Home / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 16: Konflik yang Semakin Dalam

Share

Bab 16: Konflik yang Semakin Dalam

Author: Resya
last update Last Updated: 2025-03-11 01:00:34

Pagi itu, Farhan bangun lebih awal dari biasanya. Setelah salat subuh, ia duduk termenung di depan meja kerjanya, memandangi layar laptop yang masih menampilkan rencana yang ia susun semalam. Namun, rencana itu tampak hanya menjadi coretan tanpa makna jika ia tak tahu pasti bagaimana cara mewujudkannya. Ia ingin membuktikan kepada Aisyah bahwa dirinya layak, bukan hanya sebagai pria yang mencintainya, tetapi sebagai seorang muslim yang jujur dan bertanggung jawab.

Langkah pertama yang ia pikirkan adalah berbicara dengan keluarganya. Keluarga Farhan, meskipun jarang tampil di kehidupannya sehari-hari, memiliki peran besar dalam perjalanan bisnisnya. Ia tahu bahwa jika ingin sepenuhnya jujur pada Aisyah, ia juga harus melibatkan keluarganya dalam perubahan besar ini.

Setelah mandi dan bersiap-siap, ia memutuskan untuk menelepon ibunya.

"Assalamu'alaikum, Bu. Apa kabar?" tanya Farhan, mencoba membuka percakapan dengan nada tenang.

"Wa'alaikumussalam,
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 17: Menjaga Keseimbangan

    Pagi itu, Farhan memulai harinya dengan menghadap jendela besar di ruang kerjanya. Kota terlihat sibuk, namun pikirannya terpusat pada satu hal-Aisyah. Ia telah memutuskan bahwa semua tindakan ke depan harus berlandaskan kejujuran. Tidak ada lagi alasan untuk menunda. Namun, di sisi lain, tanggung jawabnya sebagai pemimpin bisnis besar tetap membebaninya. Ia menyandarkan kepalanya di kaca dingin, lalu bergumam, "Ya Allah, jika niatku untuk mencintai dan menikahi Aisyah ini adalah jalan kebaikan, mudahkanlah. Tapi jika ini hanya akan membawa kerugian untuk kami berdua, berikan aku kekuatan untuk menerima takdir-Mu."Telepon di meja berdering, memecah keheningan. Farhan meraihnya dan menjawab, "Assalamu'alaikum.""Wa'alaikumussalam, Tuan Farhan," suara sekretarisnya terdengar formal. "Rapat dengan tim keuangan akan dimulai dalam 30 menit. Apakah Anda akan menghadirinya?"Farhan berpikir sejenak. Masalah perusahaan itu penting, tapi prioritasnya kal

    Last Updated : 2025-03-12
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 18: Keputusan yang Tertunda

    Langit pagi itu tampak cerah, namun hati Aisyah terasa seperti diselimuti kabut tebal. Ia duduk di teras rumah dengan secangkir teh hangat yang sudah mendingin, menatap kosong ke arah taman kecil di depannya. Di benaknya, berbagai pikiran bertumpuk, sulit diredakan.Suara langkah kaki ibunya terdengar dari belakang. "Aisyah, kamu sudah dari tadi di sini?" Ibunya duduk di kursi sebelah, membawa kain yang sedang dijahitnya. Aisyah tersenyum tipis. "Cuma ingin menghirup udara pagi, Bu." Namun, ibunya tidak mudah tertipu. "Kelihatannya lebih seperti sedang melamun. Apa ini tentang Farhan lagi?" Aisyah terdiam sejenak. "Aku bingung, Bu. Aku tahu dia tulus, aku bisa merasakannya. Tapi ... aku juga takut. Bagaimana kalau aku salah membaca niatnya?" Ibunya menatap putrinya dengan penuh kasih. "Aisyah, tidak ada manusia yang sempurna. Kalau kamu merasa dia tulus, mungkin itu adalah pertanda dari Allah. Tapi jika hatimu masih ragu, teruslah ber

    Last Updated : 2025-03-13
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 19: Mengungkapkan Rahasia

    Pagi itu, Aisyah menatap pantulan dirinya di cermin kamar. Wajahnya tampak tenang, tetapi hatinya gelisah. Pertemuan terakhir dengan Farhan meninggalkan jejak yang sulit diabaikan. Pengakuan tentang kekayaan Farhan seolah membuka pintu ke dunia yang selama ini ia hindari-dunia kemewahan yang baginya sering kali menutupi nilai-nilai keimanan. Namun, di balik keraguannya, ada rasa penasaran yang perlahan tumbuh.Sementara itu, Farhan berdiri di depan sebuah jendela besar di kantornya. Kota Jakarta membentang di hadapannya, tetapi pikirannya sibuk dengan satu hal-Aisyah. Kecelakaan kecil yang ia alami sehari sebelumnya tidak membuatnya gentar. Hari ini, ia bertekad untuk lebih jujur. Ia ingin membuka setiap lembar cerita hidupnya, meskipun itu berarti harus menghadapi kemungkinan ditolak."Pak Farhan," suara sekretarisnya membuyarkan lamunannya. "Mobil sudah siap. Apa Anda akan langsung menuju taman?"Farhan mengangguk. "Iya. Tolong pastikan semua dokumen unt

    Last Updated : 2025-03-14
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 20: Titik Balik

    Mentari pagi menyusup lembut melalui jendela kamar Aisyah, mengiringinya menyiapkan hati untuk hari yang tak mudah. Ia sudah memutuskan untuk bertemu Farhan sekali lagi. Ada banyak hal yang ingin ia sampaikan-kekhawatirannya, harapannya, dan terutama batasan yang ingin ia tetapkan jika hubungan ini masih bisa diperjuangkan.Di sisi lain kota, Farhan sudah bersiap sejak subuh. Pikirannya penuh dengan berbagai kemungkinan. Ia tahu, kali ini ia harus benar-benar jujur dan memberikan Aisyah semua alasan untuk mempercayainya. Tidak ada lagi ruang untuk kesalahan.---Di taman yang menjadi saksi pertemuan mereka selama ini, Aisyah tiba lebih awal dari biasanya. Ia duduk di bangku yang sama, mencoba menenangkan degup jantungnya. Ia menatap bunga-bunga yang bermekaran, seolah mencari jawaban atas keraguannya. Tak lama, langkah Farhan terdengar mendekat. Ia membawa sebuah buku catatan kecil, tampak seperti benda yang sangat berarti baginya. Setelah menyap

    Last Updated : 2025-03-15
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 21: Ujian Terakhir

    Pagi itu, udara segar menyambut Aisyah yang baru saja keluar dari rumah. Ia berjalan dengan langkah pelan, menatap pemandangan sekitar yang mulai hidup. Di kejauhan, anak-anak bermain riang di halaman masjid, sementara orang-orang tua tampak sibuk berkumpul di warung kopi. Namun, hatinya tidak begitu tenang. Sesuatu yang mengganjal selalu ada dalam pikirannya, bahkan saat ia memutuskan untuk bertemu dengan Farhan lagi. Sejak pertemuan terakhir mereka di taman, banyak hal yang belum bisa ia pahami sepenuhnya. Farhan, dengan segala perubahan yang ia tunjukkan, terasa semakin dekat, namun ada juga rasa was-was yang tak bisa ia hindari. Aisyah tahu bahwa ia tidak bisa menyerah pada perasaan, meskipun ia menginginkan hubungan ini. Ia butuh kepastian. Dan di balik perubahan Farhan yang begitu mendalam, ada satu pertanyaan yang terus menghantuinya: apakah ini benar-benar karena dirinya, atau hanya sekadar upaya untuk menebus kesalahan di masa lalu? ****

    Last Updated : 2025-03-16
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 22: Tekanan dari Keluarga

    Pagi itu, di ruang makan rumah Pak Ahmad, suasana terasa lebih berat dari biasanya. Sambil menyendokkan nasi ke piring, Pak Ahmad menatap Aisyah dengan serius. Wajahnya terlihat lebih tegang dari biasanya, dan tatapannya tajam, seolah ingin memastikan bahwa setiap kata yang keluar dari mulutnya akan dipertimbangkan dengan sungguh-sungguh oleh putrinya."Aisyah, ayah sudah banyak berpikir," kata Pak Ahmad setelah sejenak diam, mengatur suapan nasi. "Tentang Farhan."Aisyah menurunkan sendoknya, memandang ayahnya dengan tatapan bingung. "Farhan? Ada apa dengan Farhan, Ayah?"Pak Ahmad meletakkan sendoknya dengan pelan. Lalu, ia menatap putrinya dengan tatapan penuh makna. "Ayah ingin kamu berpikir ulang tentang hubungan ini. Tentang apa yang sebenarnya kamu cari dalam sebuah pernikahan. Tentang Farhan ... aku rasa kamu harus lebih berhati-hati."Aisyah terdiam. Ada ketegangan dalam suasana itu, dan ia merasa ada sesuatu yang mengganjal di hati ayahn

    Last Updated : 2025-03-17
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 23: Konfrontasi yang Tak Terelakkan

    Hari itu, suasana di rumah Pak Ahmad terasa lebih tegang dari biasanya. Aisyah yang baru saja selesai shalat Subuh, duduk di ruang tengah dengan wajah yang tak bisa disembunyikan. Matanya masih merah, bekas begadang semalam setelah menemukan artikel yang mengguncang seluruh keyakinannya tentang Farhan. Pikiran-pikiran yang berkecamuk, rasa kecewa yang tumbuh semakin besar, dan rasa bingung yang mendalam, semuanya bercampur dalam satu kegelisahan. Tapi hari ini, ia harus menghadapi kenyataan itu-sesuatu yang ia takuti, yang harus dihadapi dengan kepala dingin.Pagi ini, Pak Ahmad meminta Farhan untuk datang ke rumah mereka. Aisyah tahu betul bahwa pertemuan ini bukanlah pertemuan biasa. Ada sesuatu yang lebih besar di baliknya, sesuatu yang tak bisa lagi dihindari.Saat Farhan datang, ia disambut dengan tatapan tajam Pak Ahmad yang duduk di ruang tamu, sementara Aisyah hanya bisa diam, duduk di sudut ruangan. Farhan mengangguk hormat kepada Pak Ahmad, meski di dalam

    Last Updated : 2025-03-18
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 24: Keyakinan Aisyah

    Pagi itu, Aisyah duduk termenung di teras rumahnya, memandang halaman yang tampak tenang. Burung-burung berkicau di pohon-pohon yang rindang, seolah tak peduli dengan kegelisahan yang mengganggu hati Aisyah. Pikirannya berlarian ke sana kemari, memutar ulang percakapan panjang yang baru saja terjadi. Kata-kata Farhan, kata-kata ayahnya, dan bahkan apa yang ia temui dalam artikel bisnis yang menunjukkan status kekayaan Farhan, semua itu membingungkan dirinya. Di satu sisi, ia merasa dikhianati oleh kebohongan yang terungkap begitu lama disembunyikan. Namun, di sisi lain, hatinya berontak, mempertanyakan apakah Farhan benar-benar berdusta ataukah ada alasan di balik semua ini.Aisyah, menggenggam erat secangkir teh yang sudah mulai dingin. Pandangannya kosong, terfokus pada sesuatu yang tak terlihat. Sejak awal, ia tahu bahwa ia harus memilih jalan yang benar, jalan yang tidak hanya berdasarkan pada perasaan, tetapi juga prinsip agama yang selama ini ia pegang teguh. Namun, k

    Last Updated : 2025-03-19

Latest chapter

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 47: Masa Lalu yang Kembali

    Farhan berdiri tegak di depan pintu, matanya berkilat tajam menatap pria tua itu. Suasana malam yang sunyi mendalam, hanya terdengar suara angin yang berdesir lembut di luar. Aisyah berdiri di belakangnya, matanya memandang pria itu dengan curiga, seolah setiap gerakannya bisa mengungkapkan sesuatu yang lebih besar.Pria itu menghela napas panjang, seakan-akan mengumpulkan kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu yang tak bisa dihindari lagi. Wajahnya yang keriput itu terlihat lelah, namun ada sesuatu yang tajam di balik mata tuanya. Sesuatu yang Aisyah rasakan, tapi tak bisa ia jelaskan."Ada apa, Pak?" Farhan akhirnya membuka suara, meski suaranya terdengar serak, seperti ada ketegangan yang menyesakkan dada.Pria itu tidak langsung menjawab. Ia menatap Farhan lebih lama, seolah mengukur, mencoba melihat apakah lelaki muda di depannya ini benar-benar siap mendengar kebenaran yang akan diungkapkannya. Aisyah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang besar, yang j

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

    "Ada apa, Sayang?" tanya Aisyah dengan suara lembut, mencoba menenangkan.Safira mengangkat wajahnya yang basah, matanya masih terlihat bingung dan ketakutan. "Safira takut, Ummi," jawabnya dengan suara yang terisak. "Ada yang bilang ... ada yang bilang kalau Safira bukan anak siapa-siapa."Aisyah merasakan dadanya sesak. Kata-kata itu seperti menembus jantungnya. "Siapa yang bilang seperti itu, Sayang?"Safira menggigit bibirnya, tidak tahu bagaimana menjelaskan. Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh. Ini bukan pertama kalinya Safira mengungkapkan hal-hal yang sulit dimengerti. Biasanya anak sekecil itu tidak akan memikirkan hal-hal seperti itu. Tetapi kali ini, ada sesuatu dalam tatapan Safira yang tidak bisa ia abaikan.Farhan, yang sedari tadi hanya mengamati dari pintu, akhirnya masuk dan duduk di sisi lain Safira. Ia menarik anak itu ke pelukannya. "Apa yang kamu rasakan, Sayang?" tanya Farhan dengan suara yang penuh kasih sayang, mencoba m

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 45: Pertanyaan yang Muncul

    Farhan menggenggam surat itu erat-erat. Tulisan tangan di atas kertas tua itu seperti bergema di pikirannya. "Dia adalah milikmu ...." Kalimat itu terus terulang, memenuhi hatinya dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Safira. Anak kecil yang tiba-tiba menjadi bagian dari hidupnya. Siapa sebenarnya dia? Setelah beberapa saat termenung di ruangan sederhana itu, Farhan mengembalikan surat itu ke dalam amplop dan menatap Pak Arman dengan tatapan penuh tekad. "Pak Arman," suara Farhan bergetar, tapi tetap tenang, "saya ingin tahu lebih banyak. Apa ada yang pernah bertanya tentang Safira sebelumnya? Atau mungkin ada seseorang yang meninggalkan pesan lain tentang dia?" Pak Arman menggeleng perlahan, raut wajahnya menyiratkan keraguan. "Setahu saya, tidak ada, Pak Farhan. Tapi, ada satu hal aneh. Waktu itu, beberapa bulan setelah Safira datang, seorang pria tua pernah bertanya tentang bayi perempuan yang ditinggalkan di panti ini. Dia hanya bertanya sebentar, tidak memberikan nama atau i

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 44: Tanda-tanda Aneh

    Malam itu, Aisyah terjaga lebih lama dari biasanya. Di luar, udara sejuk menembus jendela kamar mereka, sementara Farhan sudah terlelap di sampingnya. Namun, mata Aisyah tidak bisa terpejam. Pikirannya berkelana jauh, menyusuri segala yang telah terjadi selama beberapa minggu terakhir. Safira. Anak kecil yang baru datang ke dalam hidup mereka, yang kini sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Ia mengingat betul bagaimana mereka pertama kali bertemu di panti asuhan. Safira yang cemas, tampak takut untuk percaya pada orang lain, dan tentu saja, Aisyah tahu perasaan itu. Tetapi sekarang, setelah beberapa waktu berlalu, ada perasaan yang mulai mengganjal di hati Aisyah. Perasaan yang sulit dijelaskan, tapi jelas ada.Sudah beberapa hari ini, Aisyah merasa ada sesuatu yang aneh antara Farhan dan Safira. Sesuatu yang tak terucapkan. Sesuatu yang lebih dari sekadar ikatan orang tua dan anak. Mungkin itu hanya perasaannya saja, atau mungkin ia hanya terlalu sensitif. T

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 43: Kepribadian yang Sama

    Sudah beberapa hari berlalu sejak Farhan dan Aisyah memutuskan untuk mengadopsi Safira. Keputusan yang tampaknya membawa kebahagiaan itu, lama kelamaan, justru memunculkan perasaan-perasaan yang tak terduga. Mereka merasakan ikatan yang semakin kuat dengan Safira, namun ada juga rasa kebingungan yang tak bisa dijelaskan. Safira, yang baru berusia empat tahun, ternyata memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mengingatkan Farhan pada dirinya sendiri. Setiap kali mereka makan bersama, Safira seakan-akan tahu apa yang harus ada di meja. Tanpa kata-kata, hanya gerakan tangannya yang gemetar saat ia menunjuk hidangan tertentu. Seperti Farhan, Safira menyukai hidangan pedas dengan porsi yang tak sedikit, dan mereka bahkan memilih makanan yang sama tanpa saling mengingatkan.****Pagi itu, Aisyah sedang sibuk di dapur, menyiapkan sarapan. Farhan duduk di meja makan, menatap anak perempuan yang duduk di depannya. Safira sibuk dengan sendok dan piringnya, sesekali menole

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 42: Dekat dengan Anak Itu

    Hari itu, seperti biasa, cuaca cerah dan udara terasa segar setelah hujan semalam. Farhan dan Aisyah sedang duduk di beranda rumah, menikmati secangkir teh hangat sambil menatap anak-anak yang bermain di halaman yayasan. Namun, pikirannya tak bisa lepas dari satu sosok-Safira.Anak kecil itu, meskipun baru saja muncul dalam hidup mereka, rasanya sudah mengisi ruang yang kosong di hati Farhan. Setiap kali ia menatap Safira, ada perasaan yang sulit dijelaskan, seperti sebuah ikatan yang tak terlihat, namun sangat kuat. Aisyah pun merasakannya, meskipun dengan cara yang berbeda."Aisyah," Farhan memulai, suaranya pelan namun penuh makna. "Kamu merasa apa dengan anak itu?"Aisyah yang duduk di sampingnya menatap Safira yang sedang duduk di dekat meja belajar, sibuk menggambar dengan pulpen warna-warni. Safira tampak tenang dan jauh dari kesan gelisah seperti yang pertama kali mereka lihat."Aku merasa dia seperti anak kita sendiri," jawab Aisyah sambi

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 41: Kehadiran yang Mengguncang

    Pagi itu, udara di sekitar yayasan terasa lebih sejuk dari biasanya. Terlihat anak-anak berlarian dengan tawa riang, sementara para ibu yang mengikuti pelatihan keterampilan tampak penuh semangat. Farhan dan Aisyah sedang mengatur segala persiapan untuk merayakan keberhasilan program pemberdayaan ibu-ibu yang baru saja mereka jalankan. Sebuah bazar kecil akan digelar, memamerkan hasil karya para ibu, dan banyak orang yang datang untuk melihatnya.Farhan mengamati dengan penuh rasa syukur bagaimana segala usaha mereka akhirnya membuahkan hasil. Aisyah, dengan senyum tulusnya, menyapa para ibu dan anak-anak dengan hangat, memberikan motivasi kepada mereka agar tetap melanjutkan perjuangan mereka.Di tengah kesibukan tersebut, seorang anak perempuan kecil muncul di pintu gerbang yayasan. Wajahnya tampak letih, rambut ikalnya kusut dan tubuhnya tampak lemah. Farhan yang sedang berdiri di samping Aisyah terdiam sejenak ketika melihat anak itu. Ada sesuatu yang aneh di m

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 40: Harmoni yang Kembali

    Suara adzan Subuh menggema lembut, menggugah hati siapa pun yang mendengarnya. Di dalam rumah sederhana mereka, Farhan membuka matanya perlahan, menghela napas panjang, seolah mengumpulkan energi untuk hari yang baru. Di sampingnya, Aisyah sudah bangkit lebih dulu, menyiapkan air wudhu di kamar mandi kecil mereka."Farhan, ayo bangun," panggil Aisyah lembut.Farhan mengangguk sambil tersenyum kecil. Ia bergegas mengambil wudhu, bergabung dengan Aisyah untuk melaksanakan salat Subuh berjamaah. Saat sujud terakhir, hati Farhan bergetar. Ia memohon pada Allah agar hubungan mereka yang sempat retak kini dikuatkan dengan kasih sayang dan kepercayaan yang baru.Usai salat, mereka duduk berdampingan di sajadah. Aisyah membuka Al-Quran dan mulai melantunkan ayat-ayat suci dengan suara yang penuh kekhusyukan. Farhan hanya bisa memandangnya dengan rasa syukur yang dalam. Ia tahu, apa yang mereka miliki saat ini bukanlah sesuatu yang mudah didapatkan kembali.

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 39: Penjelasan Hana

    Langit pagi itu dipenuhi cahaya lembut matahari, seolah memberikan kehangatan yang baru kepada Aisyah. Di sebuah taman kecil, ia dan Farhan duduk di bangku panjang, menikmati udara segar. Suasana di antara mereka terasa canggung namun penuh harapan. Setelah pertemuan terakhir yang penuh emosi, Farhan berusaha membangun kembali kepercayaan Aisyah dengan cara yang berbeda."Aku ingin memperbaiki semuanya, Aisyah," kata Farhan pelan, memecah kesunyian. "Aku sadar, kejujuran itu hal yang nggak bisa ditawar dalam hubungan kita."Aisyah menatap Farhan, matanya memancarkan kelelahan yang bercampur dengan sisa keraguan. "Aku butuh waktu, Farhan. Semua yang terjadi ... terlalu banyak yang harus aku pikirkan."Farhan mengangguk, menghormati perasaan Aisyah. Ia menyadari bahwa cinta saja tidak cukup. Perlu tindakan nyata untuk menunjukkan kesungguhannya."Makanya, aku ingin kita nggak cuma bicara soal cinta. Aku mau kita sama-sama bergerak. Kamu tahu, selama

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status