Home / Romansa / Proposal Cinta Sang Miliarder / Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

Share

Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

Author: Resya
last update Last Updated: 2025-04-10 09:00:19

"Ada apa, Sayang?" tanya Aisyah dengan suara lembut, mencoba menenangkan.

Safira mengangkat wajahnya yang basah, matanya masih terlihat bingung dan ketakutan. "Safira takut, Ummi," jawabnya dengan suara yang terisak. "Ada yang bilang ... ada yang bilang kalau Safira bukan anak siapa-siapa."

Aisyah merasakan dadanya sesak. Kata-kata itu seperti menembus jantungnya. "Siapa yang bilang seperti itu, Sayang?"

Safira menggigit bibirnya, tidak tahu bagaimana menjelaskan. Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh. Ini bukan pertama kalinya Safira mengungkapkan hal-hal yang sulit dimengerti. Biasanya anak sekecil itu tidak akan memikirkan hal-hal seperti itu. Tetapi kali ini, ada sesuatu dalam tatapan Safira yang tidak bisa ia abaikan.

Farhan, yang sedari tadi hanya mengamati dari pintu, akhirnya masuk dan duduk di sisi lain Safira. Ia menarik anak itu ke pelukannya. "Apa yang kamu rasakan, Sayang?" tanya Farhan dengan suara yang penuh kasih sayang, mencoba m
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 47: Masa Lalu yang Kembali

    Farhan berdiri tegak di depan pintu, matanya berkilat tajam menatap pria tua itu. Suasana malam yang sunyi mendalam, hanya terdengar suara angin yang berdesir lembut di luar. Aisyah berdiri di belakangnya, matanya memandang pria itu dengan curiga, seolah setiap gerakannya bisa mengungkapkan sesuatu yang lebih besar.Pria itu menghela napas panjang, seakan-akan mengumpulkan kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu yang tak bisa dihindari lagi. Wajahnya yang keriput itu terlihat lelah, namun ada sesuatu yang tajam di balik mata tuanya. Sesuatu yang Aisyah rasakan, tapi tak bisa ia jelaskan."Ada apa, Pak?" Farhan akhirnya membuka suara, meski suaranya terdengar serak, seperti ada ketegangan yang menyesakkan dada.Pria itu tidak langsung menjawab. Ia menatap Farhan lebih lama, seolah mengukur, mencoba melihat apakah lelaki muda di depannya ini benar-benar siap mendengar kebenaran yang akan diungkapkannya. Aisyah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang besar, yang j

    Last Updated : 2025-04-11
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 48: Jarak yang Membesar

    Aisyah duduk di sudut ruang tamu, menatap kosong ke luar jendela. Pagi itu, matahari menyinari rumah mereka dengan lembut, tetapi di dalam hati Aisyah, gelap yang lebih dalam dari hujan sekalipun menguasai segalanya. Dunia terasa begitu berat. Farhan, suaminya, yang dulu begitu dekat dan bisa ia percayai, kini seperti sosok asing yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalu.Setiap kali ia melihat Farhan, ia merasakan ada tembok tak terlihat di antara mereka. Tembok yang semakin tinggi, semakin lebar, dan semakin sulit untuk dihancurkan. Ia ingin bicara, tetapi kata-kata terasa menyakitkan untuk diucapkan. Sementara di sisi lain, Farhan terus berusaha, seolah ingin memperbaiki segala sesuatu. Namun, Aisyah merasa semakin jauh. Farhan memerhatikan Aisyah dari jauh.Di luar, Aisyah berdiri, wajahnya tampak jauh, seolah-olah memandang dunia yang jauh darinya. Farhan merasakan perasaan cemas yang semakin tumbuh di dalam dadanya. Ia tahu, ia harus menjelaskan semuanya pa

    Last Updated : 2025-04-12
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 49: Keputusan yang Sulit

    Angin malam berhembus lembut, seperti bisikan yang tak bisa dimengerti, menyentuh wajah Farhan yang kini berdiri di balkon rumahnya. Matanya kosong, menatap ke arah kegelapan yang terhampar di depan. Hatinya sedang berkecamuk, terbagi antara dua dunia yang begitu bertolak belakang. Di satu sisi, ada Aisyah, istrinya, yang dia cintai dengan sepenuh hati. Di sisi lain, ada Safira, anak yang kini dia yakini sebagai darah dagingnya, anak yang harus ia lindungi, meskipun kenyataan itu datang begitu tiba-tiba."Farhan ...," Suara Aisyah memecah keheningan malam, lembut namun penuh pertanyaan.Farhan menoleh. Aisyah berdiri di ambang pintu, matanya yang biasanya penuh cahaya kini tampak redup, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Farhan menahan napas. Ia tahu, Aisyah sedang berjuang melawan perasaan yang sama beratnya."Aisyah ...," Farhan menyebut nama istrinya pelan, hampir seperti bisikan. "Kita harus bicara."Aisyah mengangguk pelan, lalu me

    Last Updated : 2025-04-13
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 50: Percakapan yang Mengubah Segalanya

    Ponsel di tangan Farhan terdiam setelah suara Aisyah menghilang. Bibirnya kering, jantungnya berdegup kencang. Itu bukan percakapan yang diharapkannya, dan Farhan merasa ada sesuatu yang hilang. Sebuah ketidakpastian yang mengambang, lebih berat dari apapun yang ia rasakan sebelumnya. Aisyah meminta waktu. Waktu untuk berpikir, untuk menilai. Tetapi Farhan tahu, waktu itu bukan hanya miliknya, bukan hanya milik Aisyah. Waktu itu adalah milik mereka berdua, dan siapa yang bisa menjamin bahwa waktu akan menjawab semua keraguan?Farhan melemparkan ponselnya ke meja dengan pelan, kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi. Pandangannya kosong, menatap layar komputer yang terletak di depannya. Setiap detik terasa semakin lama. Seolah dunia berjalan lebih lambat. Seperti ada ruang yang terbuka begitu lebar di antara dirinya dan Aisyah. Ruang yang harus mereka lewati dengan hati-hati, karena satu langkah salah bisa membuat semuanya runtuh.****Di sisi lain, Aisy

    Last Updated : 2025-04-14
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Prolog: Titik Balik

    Lampu neon berkedip-kedip, memantulkan warna biru dan merah ke seluruh ruangan yang dipenuhi dentuman musik. Farhan duduk di sofa VIP, sebotol minuman mahal di genggamannya. Asap rokok mengabur pandangan, sementara suara tawa teman-temannya membahana, seolah semua beban dunia lenyap di balik dinding-dinding klub itu. Namun, di balik keriuhan dan kesenangan semu, matanya tampak kosong. "Bro, lo serius banget sih? Malam ini kita harus hepi, men!" ujar Tio, salah satu temannya, sambil menepuk bahu Farhan dengan gelas di tangan. Farhan tersenyum tipis, berusaha menyembunyikan kegelisahan yang sejak tadi menusuk pikirannya. "Iya, santai aja. Gue cuma lagi capek." "Capek apa? Duit lo nggak akan habis tujuh turunan, Far. Jangan sok-sokan mellow gitu, deh!" Tio tertawa keras, diikuti yang lain. Farhan hanya mengangkat bahu, memilih meneguk minumannya. Di sudut matanya, seorang wanita dengan gaun merah menyala berjalan mendekat. Senyum genitnya membuat teman-temannya bersorak. "Kayak

    Last Updated : 2024-12-03
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Next: Titik Balik

    Di luar, matahari bersinar cerah. Angin pagi yang segar menghembus lembut, menggugah keberaniannya. Ia akhirnya melangkah keluar rumah, kunci mobil di tangan. Namun, ketika sampai di garasi, ia berhenti sejenak. Mobil sport hitam mengilap itu terasa seperti simbol masa lalunya yang mewah dan hampa. Ia memilih berjalan kaki. Setiap langkah menuju masjid terasa seperti perjalanan panjang yang tak berujung. Ia melewati jalanan kecil yang sepi, pikirannya terus dipenuhi pertanyaan. Apa yang akan orang pikirkan? Bagaimana jika ada yang mengenalnya? Tapi di sela semua itu, ada dorongan kuat dalam hatinya untuk terus maju. Langkah demi langkah, ia akhirnya sampai di depan sebuah masjid kecil yang tampak bersahaja. Suara adzan dzuhur baru saja berkumandang ketika ia tiba. Masjid itu terlihat tenang, dengan beberapa orang yang berjalan masuk. Pohon mangga besar di halaman masjid memberikan keteduhan, sementara angin semilir membawa aroma khas sandal kayu yang baru dipakai para jamaah. Farh

    Last Updated : 2024-12-03
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 1: Pertemuan di Masjid Raya

    Farhan menarik napas panjang saat memasuki halaman Masjid Raya yang luas dan megah. Masjid ini selalu menjadi tempat pelariannya dari gemerlap dunia yang sebenarnya bisa ia miliki dengan mudah. Meski memiliki segalanya, ia merasa tidak pernah benar-benar puas. Di sinilah, di tempat sederhana dan penuh ketenangan ini, ia menemukan kedamaian yang tak bisa dibeli dengan harta. Pandangannya menyapu seluruh halaman masjid. Di ujung sana, ia melihat sekumpulan perempuan tengah berbicara sambil tersenyum. Salah satu dari mereka menarik perhatiannya. Mengenakan kerudung sederhana berwarna pastel, ia terlihat begitu teduh, seperti embun yang menyelimuti bunga di pagi hari. Cara gadis itu tertawa kecil sambil menundukkan pandangannya, membuat Farhan merasa ada yang istimewa pada dirinya. “Siapa dia?” batinnya berbisik, tanpa sadar ia tersenyum kecil. Namun, Farhan segera menepis rasa itu. Bagaimana pun, ia tahu bahwa jika ia ingin mendekati gadis seperti itu, ia harus melakukannya dengan

    Last Updated : 2024-12-05
  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 2: Kagum dalam Kesederhanaan

    Malam itu, selepas Isya, Farhan menuju masjid untuk menghadiri sebuah kajian rutin yang sudah lama diadakan di sana. Setiap hari Jumat malam, masjid ini ramai oleh para jamaah yang ingin mendengarkan nasihat dan ilmu dari Ustaz Hasan. Farhan jarang melewatkan kesempatan ini, namun kali ini terasa berbeda. Ada motivasi lain yang membuat langkahnya lebih ringan dan hatinya lebih bersemangat. Ia mengenakan kemeja biasa dengan celana panjang sederhana. Penampilannya terlihat seperti kebanyakan orang yang datang ke masjid ini, tidak mencolok sama sekali. Farhan ingin agar semua orang melihatnya sebagai laki-laki biasa, terutama Aisyah. Ia ingin dikenali bukan karena kekayaannya, tetapi karena dirinya apa adanya. Masjid mulai ramai ketika ia tiba. Di dalam, para jamaah sudah duduk rapi, dan Farhan memilih tempat di sudut belakang, tidak jauh dari pintu. Pandangannya tertuju ke depan, mencari sosok yang ingin ia temui. Benar saja, Aisyah sudah duduk di barisan wanita, tidak jauh dari pangg

    Last Updated : 2024-12-05

Latest chapter

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 50: Percakapan yang Mengubah Segalanya

    Ponsel di tangan Farhan terdiam setelah suara Aisyah menghilang. Bibirnya kering, jantungnya berdegup kencang. Itu bukan percakapan yang diharapkannya, dan Farhan merasa ada sesuatu yang hilang. Sebuah ketidakpastian yang mengambang, lebih berat dari apapun yang ia rasakan sebelumnya. Aisyah meminta waktu. Waktu untuk berpikir, untuk menilai. Tetapi Farhan tahu, waktu itu bukan hanya miliknya, bukan hanya milik Aisyah. Waktu itu adalah milik mereka berdua, dan siapa yang bisa menjamin bahwa waktu akan menjawab semua keraguan?Farhan melemparkan ponselnya ke meja dengan pelan, kemudian menyandarkan punggungnya ke kursi. Pandangannya kosong, menatap layar komputer yang terletak di depannya. Setiap detik terasa semakin lama. Seolah dunia berjalan lebih lambat. Seperti ada ruang yang terbuka begitu lebar di antara dirinya dan Aisyah. Ruang yang harus mereka lewati dengan hati-hati, karena satu langkah salah bisa membuat semuanya runtuh.****Di sisi lain, Aisy

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 49: Keputusan yang Sulit

    Angin malam berhembus lembut, seperti bisikan yang tak bisa dimengerti, menyentuh wajah Farhan yang kini berdiri di balkon rumahnya. Matanya kosong, menatap ke arah kegelapan yang terhampar di depan. Hatinya sedang berkecamuk, terbagi antara dua dunia yang begitu bertolak belakang. Di satu sisi, ada Aisyah, istrinya, yang dia cintai dengan sepenuh hati. Di sisi lain, ada Safira, anak yang kini dia yakini sebagai darah dagingnya, anak yang harus ia lindungi, meskipun kenyataan itu datang begitu tiba-tiba."Farhan ...," Suara Aisyah memecah keheningan malam, lembut namun penuh pertanyaan.Farhan menoleh. Aisyah berdiri di ambang pintu, matanya yang biasanya penuh cahaya kini tampak redup, seperti sedang memikirkan sesuatu yang berat. Farhan menahan napas. Ia tahu, Aisyah sedang berjuang melawan perasaan yang sama beratnya."Aisyah ...," Farhan menyebut nama istrinya pelan, hampir seperti bisikan. "Kita harus bicara."Aisyah mengangguk pelan, lalu me

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 48: Jarak yang Membesar

    Aisyah duduk di sudut ruang tamu, menatap kosong ke luar jendela. Pagi itu, matahari menyinari rumah mereka dengan lembut, tetapi di dalam hati Aisyah, gelap yang lebih dalam dari hujan sekalipun menguasai segalanya. Dunia terasa begitu berat. Farhan, suaminya, yang dulu begitu dekat dan bisa ia percayai, kini seperti sosok asing yang terjebak dalam bayang-bayang masa lalu.Setiap kali ia melihat Farhan, ia merasakan ada tembok tak terlihat di antara mereka. Tembok yang semakin tinggi, semakin lebar, dan semakin sulit untuk dihancurkan. Ia ingin bicara, tetapi kata-kata terasa menyakitkan untuk diucapkan. Sementara di sisi lain, Farhan terus berusaha, seolah ingin memperbaiki segala sesuatu. Namun, Aisyah merasa semakin jauh. Farhan memerhatikan Aisyah dari jauh.Di luar, Aisyah berdiri, wajahnya tampak jauh, seolah-olah memandang dunia yang jauh darinya. Farhan merasakan perasaan cemas yang semakin tumbuh di dalam dadanya. Ia tahu, ia harus menjelaskan semuanya pa

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 47: Masa Lalu yang Kembali

    Farhan berdiri tegak di depan pintu, matanya berkilat tajam menatap pria tua itu. Suasana malam yang sunyi mendalam, hanya terdengar suara angin yang berdesir lembut di luar. Aisyah berdiri di belakangnya, matanya memandang pria itu dengan curiga, seolah setiap gerakannya bisa mengungkapkan sesuatu yang lebih besar.Pria itu menghela napas panjang, seakan-akan mengumpulkan kekuatan untuk mengungkapkan sesuatu yang tak bisa dihindari lagi. Wajahnya yang keriput itu terlihat lelah, namun ada sesuatu yang tajam di balik mata tuanya. Sesuatu yang Aisyah rasakan, tapi tak bisa ia jelaskan."Ada apa, Pak?" Farhan akhirnya membuka suara, meski suaranya terdengar serak, seperti ada ketegangan yang menyesakkan dada.Pria itu tidak langsung menjawab. Ia menatap Farhan lebih lama, seolah mengukur, mencoba melihat apakah lelaki muda di depannya ini benar-benar siap mendengar kebenaran yang akan diungkapkannya. Aisyah bisa merasakan bahwa ada sesuatu yang besar, yang j

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 46: Kecurigaan yang Membesar

    "Ada apa, Sayang?" tanya Aisyah dengan suara lembut, mencoba menenangkan.Safira mengangkat wajahnya yang basah, matanya masih terlihat bingung dan ketakutan. "Safira takut, Ummi," jawabnya dengan suara yang terisak. "Ada yang bilang ... ada yang bilang kalau Safira bukan anak siapa-siapa."Aisyah merasakan dadanya sesak. Kata-kata itu seperti menembus jantungnya. "Siapa yang bilang seperti itu, Sayang?"Safira menggigit bibirnya, tidak tahu bagaimana menjelaskan. Aisyah merasakan ada sesuatu yang aneh. Ini bukan pertama kalinya Safira mengungkapkan hal-hal yang sulit dimengerti. Biasanya anak sekecil itu tidak akan memikirkan hal-hal seperti itu. Tetapi kali ini, ada sesuatu dalam tatapan Safira yang tidak bisa ia abaikan.Farhan, yang sedari tadi hanya mengamati dari pintu, akhirnya masuk dan duduk di sisi lain Safira. Ia menarik anak itu ke pelukannya. "Apa yang kamu rasakan, Sayang?" tanya Farhan dengan suara yang penuh kasih sayang, mencoba m

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 45: Pertanyaan yang Muncul

    Farhan menggenggam surat itu erat-erat. Tulisan tangan di atas kertas tua itu seperti bergema di pikirannya. "Dia adalah milikmu ...." Kalimat itu terus terulang, memenuhi hatinya dengan perasaan yang sulit ia jelaskan. Safira. Anak kecil yang tiba-tiba menjadi bagian dari hidupnya. Siapa sebenarnya dia? Setelah beberapa saat termenung di ruangan sederhana itu, Farhan mengembalikan surat itu ke dalam amplop dan menatap Pak Arman dengan tatapan penuh tekad. "Pak Arman," suara Farhan bergetar, tapi tetap tenang, "saya ingin tahu lebih banyak. Apa ada yang pernah bertanya tentang Safira sebelumnya? Atau mungkin ada seseorang yang meninggalkan pesan lain tentang dia?" Pak Arman menggeleng perlahan, raut wajahnya menyiratkan keraguan. "Setahu saya, tidak ada, Pak Farhan. Tapi, ada satu hal aneh. Waktu itu, beberapa bulan setelah Safira datang, seorang pria tua pernah bertanya tentang bayi perempuan yang ditinggalkan di panti ini. Dia hanya bertanya sebentar, tidak memberikan nama atau i

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 44: Tanda-tanda Aneh

    Malam itu, Aisyah terjaga lebih lama dari biasanya. Di luar, udara sejuk menembus jendela kamar mereka, sementara Farhan sudah terlelap di sampingnya. Namun, mata Aisyah tidak bisa terpejam. Pikirannya berkelana jauh, menyusuri segala yang telah terjadi selama beberapa minggu terakhir. Safira. Anak kecil yang baru datang ke dalam hidup mereka, yang kini sudah menjadi bagian dari keluarga mereka. Ia mengingat betul bagaimana mereka pertama kali bertemu di panti asuhan. Safira yang cemas, tampak takut untuk percaya pada orang lain, dan tentu saja, Aisyah tahu perasaan itu. Tetapi sekarang, setelah beberapa waktu berlalu, ada perasaan yang mulai mengganjal di hati Aisyah. Perasaan yang sulit dijelaskan, tapi jelas ada.Sudah beberapa hari ini, Aisyah merasa ada sesuatu yang aneh antara Farhan dan Safira. Sesuatu yang tak terucapkan. Sesuatu yang lebih dari sekadar ikatan orang tua dan anak. Mungkin itu hanya perasaannya saja, atau mungkin ia hanya terlalu sensitif. T

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 43: Kepribadian yang Sama

    Sudah beberapa hari berlalu sejak Farhan dan Aisyah memutuskan untuk mengadopsi Safira. Keputusan yang tampaknya membawa kebahagiaan itu, lama kelamaan, justru memunculkan perasaan-perasaan yang tak terduga. Mereka merasakan ikatan yang semakin kuat dengan Safira, namun ada juga rasa kebingungan yang tak bisa dijelaskan. Safira, yang baru berusia empat tahun, ternyata memiliki kebiasaan-kebiasaan yang mengingatkan Farhan pada dirinya sendiri. Setiap kali mereka makan bersama, Safira seakan-akan tahu apa yang harus ada di meja. Tanpa kata-kata, hanya gerakan tangannya yang gemetar saat ia menunjuk hidangan tertentu. Seperti Farhan, Safira menyukai hidangan pedas dengan porsi yang tak sedikit, dan mereka bahkan memilih makanan yang sama tanpa saling mengingatkan.****Pagi itu, Aisyah sedang sibuk di dapur, menyiapkan sarapan. Farhan duduk di meja makan, menatap anak perempuan yang duduk di depannya. Safira sibuk dengan sendok dan piringnya, sesekali menole

  • Proposal Cinta Sang Miliarder    Bab 42: Dekat dengan Anak Itu

    Hari itu, seperti biasa, cuaca cerah dan udara terasa segar setelah hujan semalam. Farhan dan Aisyah sedang duduk di beranda rumah, menikmati secangkir teh hangat sambil menatap anak-anak yang bermain di halaman yayasan. Namun, pikirannya tak bisa lepas dari satu sosok-Safira.Anak kecil itu, meskipun baru saja muncul dalam hidup mereka, rasanya sudah mengisi ruang yang kosong di hati Farhan. Setiap kali ia menatap Safira, ada perasaan yang sulit dijelaskan, seperti sebuah ikatan yang tak terlihat, namun sangat kuat. Aisyah pun merasakannya, meskipun dengan cara yang berbeda."Aisyah," Farhan memulai, suaranya pelan namun penuh makna. "Kamu merasa apa dengan anak itu?"Aisyah yang duduk di sampingnya menatap Safira yang sedang duduk di dekat meja belajar, sibuk menggambar dengan pulpen warna-warni. Safira tampak tenang dan jauh dari kesan gelisah seperti yang pertama kali mereka lihat."Aku merasa dia seperti anak kita sendiri," jawab Aisyah sambi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status