Chapter: Bab 9: Farhan Mulai Merencanakan Langkah SeriusMalam semakin larut, tetapi pikiran Farhan masih enggan diajak istirahat. Ia duduk di balkon rumahnya, ditemani secangkir teh yang sejak tadi tak disentuh. Angin malam berembus pelan, membawa dingin yang menusuk hingga ke hati. Pesan yang diterimanya beberapa jam lalu dari nomor tak dikenal itu kembali terngiang. Isi pesan itu begitu sederhana, namun penuh tekanan: “Jangan coba-coba mendekati Aisyah jika kamu tidak serius.” Farhan menghela napas panjang. Pesan itu terasa seperti peringatan, entah dari siapa. Ia tahu bahwa keputusan untuk mendekati Aisyah tidaklah mudah. Tapi, di balik kerumitan itu, ada keyakinan yang terus mendorongnya: Aisyah adalah orang yang ia cari selama ini. Seseorang yang akan melengkapi hidupnya, bukan hanya di dunia, tetapi juga di akhirat. Farhan mengambil ponselnya dan menatap layar, ada nama Adrian di daftar panggilan terakhir. Temannya itu selalu menjadi tempatnya berbagi cerita, terutama ketika ia berada di persimpangan seperti sekarang. Dengan satu
Last Updated: 2025-03-03
Chapter: Bab 8: Farhan Menghadapi Tekanan Keluarga AisyahMalam itu, rumah Aisyah terasa lebih sunyi dari biasanya. Aisyah duduk di ruang tamu, ditemani secangkir teh hangat yang perlahan mendingin. Di hadapannya, Pak Ahmad duduk dengan raut wajah serius. Sejak sore tadi, Aisyah sudah merasa ada sesuatu yang ingin dibicarakan ayahnya. Dan benar saja, setelah beberapa basa-basi, Pak Ahmad mulai membuka topik yang membuat hati Aisyah berdebar. “Aisyah,” suara Pak Ahmad terdengar dalam, “Ayah sudah lama memikirkan ini. Kamu sudah cukup dewasa, dan Ayah ingin kamu mempertimbangkan masa depanmu.” Aisyah menunduk, memutar-mutar cangkir di tangannya. Ia tahu ke mana arah pembicaraan ini. “Maksud Ayah, tentang pernikahan?” tanyanya pelan. Pak Ahmad mengangguk. “Iya. Ayah tahu kamu ingin menikah dengan cara yang sesuai syariat, dan Ayah sangat menghargai itu. Tapi, Ayah juga ingin kamu mempertimbangkan calon yang benar-benar bisa menjamin masa depanmu. Bukan hanya soal agama, tapi juga soal kestabilan hi
Last Updated: 2024-12-10
Chapter: NextDi sisi lain, Farhan tengah duduk di ruang tamunya. Ponselnya tergeletak di meja, dengan pesan dari Adrian yang belum sempat ia balas. Masalah bisnis yang sedang ia hadapi memang berat, namun pikirannya tetap tertuju pada Aisyah. Ia tahu, untuk mendekati wanita seistimewa itu, ia harus melakukannya dengan kesabaran dan ketulusan yang luar biasa. “Farhan, fokus,” gumamnya pada diri sendiri. Ia membuka laptop, mencoba membaca laporan keuangan yang dikirimkan timnya. Namun, pikirannya terus berkelana. Ia akhirnya memutuskan untuk menghubungi Adrian. “Bro, kita ketemu besok pagi aja di kantor. Aku perlu waktu malam ini untuk berpikir jernih.” Adrian setuju tanpa banyak bertanya. Farhan menutup panggilan itu dan kembali merenung. Baginya, keberhasilan di bisnis tidak akan berarti jika ia tidak bisa menjalani hidup sesuai dengan prinsip-prinsip yang ia yakini. --- Keesokan harinya, Ais
Last Updated: 2024-12-10
Chapter: Bab 7: Aisyah Mulai Menyadari Kehadiran Farhan Suatu sore selepas kajian, Farhan kembali bertemu dengan Aisyah di pelataran masjid. Matahari mulai tenggelam di ufuk barat, meninggalkan jejak warna oranye di langit yang indah. Aisyah tampak sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tasnya ketika Farhan menyapanya. “Assalamualaikum, Aisyah,” sapa Farhan dengan senyuman ramah. Aisyah menoleh dan membalas salamnya dengan senyuman lembut. “Waalaikumsalam, Farhan. Apa kabar?” “Alhamdulillah, baik. Kamu sendiri bagaimana?” “Alhamdulillah, baik juga,” jawab Aisyah singkat. Mereka berdua terdiam sejenak, terhanyut dalam suasana sore yang tenang. Farhan merasa hatinya berdebar, namun ia berusaha menahan diri agar tetap tenang. “Aisyah, bolehkah saya bertanya sesuatu?” Farhan bertanya hati-hati. Aisyah menatapnya dengan pandangan penuh rasa ingin tahu. “Tentu saja, apa yang ingin kamu tanyakan?” Farhan tersenyum kecil,
Last Updated: 2024-12-09
Chapter: Bab 6: Komitmen untuk Mendekati dengan Cara Islami Keesokan harinya, di kantor, Farhan kembali fokus pada pekerjaannya. Namun di sela-sela kesibukan itu, pikirannya terus terbayang pada Aisyah. Ia tahu bahwa perasaannya mulai tumbuh semakin dalam, dan ia semakin ingin mendekati wanita itu. Namun di sisi lain, ia juga tahu bahwa jika ia terlalu terbuka, ia bisa saja kehilangan kesempatannya untuk mengenal Aisyah lebih jauh. Siang itu, saat jam makan siang, Adrian dan Rizki kembali mendekati Farhan di kantin kantor. “Farhan, kita udah lama nggak makan siang bareng. Gimana kalau lo ikut kita kali ini?” ajak Adrian sambil tersenyum lebar. Farhan, meski sedikit ragu, akhirnya mengangguk. “Oke deh, gue ikut.” --- Langit pagi tampak cerah ketika Farhan memutuskan untuk mendatangi masjid yang tak jauh dari kantornya. Hari itu, ia merasa hatinya perlu bimbingan lebih untuk menghadapi perasaan yang kian dalam terhadap Aisyah. Dalam diamnya, ia berdoa agar Allah membimbingnya mencari cara te
Last Updated: 2024-12-08
Chapter: Bab 5: Tekanan dari Lingkungan FarhanSuasana di kantor Farhan, seperti biasa, penuh dengan energi dan kesibukan. Meja-meja dipenuhi tumpukan dokumen, sementara suara ketikan dan panggilan telepon seolah menjadi latar musik dari keseharian mereka. Namun, di balik kesibukan itu, ada satu hal yang mulai menarik perhatian teman-teman dan rekan kerjanya: perubahan sikap Farhan yang semakin terlihat belakangan ini. Farhan, yang biasanya lebih banyak menghabiskan waktunya untuk urusan bisnis, belakangan ini justru sering terlihat menghabiskan waktu di masjid. Tidak sedikit dari teman-temannya yang memperhatikan bahwa kini ia lebih sering absen di acara-acara sosial atau pesta yang biasanya ia hadiri. Alih-alih, ia lebih banyak terlibat dalam kegiatan dakwah dan kajian agama. Perubahan ini memancing rasa penasaran, bahkan sedikit keheranan, di antara mereka. “Eh, lo sadar nggak sih, Farhan belakangan ini jadi beda banget?” tanya Rizki, salah satu rekan Farhan, sambil memegang
Last Updated: 2024-12-07