Lega hati ini, setelah tahu semuanya kelakuan Mas Andra. Aku harus lebih pintar dari Mas Andra.

*****************

Dua hari berlalu, sesuai dengan angan, Mas Andra pulang ke rumah. Kudengar dari lantai atas kedatangannya.

"Bikin malu aja kamu, Mas!" Suara seorang wanita tampak menyalahkan dia. Aku yakin, wanita itu adalah istri barunya.

"Kamu pikir aku gak malu!!"

"Kacau semuanya liburan kita!! Kok bisa sih Mas Kartu kredit kamu diblokir orang?"

"Entahlah, aku juga gak tahu. Siapa yang melakukannya."

Tak berapa lama, Bi Ayu datang. Menyapa mereka. "Maaf Pak, mau dibuatkan minum apa?" tanyanya, pura-pura tidak tahu apa yang terjadi pada mereka.

"Gak usah, Bik," jawab Mas Andra lemas. "Oh iya, Bik. Selama saya pergi, ada kabar tentang ibu?"

"Gak ada, Pak," jawab Bi Ayu lukas, nyaris tidak ada keraguan barang sedikitpun.

Dan inilah, waktu yang tepat untuk aku menunjukan diri. Aku ingin tahu, gimana reaksi Mas Andra setelah bertemu denganku.

Dari lantai atas aku turun menapaki satu persatu anak tangga, sontak perhatian mereka bertiga beralih kepadaku.

"Si___apa wanita ini, Bik?" tanya Mas Andra, sorot matanya masih menata ke arahku.

"Dia ini Marni, Pak." Dijawab Bi Ayu sembari menarik lenganku mendekat. "Marni ini adalah sepupu Ibu yang dari Kalimantan." Lalu mengenalkan aku sebagai 'Marni' di depan mereka.

"Saya Marni." Kuulurkan tangan ini ke arahnya, Mas Andra tampak ragu-ragu untuk menyambutnya. Entah apa yang ada dalam pikirannya. Apa mungkin dua curiga dan mengenali penampilan baruku ini? Atau dia____

Related chapters

  • Pura-Pura Mati   Kamu memang licik, Mas

    Tatapannya menggambarkan pertanyaan besar, ditambah kerutan di keningnya, seolah ingin tahu siapa aku. Bahkan Mas Andra tampak ragu untuk menyambut uluran tangan dariku."Gak penting!!" sahut wanita yang di sebelahnya. Menarik lengannya agar menjauh dariku. "Aku capek, Mas. Ngapain kamu malah ngurusin nih orang, mending kamu tunjukan di mana kamar kita," omelnya terlihat jelas kekesalan dari raut wajahnya.Panas dada ini mendengar ucapan wanita itu. Yang menyebutkan kata 'kamar kita'. Aku ingin tahu, akan dibawa ke mana Seroja oleh Mas Andra. Kutarik tanganku dan pandangan ini ke sembarang. Aku takut tidak bisa mengontrol diri, jika bertatap muka dengan mereka."Saya permisi dulu Pak," pamit Bi Ayu meninggalkan kami. Wanita itu melirik sekilas ke arahku saat melintas, masuk ke dapur."Bik, tunggu!" sergah Mas Andra, Bi Ayu berbalik. "Tolong Bibik antar Seroja ke kamar tamu," pintanya, dengan nada memerintah."Lho, Mas." Wanita yang bernam

    Last Updated : 2022-12-03
  • Pura-Pura Mati   Rencana Salwa

    Sengaja aku bangun pagi, untuk memberikan kejutan buat Mas Andra. Hari ini adalah Anniversary pernikahan kami yang ke-tiga. Aku dan Mas Andra sudah membuat rencana, sebelum kecelakaan itu menimpaku. Kami sepakat akan berlibur ke Bali, sekaligus berbulan madu yang ke-dua.Dan momen ini akan kubuat, Mas Andra mengingatku. Mengingat kenangan yang tak akan pernah sirna, dalam ingatannya.Setiap tahun, Mas Andra selalu memberikan kejutan di hari pernikahan kami. Dia tidak pernah absen, memberikan kado yang membuat semua istri merasa bahagia. Merasa nyaman, dan tidak akan pernah berpikir suaminya selingkuh. Ternyata itu hanyalah tameng untuk menutupi keburukannya. Lihatlah Mas, hari ini kamu akan merasakan sakitnya."Tolong antar pagi ini juga, ya? Kalau bisa jangan lewat jam tujuh pagi," ucapku pada kurir, tempat aku memesan beberapa barang dan kue. "Oke, saya tunggu."Aku keluar kamar, dan mulai melangkahkan kaki ke lantai satu. Di sana sudah ada Bi Ayu yang sibuk member

    Last Updated : 2022-12-04
  • Pura-Pura Mati   Kekecewaan Andra

    "Saya yakin membutuhkannya, Pak," jawabku lelaki itu tak menjawabnya lagi. "Baiklah, secepatnya saya akan carikan asisten laki-laki yang masih muda, seperti pesanan ibu," jawabnya, bisa andalkan. Aku mengangguk puas, sembari menatap tajam ke arah laki-laki itu. Setelah ini apa yang akan aku lakukan, kupastikan akan membuat kamu resah Mas Andra. Tunggu balasan yang lebih kejam dariku. Selesai dengan urusan Pak Jhon, aku sudah tidak sabar melihat reaksi Mas Andra, satu kantor dengannya. Bahkan jabatan yang sekarang aku pegang, lebih tinggi dibandingkan dia. Sesusai yang aku perintahkan pada orang kepercayaanku tadi, Pak Jhon akan meminta Maa Andra dan Seroja, bersama dewan direksi lain untuk berkumpul di ruang rapat. Mengenalkan presidir yang baru. Lewat monitor yang menghubungkan ruangan sebelah, aku bisa melihat satu persatu mereka masuk. Yang membuatku ingin muntah ialah wajah Mas Andra dan Seroja yang seolah tidak saling kenal. Pad

    Last Updated : 2022-12-26
  • Pura-Pura Mati   Kuikuti permainan kalian

    Sepatu high heels yang kupakai tergelincir di keramik, membuat tubuh ini jatuh. Beruntungnya Mas Andra dekat, lelaki itu menarik tanganku, dan aku jatuh tepat di pangkuannya. Saking gugupnya, jantung ini berdebar-debar. Apalagi saat pandangan mata kami bertemu.Tatapan Mata Andra masih sama, saat kami menjalin kasih. Lembut dan penuh cinta. Bibirnya yang merah, membuatku sedikit terkesiap, melupakan semua dendamku padanya. Rasanya aku ingin dunia ini berhenti berputar. Hanya ada aku dan Mas Andra di dalamnya. Situasi ini sangat nyaman bagiku, menyandarkan tubuh ini ke bahunya.Bayangan dia bercumbu dengan wanita lain, membuat aku sadar. Kalau laki-laki yang sedang memangku ini bukan lah laki-laki yang baik. Bermuka dua, pengkhianat, dan seorang mafia. Aku yakin dia akan menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya. Termasuk melenyapkan aku."Ibu Maharani gak apa-apa kan, Buk?" tegur Pak Jhon, mengkhawatirkan aku.Gegas, kutarik bokong ini dari pangkuannya. "Terima kasih Pak Andra sudah

    Last Updated : 2022-12-27
  • Pura-Pura Mati   Ketegangan di rumah Salwa

    Wajah wanita yang mengakui dirinya sebagai aku itu terlihat pucat. Bahkan tak mau memandang ke arahku. Bingung, dan terjebak dalam pertanyaan itu."Apa jangan-jangan, ada orang lain yang mereka kira korban kecelakaan itu? Atau____Sesaat wanita itu mengalihkan pandangannya ke arahku, hanya sebentar, saat aku kembali menggantungkan ucapanku, ia kembali melihat ke samping. Dasar licik kamu, akan aku pastikan hidupmu tidak akan tenang, apalagi yang sedang kamu hadapi ini adalah seorang wanita kuat, yang sudah kebal dengan kata pengkhianatan."Ah, sudahlah, Mbak," sambungku, berangkat. Aku duduk di sebelahnya. "Yang penting Mbak Salwa sudah kembali dalam keadaan yang utuh, hehehe," kekehku memeluk tubuhnya. "Aku seneng banget kok, bisa ketemu Mbak lagi.""Mbak juga," sahutnya, tersenyum getir. "Oh iya, Mas Andra kok sampai sekarang belum pulang ya?" Pandangan matanya melolok ke arah pintu. Seolah tak sabar ingin bertemu dengan Mas Andra. Aku juga ingin tahu, seperti apa reaksi mereka sete

    Last Updated : 2022-12-30
  • Pura-Pura Mati   Kecelakaan pesawat

    Desir darah ini terasa panas di tubuh, mengalir bebas, meninggalkan kecemasan. Saat mendengar pramugari mengatakan jika posisi pesawat sedang dalam bahaya."Para penumpang sekalian harap tenang, pakai sabuk pengaman, untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi.Suara wanita itu menggema di kabin pesawat, menimbulkan riuh seketika di dalam sana. Cemas dan takut sebagian orang alami, termasuk denganku. Bayang-bayang kematian pun menari-nari di benak."Astaghfirullah," sebut hampir semua penumpang yang beragama muslim. Begitu juga denganku. Saat merasakan hantaman besar, yang membuat tubuh kami terombang-ambing."Ya Allah, selamatkan hamba!!" seruan panik seseorang, terdengar sekali didera rasa takut yang luar biasa.Pun dengan diri ini, tak bisa lagi berpikiran positif. Yang ada hanyalah kepasrahan, tetap tidak rela. Jika nyawa ini melayang begitu saja. Kupejamkan mata sejenak, yang ada dalam khayal hanyalah sosok laki-laki yang menemaniku s

    Last Updated : 2022-12-01
  • Pura-Pura Mati   Siapa perempuan itu

    Pergi? Pergi kemana Mas Andra. Aku sedikit tercengang mendengar jawaban dari Bi Ayu. Bahkan dari nada bicaranya saja, wanita paruh baya itu tampak ketakutan. Ada apa ini?Satu minggu berlalu, aku dirawat di rumah sakit. Dan hari ini, dokter mengatakan kalau aku sudah boleh dibawa pulang. Antara cemas dan takut, mendengar kabar itu. Seharusnya, aku bahagia karena bisa berkumpul lagi bersama Mas Andra. Tetapi, setelah mendengar kabar dari Bi Ayu, aku merasa ada sesuatu yang janggal di rumah.Petugas penanganan bencana dan Tim SAR yang bertugas mengantarku pulang ke rumah. Iya, rumahku. Ini adalah warisan dari kedua orang tuaku sebelum mereka meninggal. Kalaupun selama ini aku tidak aktif di perusahaan, dan menyerahkan semua urusan perusahaan pada Mas Andra. Namun, beliau sama sekali tidak pernah ikut andil di dalamnya.Rumah mewah dua lantai di hadapanku saat ini tampak sepi. Karena memang, selama berumah tangga dengan mas Andra aku belum dikaruniai anak. Li

    Last Updated : 2022-12-01

Latest chapter

  • Pura-Pura Mati   Ketegangan di rumah Salwa

    Wajah wanita yang mengakui dirinya sebagai aku itu terlihat pucat. Bahkan tak mau memandang ke arahku. Bingung, dan terjebak dalam pertanyaan itu."Apa jangan-jangan, ada orang lain yang mereka kira korban kecelakaan itu? Atau____Sesaat wanita itu mengalihkan pandangannya ke arahku, hanya sebentar, saat aku kembali menggantungkan ucapanku, ia kembali melihat ke samping. Dasar licik kamu, akan aku pastikan hidupmu tidak akan tenang, apalagi yang sedang kamu hadapi ini adalah seorang wanita kuat, yang sudah kebal dengan kata pengkhianatan."Ah, sudahlah, Mbak," sambungku, berangkat. Aku duduk di sebelahnya. "Yang penting Mbak Salwa sudah kembali dalam keadaan yang utuh, hehehe," kekehku memeluk tubuhnya. "Aku seneng banget kok, bisa ketemu Mbak lagi.""Mbak juga," sahutnya, tersenyum getir. "Oh iya, Mas Andra kok sampai sekarang belum pulang ya?" Pandangan matanya melolok ke arah pintu. Seolah tak sabar ingin bertemu dengan Mas Andra. Aku juga ingin tahu, seperti apa reaksi mereka sete

  • Pura-Pura Mati   Kuikuti permainan kalian

    Sepatu high heels yang kupakai tergelincir di keramik, membuat tubuh ini jatuh. Beruntungnya Mas Andra dekat, lelaki itu menarik tanganku, dan aku jatuh tepat di pangkuannya. Saking gugupnya, jantung ini berdebar-debar. Apalagi saat pandangan mata kami bertemu.Tatapan Mata Andra masih sama, saat kami menjalin kasih. Lembut dan penuh cinta. Bibirnya yang merah, membuatku sedikit terkesiap, melupakan semua dendamku padanya. Rasanya aku ingin dunia ini berhenti berputar. Hanya ada aku dan Mas Andra di dalamnya. Situasi ini sangat nyaman bagiku, menyandarkan tubuh ini ke bahunya.Bayangan dia bercumbu dengan wanita lain, membuat aku sadar. Kalau laki-laki yang sedang memangku ini bukan lah laki-laki yang baik. Bermuka dua, pengkhianat, dan seorang mafia. Aku yakin dia akan menghalalkan cara untuk mencapai tujuannya. Termasuk melenyapkan aku."Ibu Maharani gak apa-apa kan, Buk?" tegur Pak Jhon, mengkhawatirkan aku.Gegas, kutarik bokong ini dari pangkuannya. "Terima kasih Pak Andra sudah

  • Pura-Pura Mati   Kekecewaan Andra

    "Saya yakin membutuhkannya, Pak," jawabku lelaki itu tak menjawabnya lagi. "Baiklah, secepatnya saya akan carikan asisten laki-laki yang masih muda, seperti pesanan ibu," jawabnya, bisa andalkan. Aku mengangguk puas, sembari menatap tajam ke arah laki-laki itu. Setelah ini apa yang akan aku lakukan, kupastikan akan membuat kamu resah Mas Andra. Tunggu balasan yang lebih kejam dariku. Selesai dengan urusan Pak Jhon, aku sudah tidak sabar melihat reaksi Mas Andra, satu kantor dengannya. Bahkan jabatan yang sekarang aku pegang, lebih tinggi dibandingkan dia. Sesusai yang aku perintahkan pada orang kepercayaanku tadi, Pak Jhon akan meminta Maa Andra dan Seroja, bersama dewan direksi lain untuk berkumpul di ruang rapat. Mengenalkan presidir yang baru. Lewat monitor yang menghubungkan ruangan sebelah, aku bisa melihat satu persatu mereka masuk. Yang membuatku ingin muntah ialah wajah Mas Andra dan Seroja yang seolah tidak saling kenal. Pad

  • Pura-Pura Mati   Rencana Salwa

    Sengaja aku bangun pagi, untuk memberikan kejutan buat Mas Andra. Hari ini adalah Anniversary pernikahan kami yang ke-tiga. Aku dan Mas Andra sudah membuat rencana, sebelum kecelakaan itu menimpaku. Kami sepakat akan berlibur ke Bali, sekaligus berbulan madu yang ke-dua.Dan momen ini akan kubuat, Mas Andra mengingatku. Mengingat kenangan yang tak akan pernah sirna, dalam ingatannya.Setiap tahun, Mas Andra selalu memberikan kejutan di hari pernikahan kami. Dia tidak pernah absen, memberikan kado yang membuat semua istri merasa bahagia. Merasa nyaman, dan tidak akan pernah berpikir suaminya selingkuh. Ternyata itu hanyalah tameng untuk menutupi keburukannya. Lihatlah Mas, hari ini kamu akan merasakan sakitnya."Tolong antar pagi ini juga, ya? Kalau bisa jangan lewat jam tujuh pagi," ucapku pada kurir, tempat aku memesan beberapa barang dan kue. "Oke, saya tunggu."Aku keluar kamar, dan mulai melangkahkan kaki ke lantai satu. Di sana sudah ada Bi Ayu yang sibuk member

  • Pura-Pura Mati   Kamu memang licik, Mas

    Tatapannya menggambarkan pertanyaan besar, ditambah kerutan di keningnya, seolah ingin tahu siapa aku. Bahkan Mas Andra tampak ragu untuk menyambut uluran tangan dariku."Gak penting!!" sahut wanita yang di sebelahnya. Menarik lengannya agar menjauh dariku. "Aku capek, Mas. Ngapain kamu malah ngurusin nih orang, mending kamu tunjukan di mana kamar kita," omelnya terlihat jelas kekesalan dari raut wajahnya.Panas dada ini mendengar ucapan wanita itu. Yang menyebutkan kata 'kamar kita'. Aku ingin tahu, akan dibawa ke mana Seroja oleh Mas Andra. Kutarik tanganku dan pandangan ini ke sembarang. Aku takut tidak bisa mengontrol diri, jika bertatap muka dengan mereka."Saya permisi dulu Pak," pamit Bi Ayu meninggalkan kami. Wanita itu melirik sekilas ke arahku saat melintas, masuk ke dapur."Bik, tunggu!" sergah Mas Andra, Bi Ayu berbalik. "Tolong Bibik antar Seroja ke kamar tamu," pintanya, dengan nada memerintah."Lho, Mas." Wanita yang bernam

  • Pura-Pura Mati   Akan kubuat hancur kamu, Mas

    Bayangan moment indah yang kami lewati bersama tiba-tiba datang. Betapa aku percaya pada Mas Andra, setiap ucapan yang keluar dari mulutnya dan aku selalu mendukung apapun permintaanya, yang selalu ia katakan 'untuk kita'Ternyata semua itu cuma tameng untuk menutupi kebusukannya. Tak dapat kubendung lagi, air mata ini luruh seketika, mengalir seperti hilangnya kepercayaanku terhadap Mas Andra."Kamu tega, Mas." Tangisku pecah, membayangkan Mas Andra dan perempuan itu. Sakit, sekujur tubuh ini, apalagi seonggok daging yang menggumpal di dalam dada.Belum kering air mata ini, Bi Ayu datang bersama Nirwan. Assisten Mas Andra yang kupercayakan semuanya kepada laki-laki berkumis tipis di hadapanku kali ini."Buk, ada Pak Nirwan," ucap Bi Ayu memberitahu."Iya, Bik," sahutku dengan suara parau. "Bibik boleh keluar," pintaku, hancur sehancur-hancurnya.Nirwan menayapku penuh tanda tanya. Namun, yang aku lihat dari matanya, ada sirat k

  • Pura-Pura Mati   Siapa perempuan itu

    Pergi? Pergi kemana Mas Andra. Aku sedikit tercengang mendengar jawaban dari Bi Ayu. Bahkan dari nada bicaranya saja, wanita paruh baya itu tampak ketakutan. Ada apa ini?Satu minggu berlalu, aku dirawat di rumah sakit. Dan hari ini, dokter mengatakan kalau aku sudah boleh dibawa pulang. Antara cemas dan takut, mendengar kabar itu. Seharusnya, aku bahagia karena bisa berkumpul lagi bersama Mas Andra. Tetapi, setelah mendengar kabar dari Bi Ayu, aku merasa ada sesuatu yang janggal di rumah.Petugas penanganan bencana dan Tim SAR yang bertugas mengantarku pulang ke rumah. Iya, rumahku. Ini adalah warisan dari kedua orang tuaku sebelum mereka meninggal. Kalaupun selama ini aku tidak aktif di perusahaan, dan menyerahkan semua urusan perusahaan pada Mas Andra. Namun, beliau sama sekali tidak pernah ikut andil di dalamnya.Rumah mewah dua lantai di hadapanku saat ini tampak sepi. Karena memang, selama berumah tangga dengan mas Andra aku belum dikaruniai anak. Li

  • Pura-Pura Mati   Kecelakaan pesawat

    Desir darah ini terasa panas di tubuh, mengalir bebas, meninggalkan kecemasan. Saat mendengar pramugari mengatakan jika posisi pesawat sedang dalam bahaya."Para penumpang sekalian harap tenang, pakai sabuk pengaman, untuk mencegah kemungkinan buruk terjadi.Suara wanita itu menggema di kabin pesawat, menimbulkan riuh seketika di dalam sana. Cemas dan takut sebagian orang alami, termasuk denganku. Bayang-bayang kematian pun menari-nari di benak."Astaghfirullah," sebut hampir semua penumpang yang beragama muslim. Begitu juga denganku. Saat merasakan hantaman besar, yang membuat tubuh kami terombang-ambing."Ya Allah, selamatkan hamba!!" seruan panik seseorang, terdengar sekali didera rasa takut yang luar biasa.Pun dengan diri ini, tak bisa lagi berpikiran positif. Yang ada hanyalah kepasrahan, tetap tidak rela. Jika nyawa ini melayang begitu saja. Kupejamkan mata sejenak, yang ada dalam khayal hanyalah sosok laki-laki yang menemaniku s

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status