Share

2. Panik

Author: Jasmine
last update Last Updated: 2023-06-07 20:10:18

"A ... apa? Kecelakaan? Ba ... bagaimana bisa? Katakan dengan jelas!" teriak Logan yang terdengar sangat panik saat menjawab panggilan telepon yang berasal dari nomor istrinya itu.

Ia yang sebelumnya telah terkejut karena menerima telepon dari Amanda yang tiba-tiba mengamuk, tak pernah menyangka akan mendapat telepon yang mengejutkan lagi untuk kedua kalinya dari nomor yang sama.

"Istri Anda, Amanda Freesia Langdon telah mengalami kecelakaan dan kami sedang membawanya ke rumah sakit terdekat, Pak!" seru pria yang sebelumnya mengaku sebagai petugas medis itu pada Logan, sang suami.

"Kami akan membawa istri Anda ke Royal North Hospital. Segera ke sana karena kami membutuhkan persetujuan Anda untuk operasi darurat! Halo, Pak, Pak, apa Anda masih mendengarkan?" lanjutnya lagi saat si penelepon tak segera mendapat jawaban.

Logan yang membeku, untuk beberapa saat tak mampu berkata apa-apa karena mendadak ia merasa begitu berputar dan tercekat karena berita yang mengejutkan itu. "Ba ... baik!" jawabnya.

Ia yang sebelumnya telah sampai di area parkir, kemudian melesat dan berlari dengan kalut setelah ia memutus panggilan itu. Ia masih merasa sesak dan hampir kesulitan bernapas sejak tadi, sesaat setelah petugas medis yang meneleponnya itu mengatakan bahwa istrinya kecelakaan dan sedang dalam keadaan kritis karena mengalami pendarahan kepala yang begitu hebat.

Entah bagaimana, ia akhirnya berhasil juga mengejar mobil ambulans yang membawa istrinya pergi karena lokasi yang diterangkan oleh petugas mengatakan bahwa kecelakaan tersebut tak jauh dari lokasinya sendiri saat itu.

"Brak!" 

Dengan tergesa-gesa, Logan membanting pintu dan turun dari mobilnya yang tepat berhenti di belakang mobil ambulans yang sempat ia buntuti tadi. Ia bahkan tak menghiraukan teriakan petugas keamanan rumah sakit untuk menyingkirkan mobilnya yang telah parkir sembarangan karena membuntuti ambulans tersebut.

"Cepat, pasien mengalami pendarahan dan traumatis hebat di area kepala. Segera persiapkan ruang operasi untuknya!" teriak seorang dokter saat menurunkan pasien wanita yang tergeletak di atas kasur dorong dengan baju dan wajah yang bersimbah darah. Salah satu lengannya yang terjuntai, jelas menunjukkan bahwa ia seorang wanita yang telah bersuami dengan cincin kawin yang melingkar di salah satu jari manisnya.

"Siapa wali wanita ini? Sudahkah dihubungi dan meminta persetujuannya untuk ...."

"AKU!" Teriak pria yang berwajah pucat dan penuh dengan keringat itu sambil berhambur ke ranjang pasien yang telah turun sepenuhnya dari mobil ambulans. Logan begitu mual dan merasa berputar lagi ketika memastikan siapa pasien yang terbaring di atas ranjang itu. Benar, itu adalah istrinya! Sontak, ia mendadak diserang panik.

"LAKUKAN APA PUN! LAKUKAN APA PUN YANG KALIAN BISA! IA ISTRIKU! SELAMATKAN IA!" teriaknya histeris sambil mencengkeram salah satu kemeja dokter yang sedang menstabilkan pernapasan, sementara dokter lainnya sedang menekan pendarahan hebat pada pasien wanita tersebut.

"Tenang, Pak! Kami akan segera melakukan tindakan operasi secepatnya," ucap dokter yang berjaga di sisi lain ranjang.

"Oh, tidak, Amanda." Logan kemudian hanya dapat terkulai lemas saat melihat wanita di atas ranjang itu terpejam dengan wajah bersimbah darah. Di balik kepalanya, darah menggenang seolah ia sedang tidur beralaskan bantal berwarna merah pekat.

Dengan terseok-seok karena menahan shocknya, ia kembali menguatkan dirinya sendiri dan berlari mengikuti kerumunan para perawat dan dokter yang telah bergegas membawa istrinya itu pergi, sementara matanya mulai berkabut karena genangan air mata yang mulai tumpah membanjiri wajahnya.

"Tuhan, selamatkanlah ia," lirihnya saat ia melepaskan kepergian istrinya, sesaat setelah para dokter membawanya masuk ke dalam ruang operasi.

"Kumohon jangan pergi. Kumohon jangan tinggalkan aku sekarang, Amanda. Kau tak boleh mati dan meninggalkanku!" doanya kuat-kuat dalam hati dengan wajah kalut yang bersimbah air mata.

Logan merasa dan berpikir bahwa kecelakaan Amanda disebabkan karena dirinya. Amanda yang sebelumnya mengamuk di dalam telepon yang tak ia ketahui apa pemicunya itulah yang mungkin saja menjadi penyebab kecelakaan istrinya itu.

****

Dua hari kemudian ....

"Apakah ia benar-benar telah sadarkan diri, Dokter? Apa kau yakin? Lalu, bagaimanakah keadaannya? Dapatkah aku melihatnya sekarang?" tanya seorang pria berambut cokelat gelap dengan wajah gelisah yang sedang menatap dokter di hadapannya itu dengan penuh pengharapan.

Pria berjas putih itu mengangguk dan tersenyum ramah. "Tenang, Tuan Logan. Ya, istri Anda telah mulai menunjukkan kesadarannya beberapa saat yang lalu saat ia mulai bergerak kecil. Namun, karena ia masih dalam pengaruh obat, ia hanya sadar sesaat sebelum kembali terlelap. Tapi Anda tak perlu khawatir, jika pengaruh obat di dalam tubuhnya telah hilang, maka ia akan kembali terbangun. Dan untuk itulah kami memberitahu, Anda."

Terdengar embusan napas lega yang keluar dari bibir tebal Logan setelah dokter di hadapannya menjelaskan keadaan Amanda. Jelas, ia merasa begitu lega sekaligus bersyukur karena Amanda telah kembali siuman setelah koma dan tak sadarkan diri sejak dua hari yang lalu akibat kecelakaan mobil yang menciderai kepalanya hingga membutuhkan operasi besar.

"Apakah ia dapat pindah ke dalam ruang perawatan terbaik setelah ia terbangun?" tanya Logan.

Pria berjas putih itu mengangguk ramah. "Tentu, tentu saja, Tuan. Itu sangat mungkin sekali setelah keberhasilan pasca operasinya kemarin menunjukkan hasil yang bagus. Kami akan menyiapkan kamar yang Anda inginkan. Jika ketenangan yang Anda inginkan untuk istri Anda, maka kami akan mengupayakan hal tersebut hingga ia merasa nyaman dalam pemulihannya."

"Terima kasih, dokter Bern, aku sangat menghargainya. Aku tak ingin ada seorang pengunjung pun kecuali keluarga inti yang mengunjungi istriku nanti sementara ia berada dalam ruang pemulihan."

"Tentu, aku mengerti maksud Anda, Tuan."

Setelah dokter tersebut berlalu, Logan kembali mengembuskan napasnya dengan lega dan penuh syukur. Ia kemudian meraih ponsel di sakunya dan mulai menekan sebuah nomor.

Yang tak diketahuinya, pembicaraan sayup-sayup yang terdengar hingga ke dalam ruangan intensif itu membuat Amanda yang masih terbaring di atas ranjang pasien, kembali membuka kedua matanya.

Ia dapat dengan jelas melihat sesosok pria yang sedang bertelepon dan sesekali mengacak rambutnya dengan kalut dari balik pintu kaca besar yang memisahkan dirinya dengan pria itu.

"Oh, Tuhan, Nyonya Langdon!" Teriakan tertahan membuat Logan menoleh dan mengikuti arah pandang seorang perawat yang baru saja membuka pintu dan terkesiap karena mendapati pasien di dalam ruangan itu telah membuka kedua matanya.

Tak ingin menunggu lama, Logan segera berhambur masuk ke dalam ruangan tersebut dan menatap wanita yang tengah berbaring itu dengan senyum penuh keterkejutan, sementara sang perawat wanita bergegas memanggil dokter untuk kembali.

"A ... Amanda? Kau telah terbangun, Sayang?" ucapnya penuh haru dan takjub.

Ia mendekati Amanda dan membelai perlahan rambut halus istrinya itu dengan hati-hati. "Oh, syukurlah. Katakanlah sesuatu, Sayang," ucapnya kemudian penuh harap dengan mata yang mulai berkaca-kaca.

Beban dalam benaknya seolah terangkat melihat kesadaran Amanda. Ia yang sebelumnya dipenuhi oleh rasa takut dan rasa bersalah atas kecelakaan Amanda itu, kini mulai bisa bernapas lega.

"Tu ... Tuan Logan?" lirih wanita itu. Amanda yang masih terbata dan mengernyit karena merasakan nyeri hebat di kepalanya, hanya mampu membalas dengan singkat.

Raut yang lembut dan penuh haru yang sebelumnya Logan perlihatkan, seketika berubah saat Amanda memanggilnya dengan sebutan tuan. Pria itu membeku dan menatap Amanda dengan tertegun ketika ia begitu terkejut kala mendengar istrinya memanggilnya dengan sebutan formal seperti dahulu.

"Nyonya ... apa yang Anda rasakan? Dapatkah Anda mendengarku? Nyonya Langdon?" Dokter Bern dan perawat yang kemudian mendekat ke ranjang Amanda mulai memeriksa wanita itu dan tak menghiraukan Logan yang masih membeku karena keterkejutannya.

Amanda sendiri menatap pria berjas putih dan seorang perawat yang mulai memeriksanya itu dengan nanar. Ia mengernyit lagi saat mengedarkan pandangan ke sekelilingnya untuk berfokus dan menyadari di mana keberadaannya sekarang.

Untuk beberapa saat, Amanda berusaha keras untuk mencerna pemandangan yang ia lihat di sekitarnya dan hubungannya dengan keadaan yang sedang dialaminya. Ia kembali mengingat-ingat lagi mengapa dirinya dapat berbaring di dalam ruangan serba putih itu.

"Nyonya? Apa yang Anda rasakan?" tanya dokter itu lagi hingga membuyarkan kebingungan Amanda yang sempat linglung sesaat.

Dengan lemah, Amanda kemudian menatap dokter dengan raut penuh tanya.

"Nyonya Amanda," panggil dokter Bern lagi, dokter yang memeriksanya. Ia sengaja memancing Amanda untuk melakukan komunikasi lebih jauh untuk melihat respon pasien.

"Y ... ya?" jawab Amanda lirih.

"Oh, syukurlah, Anda dapat mendengar dengan baik dan telah kembali siuman sepenuhnya." Dokter Bern tersenyum dan mengembuskan napas dengan lega saat Amanda melakukan kontak mata dengannya, yang berarti pertanda baik.

"Nyonya Amanda, Anda sekarang sedang berada di Royal North Hospital. Anda mengalami koma sejak dua hari yang lalu pasca operasi pada kepala Anda karena kecelakaan yang Anda alami sebelumnya. Operasi Anda berhasil dan Anda sekarang telah sepenuhnya siuman. Apa yang Anda rasakan sekarang, Nyonya? lanjutnya.

"O ... operasi?" tanya Amanda lemah sambil mengerutkan alisnya lagi. Ia masih tak sepenuhnya mengerti dengan raut yang tampak bingung.

Dokter Bern mengangguk. Ia tersenyum ramah. "Ya, Nyonya. Anda mengalami kecelakaan hebat dua hari yang lalu. Kami segera melakukan tindakan operasi darurat atas persetujuan suami Anda. Dan kini, kami akan memeriksa Anda dan memantau pemulihan Anda agar Anda dapat kembali ...."

"Tu ... tunggu," potong Amanda lemah. "Siapa suamiku?"

Keheningan tiba-tiba menyergap saat Amanda berhasil membuat semua orang di sana tertegun dengan pertanyaannya. Ia sendiri masih tampak berusaha mencerna semua ucapan dokter dengan mengingat-ingat lagi apa yang sebelumnya terjadi padanya.

"Sa ... Sayang, Amanda?" Logan mendekat dengan ragu ke arah ranjang Amanda yang sontak membuat wanita itu menatapnya.

Tak ada jawaban, tak ada ucapan apa pun dari mulut wanita itu, sesaat setelah Logan memanggilnya. Ia hanya menatap Logan dengan dalam dan dengan ekspresi yang sulit dibaca untuk beberapa waktu karena ia terlihat sedang mengamati pria itu.

"Tuan Logan?" balasnya kemudian yang kembali membuat Logan tercekat dan membeku. Ia yang hendak meraih jemari Amanda, harus mengurungkan niatnya saat istrinya kembali memanggilnya dengan sebutan formal seperti sebelumnya.

"A ... apa maksudmu, Sayang? I ... ini aku, suamimu," ucap Logan dengan perasaan berkecamuk yang tertahan namun ia mencoba tersenyum pada Amanda.

Dokter Bern yang mulai menduga sesuatu sedang tak berjalan seperti seharusnya, kemudian berinisiatif mengambil alih percakapan. "Nyonya Langdon, apa yang Anda rasakan sekarang? Apa kau mengenali pria ini yang merupakan suami Anda?" tanyanya.

Amanda mengerutkan alisnya dan tampak sedikit mengernyit sebelum kemudian membalas, "Aku tak mengerti maksudmu, Dokter. Siapa yang kau sebut suami? Ia adalah Logan, atasanku," jawabnya sambil menggeleng ragu.

Bagai disambar petir, Logan seketika terhuyung dan mungkin akan terjatuh jika ia tak menguatkan dirinya dengan bertumpu pada meja di samping ranjang Amanda.

"A ... apa maksudmu, Amanda?" ucapnya tak percaya. "Atasanmu? Aku adalah suamimu, Sayang," tegas Logan.

Amanda kembali memancarkan raut ragu dan menatap Logan. Ia tak menjawab apa pun.

"Katakan sekali lagi, Amanda. Siapa yang atasanmu? Apa kau tak mengenaliku? Apa maksudmu dengan aku adalah atasanmu?!" tanya Logan mulai panik.

"Tu ... Tuan, sebentar. Tolong, jangan terlalu mendesaknya." Dokter Bern yang sigap lalu mendekati Logan dan menahan lengannya untuk menenangkannya sambil setengah berbisik.

Amanda sendiri tampak muram dan menggeleng kecil. Ia sesekali menatap Logan dengan ragu hingga tanpa sadar ia meneteskan air matanya dan berkata dengan lirih, "A ... aku ingin beristirahat. Ba ... bawa pria itu pergi. Aku tak ingin melihatnya." 

Ia memejamkan kedua matanya dan mengembuskan napasnya dengan perlahan ketika bermacam-macam perasaan mulai menyeruak ke dalam dadanya.

Tatapan perawat dan dokter yang mengikuti arah pandang Amanda, seketika tertuju pada Logan yang masih berdiri di tempatnya. Sama halnya dengan Logan, mereka sedikit bingung dengan permintaan pertama pasien yang telah kembali siuman itu.

"Apakah maksudnya Anda ingin suami Anda keluar?" tanya dokter Bern.

"Bawa Tuan Logan pergi," tegas Amanda lagi dengan lemah, karena ia seketika merasa benar-benar sedang tak ingin melihat wajah pria itu.

"Ba ... baiklah, mungkin Anda masih sedikit shock dan bingung hingga tak sepenuhnya sadar dengan apa yang Anda ucapkan. Aku akan memberikan penenang agar Anda dapat beristirahat kembali, Nyonya. Apakah Anda merasa nyeri atau semacamnya?" tanyanya. Dokter Bern kemudian menepuk perlahan pundak Logan dan mengisyaratkannya untuk menjauh dan keluar.

"Ya, kepalaku terasa berputar dan sakit," jawab Amanda sambil memejamkan kedua matanya.

"Baik, baik, aku mengerti. Tak perlu memaksakan apa pun untuk mengingat-ingat atau berpikir tentang sesuatu. Tenanglah saja dan embuskan napasmu perlahan. Kau akan kuberi pereda nyeri agar dapat kembali beristirahat dan merasa tenang."

Sambil berucap, dokter tersebut kembali menyuntikkan obat penenang kepada Amanda dengan dosis yang sesuai agar sang pasien dapat terlelap tenang.

Sementara itu, Logan hanya mampu menatap istrinya dan mengernyit lagi saat Amanda tadi memintanya pergi ketika kesadarannya kembali. Sejujurnya, ia masih terkejut dan panik saat istrinya itu memintanya untuk keluar hingga ia tak mampu berkata apa pun. 

Beberapa saat setelah Amanda memejamkan matanya. Dokter Bern menghampiri Logan dengan wajah serius. "Tuan Logan, mari kita berbicara," ucapnya.

____****____

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Titik Nurhidayati
pokokny aq dukung terus ,memang sll tidak mengecewakan
goodnovel comment avatar
Maritha Xaviera
Seru ini ...
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pura-Pura Amnesia   3. Amnesia

    "Amnesia? Apa maksud ucapanmu, Dokter? Apakah maksudmu istriku tak bisa mengenaliku lagi atau apa?" tanya Logan tak percaya setelah beberapa saat yang lalu ia mendengar dokter Bern memberi penjelasan tentang kondisi istrinya."Tuan, tenanglah dahulu. Ini hanya dugaan sementara mengingat bagaimana reaksi istri Anda tadi setelah sepenuhnya siuman. Maka dari itu, kami akan melakukan pemeriksaan kembali untuk memastikan kondisi Nyonya yang sebenarnya.""Namun, mengingat bagaimana ia bereaksi tadi terhadap Anda, kurasa ... Anda harus mempersiapkan diri dan tak terlalu menekannya jika ia memang benar sedang mengalami amnesia. Dan jika dilihat dari sikap istri Anda, kurasa benar ia mengalami amnesia.""Ta ... tapi, Dokter ... bagaimana itu bisa terjadi? Apakah maksudmu ia akan melupakanku selamanya? Tidakkah ia hanya meracau saja karena efek obat bius atau semacamnya yang belum sepenuhnya hilang?""Tuan Logan, perlu diingat, istri Anda mengalami pendarahan yang hebat pasca kecelakaan tersebu

    Last Updated : 2023-06-07
  • Pura-Pura Amnesia   4. Nyeri

    Logan lalu kembali ke kamar Amanda malam itu setelah ia menerima kabar bahwa Amanda telah terbangun lagi ketika efek obat penenang telah habis. Ia menemui Amanda yang telah dipindahkan ke ruang perawatan setelah seorang perawat memberitahunya.Dengan perlahan, Logan masuk ke dalam kamar tersebut dan mendapati Amanda tengah bersandar pada ranjang dengan posisi setengah duduk. Ia sejenak merasa canggung ketika ia mendekat ke arah ranjang Amanda. Wanita itu hanya menatap kedatangannya dalam diam tanpa berkata apa-apa. "H ... hai," sapa Logan dengan canggung pada Amanda. Ia menarik salah satu kursi agar dapat duduk di samping ranjang Amanda.Kekikukan kembali melandanya saat Amanda masih menatapnya dengan ekspresi yang tak dapat Logan tebak. "Apa yang kau rasakan sekarang, Sayang?" tanya Logan lagi dengan suara yang masih sedikit serak karena menekan emosinya beberapa saat lalu.Amanda sedikit menunjukkan reaksi dengan memalingkan wajahnya saat Logan memanggilnya dengan sebutan sayang, n

    Last Updated : 2023-06-07
  • Pura-Pura Amnesia   5. Misi Bercerai

    "Apa yang sebenarnya terjadi pada istri Anda, Tuan? Bukankah sudah kukatakan bahwa sebaiknya menghindari hal-hal atau pembicaraan sensitif yang mungkin dapat membuatnya tertekan? Biarkan Nyonya Amanda kembali pulih seutuhnya dahulu agar lukanya dapat membaik dengan benar."Dokter Bern menghela napasnya setelah berucap pada Logan. Ia kemudian mengeluarkan berkas dan menyodorkannya pada Logan. "Ini adalah hasil pemeriksaan istri Anda. Dan benar, kami menyimpulkan Nyonya Amanda sedang mengalami amnesia, kemungkinan akibat dari shock atau trauma yang dideritanya karena kecelakaan itu.""Hasil operasinya terlihat bagus jika kau mungkin mengkhawatirkan itu. Tak ada kerusakan otak atau pun syaraf yang mungkin bisa berakibat fatal padanya. Maka, karena itu kami bisa menyimpulkan bahwa amnesia yang dideritanya adalah karena trauma akibat kecelakaan tersebut, Tuan," jelasnya kemudian."Walau begitu, perlu Anda ingat, Tuan, istri Anda masih memerlukan ketenangan dan lingkungan yang kondusif di s

    Last Updated : 2023-06-09
  • Pura-Pura Amnesia   6. Mantan

    Logan mengembuskan napasnya perlahan seolah telah terbiasa memaklumi sikap ketus dan dingin istrinya. Ia tak bereaksi apa pun atau menunjukkan kesenduannya setiap kali Amanda bersikap kejam padanya. Ia hanya akan memakluminya dengan bersikap sabar."Benarkah? Tapi kulihat kau sudah jauh lebih cerah dan segar hari ini," balas Logan sambil tersenyum.Ia kemudian memeriksa perban yang melekat di kepala Amanda. Perban yang sudah tak terlalu tebal dan banyak melilit bekas luka operasi istrinya itu, menandakan kepulihan Amanda yang terlihat cukup signifikan. Dalam hati ia merasa begitu puas."Bagus, lukamu pun sudah hampir mengering sepenuhnya. Bukankah itu hal yang bagus, Sayang?" Sambil berucap, Logan menyentuh perlahan wajah lembut Amanda dengan jemarinya secara kasual yang membuat Amanda sedikit tersentak."Bagus jika itu bisa membuatmu senang," ucap Amanda dengan nada manis namun terkesan sebaliknya."Tentu saja aku senang. Istriku mengalami proses pemulihan yang terbilang bagus, menga

    Last Updated : 2023-06-16
  • Pura-Pura Amnesia   7. Dendam

    Logan kemudian mendekat ke arah Francesca. "Bagaimana kau bisa kemari, Francesca? Maksudku, Amanda saat ini masih belum dapat ....""Menerima tamu lain selain keluarga maksudmu?" potong Francesca cepat. "Maaf, selain hanya mendengar sekilas kabar darimu, aku juga telah mendengar dari Mom. Ah, maksudku dari ibumu. Ia bahkan terlihat khawatir karena kau belum mengizinkannya untuk menjenguk menantunya. Maka dari itu, aku berinisiatif untuk datang kemari, karena Amanda juga telah seperti saudari bagiku, bukan?" ucap Francesca sambil tersenyum manis.Mendengar jawaban Francesca, Amanda seolah ingin tertawa dan meledak secara bersamaan. Ia diam-diam memutar kedua bola matanya dan tersenyum sinis saat berpikir bagaimana kemampuan akting Francesca yang bersikap manis itu membuatnya begitu muak. Terlebih saat ia mengingat lagi bagaimana sikap genit dan manja yang wanita itu lakukan pada Logan tempo lalu di hotel itu."Kau telah bertemu dengan Mom, rupanya." Logan mengangguk kecil walau masih d

    Last Updated : 2023-07-21
  • Pura-Pura Amnesia   8. Pulang

    Logan sesekali menatap Amanda yang memalingkan wajah darinya dan menatap ke arah jendela saat mereka dalam perjalanan pulang sore itu pada keesokan harinya.Edie, sopir pribadinya mengendarai mobil dengan kecepatan sedang dan berhati-hati ketika melintasi jalanan dalam perjalanan membawa istrinya kembali. Ia pun telah memerintahkan para pelayan di rumahnya untuk mempersiapkan kamar dengan peralatan khusus agar Amanda merasa nyaman dalam masa pemulihannya yang mungkin dapat memakan waktu beberapa minggu hingga bulan itu. Tak lupa, perawat profesional telah ia sewa selama masa pemulihan Amanda di rumah.Logan sejenak teringat lagi kemarin bagaimana Amanda menangis saat ia terbangun dari tidurnya di samping istrinya yang sudah terisak itu. "Aku ingin pulang sekarang," ucap Amanda kala itu ketika Logan mendapatinya menangis."Pulang? Mengapa? Apakah kau sudah tak nyaman di sini?" tanyanya sambil berpikir sejenak."Aku ingin pulang dan bertemu Andrew," jawab Amanda jujur.Ada jeda sejenak

    Last Updated : 2023-07-22
  • Pura-Pura Amnesia   9. Tidur Bersama

    Setelah Logan melepas sabuk pengaman Amanda, ia kemudian bergegas membuka pintu penumpang untuknya. Ia dengan sigap memposisikan dirinya dengan menyisipkan kedua lengannya di belakang tubuh Amanda yang masih setengah berbaring."Apa yang akan kau lakukan?" tanya Amanda waspada saat melihat gestur tubuh Logan yang bersiap untuk membopongnya. "Aku akan memakai kursi roda saja," lanjutnya defensif ketika tubuhnya menempel dengan posisi yang sempurna pada dada bidang Logan."Itu akan terlalu lama dan akan menimbulkan guncangan saat melewati permukaan terjal," balas Logan cepat.Hanya dalam hitungan detik, Logan kemudian berhasil mengeluarkan Amanda dengan hati-hati dari dalam van dan membopongnya dengan kedua lengan kokohnya seolah Amanda adalah benda rapuh yang ringan."Pegangan padaku jika kau tak ingin terjatuh," ucapnya lagi yang kemudian dilakukan dengan patuh oleh Amanda sembari mengalungkan kedua lengannya pada leher pria itu."Mommy! Mommy!" teriakan kegirangan dari Andrew saat Lo

    Last Updated : 2023-07-22
  • Pura-Pura Amnesia   10. Ibu Mertua Datang

    Amanda telah rapi dan meminum obatnya saat beberapa waktu yang lalu sang putra bersiap berangkat ke sekolah bersama pengasuh dan sopir pribadi mereka pagi itu. Sebelum berangkat, Andrew menyempatkan diri untuk berpamitan dan menciumnya.Amanda dibantu dan dirawat oleh dua orang perawat pribadi yang dipekerjakan Logan. Mereka adalah Mery dan Angie, para perawat muda yang bertugas merawat pasien dalam masa pemulihan seperti dirinya."Apa istriku telah makan dan meminum obatnya?" tanya Logan yang saat itu masuk ke dalam kamar tidur utama di lantai satu kepada para perawat."Sudah, Tuan. Kami juga sudah melakukan pemeriksaan rutin dan telah kami laporkan hasilnya pada dokter Bern. Perban yang lama pun telah kami ganti."Logan mengangguk dan menghampiri Amanda. Ia duduk di tepian ranjang dan meraih jemari Amanda yang tengah bersandar di kepala ranjang. "Apa yang sekarang kau rasakan?" tanyanya."Aku merasa baik. Nyeri di kepalaku pun telah berangsur mereda.""Baguslah, jika kau membutuhkan

    Last Updated : 2023-07-22

Latest chapter

  • Pura-Pura Amnesia   83. Ekstra (3)

    "Apa maksudnya Anda memintaku untuk menemani perjalanan bisnis Anda? Mengapa?" ucap Bella sambil membetulkan letak kacamatanya dan menatap Liam tak percaya setelah pria di hadapannya itu mengutarakan maksudnya beberapa saat tadi."Ya, kau sudah mendengarnya, bukan? Aku akan ada perjalanan dinas selama seminggu untuk proyek baru perusahaan. Aku ingin kau ikut denganku karena kau adalah asistenku. Apakah ada yang salah?" tanyanya.Bella mengembuskan napasnya dengan sedikit keras. Ia kemudian melepas kacamatanya dan memijat tepat di pangkal tulang hidung, di antara kedua matanya tanda frustasi. "Begini, Tuan Liam, tidakkah Anda tahu benar apa inti dari pertanyaanku?"Dengan menahan kesalnya Bella kemudian meletakkan kacamatanya di atas meja kerjanya dan berdiri menghampiri bosnya itu agar dapat sejajar dengannya."Baru sebulan ini Anda menempatakanku di dalam ruangan yang sama dengan Anda dan mengajariku banyak hal untuk menjadi asisten pribadi yang profesional sesuai yang Anda mau. Tapi

  • Pura-Pura Amnesia   82. Ekstra (2)

    "Apa yang sebenarnya telah kau lakukan hingga kau dapat mengambil posisi Iris?" tanya seorang pria berkacamata pada Isabella saat ia menghadap pada sekretaris Liam, pria yang bernama Peter itu.Seperti yang pernah ia dengar, Peter yang merupakan sekretaris sekaligus sahabat bos mereka itu tak terlalu ramah pada karyawan wanita. Dan sekarang memang terbukti karena pria itu terlihat sangat tegas. Pria bernama Peter yang lebih mengedepankan rasionalitas dan pekerjaan itu, terkenal sangat detail dan perfeksionis."Karena kurasa Iris melakukan kesalahan yang membuat Tuan Liam tak suka, kurasa," ucap Bella apa adanya.Peter menggeleng kecil dan mengembuskan napasnya."Dengar Nona Isabella, kulihat kau tak memiliki pengalaman sebagai seorang sekretaris mau pun asisten atau semacamnya. Entah kesalahan apa yang telah Iris perbuat hingga Liam menurunkannya. Tapi, karena kau adalah penggantinya, maka aku akan memperingatkanmu di awal sebelum terlambat. Jangan pernah mencoba mengacaukan pekerjaan

  • Pura-Pura Amnesia   80. Ekstra (1)

    "Memang sungguh kasihan. Padahal ia masih muda. Jika aku menjadi dirinya, aku tak akan menyia-nyiakan begitu saja tubuh dan wajahku itu. Sungguh sayang sekali, bukan? Terlalu mencintai seseorang memang akan berakhir tragis saat tak bisa mendapatkannya." Walau tak berbicara dengan suara lantang, namun percakapan antara seorang wanita berkemeja biru pada lawan bicaranya, wanita berambut pendek berkemeja putih itu nyatanya terdengar juga di telinga seorang gadis yang sedang duduk di balik tembok penyangga di atas atap pada siang itu. "Bagus, aku malah mendengar gosip murahan di sini," gumam gadis itu sambil membuka kotak bekal makan siangnya. "Kupikir ini adalah tempat yang tenang." Gadis berkacamata itu memutuskan untuk tak menghiraukan obrolan dua karyawan lainnya yang ada di balik tembok. Ia dengan tenang kemudian mulai menyantap makanannya. "Ya, benar, bukan? Sungguh sangat disayangkan. Bos kita memiliki tubuh yang sangat bagus. Jika aku adalah wanita yang dicintainya, aku pasti a

  • Pura-Pura Amnesia   79. Selamanya (Selesai)

    Dua tahun kemudian ... "Selamat pada kalian, Tuan-Tuan, bayi kalian telah lahir dengan selamat dan sehat," ucap seorang perawat yang terlihat di dalam televisi layar lebar. Lalu, sorotan beralih pada dua orang pria gagah yang tengah berpelukan dengan haru setelah mendengar berita tersebut. "Lihat wajahmu," ucap Logan terkikik geli sambil menekan tombol berhenti pada televisi layar lebar miliknya yang ada di ruang santai itu. "Jangan mengejekku. Kau sendiri terlihat lucu dengan wajah itu. Tubuh besarmu pun rupanya tak mampu untuk tak bereaksi saat mereka memberi tahu kelahiran putrimu, kan?" balas Wade yang duduk di sebelahnya sambil mencomot keripik yang ada di hadapannya sambil tertawa kecil. Logan dan Wade kini sedang duduk sambil memangku putra dan putri mereka masing-masing. Ya, Jessi dan Amanda sama-sama telah melahirkan bayi mereka dalam waktu yang bersamaan dua tahun lalu. Dan kini, mereka sedang merayakan ulang tahun kedua bayi yang lahir bersamaan itu dengan santai di ked

  • Pura-Pura Amnesia   78. Perbincangan

    Keesokan harinya ....Rupert yang memiliki wajah yang terlihat kusut, pagi itu datang ke kediaman Logan. Ia bersama putra dan menantunya kini telah duduk saling berhadapan. Amanda dan Logan sendiri pun sudah dapat mengerti apa yang sedang dirasakan pria itu hanya dengan melihat raut wajahnya yang muram."Jadi, kau memang mendatangi Patricia, benar? Karena itu Sammy menolak semuanya."Logan mengembuskan napasnya dan mengangguk. "Ya, Dad, aku memang mendatanginya.""Lalu mengapa ia memberikan sahamnya dengan namamu?" gumamnya frustasi."Itu karena ia tak ingin Sammy mengambil alih perusahaan Langdon. Bukankah kau juga tahu akan hal itu?" jawab Logan tenang."Tapi mengapa? Bukankah itu juga hal yang bagus untuk putranya?!" ucap Rupert seolah tak mengerti.Ucapan Rupert membuat Logan memicingkan matanya dan menatap Rupert tak suka. "Putranya? Kau kira kau hanya memiliki satu orang putra saja? Apakah kau sadar dengan apa yang telah kau lakukan, Dad?" geramnya."Aku telah bersalah pada Patr

  • Pura-Pura Amnesia   77. Hal Aneh

    Ayolah, Sayang. Sampai kapan kau akan memasang wajah sebal padaku seperti ini? Bisakah kita tidur dengan damai tanpa kekesalan malam ini?" ucap Logan sambil memeluk sang istri dan mencium bahunya.Amanda yang kini sedang berbaring memunggunginya, tak menjawab bujukan Logan. Ia jelas masih merasa kesal sepulang kunjungan mereka dari dokter kandungan sejak mereka pulang sore tadi yang memang menyatakan dirinya telah hamil lima minggu."Apa kau tak merasa senang akan memiliki putri yang begitu cantik dengan perpaduan wajah seperti dirimu dan diriku, Sayang?" rajuk Logan lagi.Mau tak mau Amanda tersenyum geli. "Oh, please, kita bahkan belum tahu jenis kelamin bayi kita apa karena ia masih terlalu kecil.""Ah, kau sudah tersenyum. Itu lebih baik. Maafkan aku, Sayang. Jangan terlalu membenciku, ya?" Kali ini Logan membalikkan tubuh istrinya dan membelai wajahnya."Aku tak kesal karena memiliki bayi kita, tahu. Tapi aku kesal karena kau membohongiku!"ucap Amanda.Aku tahu, aku tahu, aku aka

  • Pura-Pura Amnesia   76. Hamil

    Amanda, Logan, Sammy, dan Patricia kini telah duduk melingkar di sebuah meja yang berada di area taman belakang. Setelah Wade, Alan, dan pengacara Grey pergi, mereka meneruskan pembicaraan di dalam rumah. "Jadi, sekarang kau sudah mengerti mengapa aku melakukan ini, bukan?" ucap Patricia pada Sammy. "Sudah cukup aku berurusan dengan pria itu, Sammy. Aku ingin hidup tenang denganmu tanpa memikirkan apa pun. Karena itulah, aku menyerahkan Royal Triumph padamu setelah kau lulus dengan sekolah bisnismu dan kau mampu mengambil alih semuanya." "Jika masih ada harga diri yang tersisa dari diriku, itu adalah perusahaan kakekmu dan nama belakangmu. Aku tak menginginkan namamu menjadi Langdon karena itu tak akan mengubah apa pun. Henson adalah nama belakangmu sejak kau lahir dan akan seterusnya seperti itu." "Mengertilah, Sammy. Bisakah kali ini kau menghentikan semua dan melepaskan hal yang sia-sia itu? Karena aku sungguh-sungguh tak menginginkan untuk hidup bersama pria itu lagi. Tolong, a

  • Pura-Pura Amnesia   75. Wanita Keren

    "Apa? Menikah? Mereka berdua? Secepat ini?" ucap Logan tak percaya saat Amanda memberitahukan berita mengejutkan tentang rencana pernikahan Wade dan Jessi."Yap. Tiga hari lagi mereka akan mengadakan pernikahan sekaligus resepsi.""Wow, apa Jessi sedang ha ....""Hei!" potong Amanda cepat. "Memangnya kita? Ia tak sedang hamil. Walau ya, Wade memang menginginkan memiliki anak secepatnya. Mungkin karena itu akhirnya mereka mempertimbangkan untuk segera menikah.""Ck, mereka pandai memilih waktu yang sangat 'tepat' di saat-sat seperti ini!" gerutu Logan.Amanda tertawa kecil. "Tak apa. Kita bisa menyelesaikan masalah perusahaan setelah menghadiri pernikahan mereka sejenak. Kediaman Patricia juga tak terlalu jauh dari sana, bukan? Lagi pula, ia sudah seperti keluargaku sendiri. Tak mungkin jika aku tak hadir di pernikahan itu," ucap Amanda."Aku mengerti. Baiklah, kita memang harus tetap hadir di sana."****Tiga hari kemudian ...."Cantik sekali mempelai kita!" ucap Debora, ibu Amanda ke

  • Pura-Pura Amnesia   74. Wanita Jahat

    Logan dan Amanda sama-sama berkutat pada pekerjaannya masing-masing di dalam ruang kerja, dari siang hingga sampai malam menjelang. Mereka begitu fokus karena harus mempersiapkan proposal dan rincian detail yang masing-masing nanti akan mereka gunakan untuk menarik dukungan dari para pemegang saham agar kedudukan Logan menguat untuk dapat menolak keputusan Rupert yang diusulkan secara sepihak tersebut."Logan, seperti yang kita duga, ternyata saham Tuan Baron telah ia jual dengan identitas pembeli yang masih belum diketahui karena tak tercantum dalam informasi," ucap Amanda sambil menyerahkan selembar berkas pada suaminya.Logan membetulkan letak kacamatanya dan meneliti berkas tersebut dengan serius. "Ya, kau benar. Aku akan mencari tahu."Logan kemudian mengeluarkan ponselnya. Ia menekan sebuah nomor dan menanti panggilannya terjawab.Logan berbicara di teleponnya sekitar lima belas menit dengan seseorang yang ia hubungi sebelumnya. Pembicaraan yang serius rupanya berjalan baik. Ia

DMCA.com Protection Status