Share

Chapter 2

Author: Suzy Wiryanty
last update Last Updated: 2021-08-03 02:15:31

"Kamu beneran ini nanti dijemput sama Tian, Mer? Kok Abang kayaknya nggak yakin dan percaya sama kata-kata kamu ini. Kamu nggak lagi bohongin Abang kan, Mer?"

Tama setengah hati mempercayai gadis imut berpikiran sederhana ini. Entah mengapa ia merasa seperti ada yang salah di sini. Saat ini mereka berada di parkiran cinema. Film telah usai dan Karin ribut terus ingin hang out di club. Ia setengah hati antara percaya dan tidak dengan kata-kata Merlyn.

"Abang memang nggak boleh yakin dan percaya sama Mer, Bang. Mer 'kan bukan Tuhan. Nanti Abang jadi musyirk lho kalau Abang yakin dan percaya sama Mer," Merlyn nyengir lebar. Ia berusaha untuk meyakinkan Tama. Udah, Abang jalan aja sama Karin kalau mau ke club. Mer nunggu Bang Tian nya di sini aja. Cepetan jalan, Bang. Itu udah di klakson-klakson sama pengemudi lain. Hattop, Bang." Akibat terus saja di klakson-klakson oleh pengemudi lain karena menghalangi jalan, Tama pun akhirnya melajukan mobilnya dan meninggalkan Merlyn sendirian di tempat parkir.

Merlyn merogoh-rogoh tas besarnya mencari ponselnya saat mobil Tama meninggalkan tempat parkir. Ia bermaksud untuk memesan ojek online. Tetapi nasibnya sedang tidak baik hari ini. Ponselnya mati karena kehabisan daya. Sementara dia sama sekali tidak membawa power bank. Tetapi kalau dipikir-pikir, buat apa juga juga dibawa-bawa. Orang power banknya juga rusak. Ia heran, tiga kali ia membeli power bank, tiga-tiganya rusak terus. Mulai yang bentuknya kecil kayak stabillo, persegi panjang gede warna putih dengan tulisan SAMSU**, sampai dengan yang gambarnya boneka lucu. Semuanya rusak. Pada nggak ada yang bener ini pabriknya power bank. Apa perlu ia mengusulkan pada ayahnya untuk membuka pabrik power bank ya?

Merlyn bingung. Bagaimana ia mau pulang coba? Mana sudah mulai gerimis lagi. Apes banget bukan? Memang ya, karma itu cepat sekali datangnya. Baru saja sepuluh menit yang lalu ia membohongi Tama. Sekarang ia sudah mendapatkan balasannya. Nasib... nasib...

Suasana tempat parkir cinema semakin lama semakin sepi. Orang-orang yang tadinya ramai menonton telah pulang satu persatu. Ketika mobil terakhir juga akhirnya meninggalkan tempat parkir, ia makin ketakutan. Mau tidak mau ia harus berjalan keluar gedung untuk mencari taksi konvensional. Yang  artinya ia akan berjalan cukup jauh dengan sepatu high heelsnya yang seruncing pensil.

Saat ia baru saja mencapai jalan raya dan bermaksud duduk sebentar di dalam halte yang kosong, ia dikejutkan oleh suara-suara teriakan yang saling bersahut-sahutan dan langkah-langkah cepat orang-orang yang sedang berlarian. Suara-suara tembakan terdengar satu dua kali. Demi Tuhan, ia ketakutan! Ini sebenarnya ada apa sih? Shooting film action? Tapi kok tidak ada kameranya? Terus tidak ada lagi yang mengucapkan kata, action, cut, atau istilah-istilah film lainnya. Satu lagi, ia sama sekali tidak mendengar kata-kata, ekspresinya mana? Harusnya jikalau sedang shooting, wajib ada kata-kata seperti itu 'kan?

"Anda telah dikepung, Rudi. Berhenti! Berhenti!" Terdengar beberapa kali suara tembakan lagi sebelum terdengar suara bruk seperti benda jatuh. Sumpah serapah dan desis kesakitan menyusul setelahnya.

"Berdiri dan angkat tangan Anda! Anda siapa? Kaki tangannya Rudi? Kalau begitu ikut kami ke kantor. Cepat berdiri!" Merlyn merasa dengkulnya lemas seketika saat ia dibentak-bentak dan dipaksa untuk berdiri. Saat ini posisinya sedang berjongkok dipinggir halte. Ia juga mengubur kepalanya dalam-dalam di atas lututnya karena ketakutan. Kedua tangannya gemetaran hebat sembari menutupi kedua telinganya. Ia kedinginan akibat derasnya hujan dan ketakutan mendengar suara bentakan demi bentakan di atas tubuhnya.

"Tersangka telah dilumpuhkan dan saat ini telah dibawa ke rumah sakit dengan mobil patroli, Komandan. Kami semua akan segera kembali ke markas. Ada perintah lagi, komandan!"

Di tengah derasnya hujan Merlyn merasa sangat menyesal telah membohongi dua orang dalam waktu bersamaan hari ini. Pertama, ia telah membohongi petugas pintu masuk cinema karena telah melakukan kecurangan membawa makanan dan minuman dari luar. Padahal makanan dan minuman itu berasal dari rumahnya sendiri, dan bukan dari luar. Beda 'kan? Berarti ia tidak bohong-bohong amat.

Kedua, ia telah membohongi Tama. Pasti saat ini Tama sudah diinterogasi habis-habisan oleh abangnya, karena ia tidak sampai-sampai ke rumahnya. Makanya karma buruk langsung saja menimpanya. Sepertinya malam ini ia akan menginap di kantor polisi. Tapi dia memang salah 'kan? Padahal tadi ia sudah diperingatkan oleh abangnya kalau nanti ia bisa kena razia. Inilah jadinya kalau ia keras kepala dan mengabaikan nasehat orang lain. Di penjara nanti temannya galak-galak atau tidak ya? Jangan-jangan nanti ia di botakin dan dibully seperti sinetron-sinetron sakaratul maut di televisi. Ia takut sekali.

"Untuk sementara tidak, Gede. Kamu bawa saja Rudi ke rumah sakit. Setelah itu baru kita interogasi secara marathon. Dan wanita ini mungkin salah satu anak buahnya Rudi yang kemarin bertugas mengirim paket ke beberapa cinema dan club-club papan atas ibukota. Naik 'kan saja dia ke mobil patroli sekalian." Mer membeku. Orang ini sebenarnya shooting film apa sih? Mengapa ada kata-kata mobil patroli segala?

"Seharusnya orang-orang seperti mereka ini perlu sedikit menikmati rasa sakit karena telah berniat ingin menghancurkan generasi muda negeri ini. Ayo kamu berdiri! Kamu tidak mengerti bahasa Indonesia, hah? Ngapain kamu jongkok-jongkok terus di situ? Kamu tuli?!" Suara bentakan itu terasa dekat sekali di telinganya. Merlyn makin mengkeret. Semakin ia dibentak, maka semakin tidak bisa bekerjasamalah dengkulnya. Merlyn benar-benar lemas karena kedinginan dan ketakutan. Tapi dia memaksakan diri untuk berdiri tegak dan menaiki mobil patroli dengan langkah gemetaran tidak karuan. Tepat pada saat ia akan membuka pintu mobil, salah satu mobil patroli lainnya mengarahkan lampu ke arah tempatnya berdiri. Karena silau, Merlyn refleks mengangkat tangannya melindungi matanya. Beberapa aparat polisian yang sedang bertugas sejenak terkesima saat memandang wanita yang akan mereka amankan ke kantor polisi. Bagaimanapun mereka hanyalah laki-laki biasa. Keindahan ragawi Merlyn yang hanya menggunakan mini dress putih tanpa lengan, nyaris terlihat naked karena gaun tipisnya melekat erat bagai kulit kedua karena siraman air hujan.

"Merlyn? Sedang apa kamu di sini?" Galih kaget saat melihat gadis yang ditemuinya di kebun kopi Malabar, kini ada di depan matanya. Penampilan seperti ini lagi. Ia langsung melepas jaket kulitnya dan memakaikannya pada tubuh Merlyn. Penampakan tubuh indah Mer sepertinya telah membuat para anak buahnya mimisan semua karena mupeng. Galih bahkan menarik resleting jaketnya sampai ke atas leher Merlyn hingga nyaris mencekiknya hidup-hidup.

"A--Abang polisi?" Merlyn juga kaget saat mendapati polisi jutek yang di temui di kebun kopi sekarang ada di depan matanya.

"Hah? Abang?" Para petugas kepolisian saling memandang saat mendengar Merlyn memanggil Galih dengan sebutan abang, alih alih Pak Kompol atau Pak polisi. Mesra sekali kedengarannya bukan?

"Kondisikan mata kalian semua, Briptu Hendrawan, Bripda Gede, Bripda Indra!Kalian jalan saja duluan ke Rembang Solo. Nanti saya menyusul." Galih mengubah pembicaraannya dengan bahasa sandi, saat Merlyn yang nota bene adalah masyarakat sipil ada di antara mereka. Mereka memang mempunyai aturan untuk mengubah bahasa apabila ada masyarakat sipil di sekitar mereka. Bagaimanapun urusan mereka memang sangat rahasia.

Sementara Merlyn yang melihat para anak buah Galih sudah masuk semua ke dalam mobil patroli, ia juga hendak menyusul masuk. Tangannya baru saja bermaksud untuk membuka pintu mobil, saat suara ketus Galih menahannya.

"Mau ngapain kamu ikut ke kantor polisi? Kamu ingin merasakan tidur di hotel prodeo ya?" Galih menarik lengan Merlyn yang nyaris saja masuk ke dalam mobil patroli Bipda Gede.

"Di kantor polisi memangnya ada hotel ya, Bang? Padahal kalau di televisi 'kan cuma ruangan segi empat, terus dikasih jeruji besi. Kantor polisi punya Abang beda ya?" Tanya Merlyn bingung. Istimewa sekali berarti kantor polisinya si abang polisi ini. Ada hotelnya! Galih menghela napas panjang. Ia teringat kalau gadis ini memang sepertinya otaknya tidak berkembang.

"Sudah lupakan." Galih mengibaskan tangannya ke udara. Dia pusing harus menjelaskan mulai dari mana pada si oneng ini. Lebih aman kalau dia memutuskan saja topik pembahasannya. Buang-buang nafas saja saling beradu argumentasi dengan gadis yang otaknya cuma sebesar biji kacang ijo ini.

"Saya nggak jadi ditahan ini, Bang? Beneran ini saya bebas?" Merlyn mencoba meyakinkan keputusan Galih atas dirinya. Galih lagi-lagi menarik napas panjang. Memang membutuhkan kesabaran yang lebih dalam menghadapi gadis naif ini.

"Sekarang saya tanya. Kenapa kamu merasa kalau kamu harus ditahan. Apa kamu ini anak buahnya Rudi?"

"Rudi siapa? Rudi anak tukang tambal ban di pengkolan kompleks?" Tanya Merlyn bingung. Seingatnya satu-satunya orang yang bernama Rudi yang ia kenal adalah Rudi anaknya Cang Sueb. Tukang tambal ban di dekat kompleks perumahannya. Dia tidak mengenal Rudi yang lain.

"Bukan, Mer. Rudi gembong narkoba. Kamu anak buahnya ya?" Selidik Galih lagi. Merlyn dengan cepat menggeleng-gelengkan kepalanya. Anak buah gembong narkoba? Lah dia aja pagi-pagi sarapannya masih minum susu, apa pantes jadi anak buahnya gembong narkoba? Si Cikur kucing Bik Sari aja bisa tertawa dengernya. Nggak ada pantes-pantesnya. Ye kan?

"Jadi kalau begitu ngapain kamu mau ikut naik ke mobil patroli segala?" Galih merasa lama-lama ia jadi seperti sedang menginterogasi anak TK alih-alih seorang wanita dewasa. Gadis ini childish sekali.

"Lah bukannya tadi Abang polisi yang menyuruh saya naik ke mobil patroli?" Tanya Mer bingung. "Ini ceritanya Abang polisi mau menangkap saya karena saya menyembunyikan ini semua di dalam tas 'kan waktu di cinema? Abang sedang merazia makanan dan minuman 'kan?" Merlyn membuka tas oversize bagnya dan memperlihatkan semua barang bawaannya. Sebotol air mineral, sebotol minuman soda, dan beberapa bungkus makanan ringan lainnya.

Astaghfirullahaladzim Allahuakbar! Galih memijat-mijat keningnya sendiri.

Berilah hambaMu ini kebesaran hati dan kesabaran yang berlebih dalam menghadapi kesederhanaan cara berpikir gadis ini, ya Allah. Aaminn.

"Bukan, Merlyn. Saya dan team Brawijaya 78 sedang menjalankan misi menangkap gembong Narkoba. Bukannya mau menangkap kamu. Lagi pula ngapain kamu tengah malam begini gentayangan di jalanan? Ayah dan abangmu kemana?"

Diingatkan pada keadaannya yang masih berada di jalanan pada pukul berapa ini? Merlyn melirik pergelangan tangannya. Pu--pukul dua belas lewat delapan menit! Mati! Pasti Tama telah dieksekusi oleh ayah dan abangnya saat ini. Ia harus segera cepat-cepat pulang ke rumah. Selain itu tubuhnya mulai terasa meriang rasanya. Pakaiannya yang basah kuyub juga membuatnya kedinginan. Giginya sampai bergemelutuk. Ia merasa sangat kedinginan. Sumpah!

"B--Bang, saya bo--boleh tidak meminjam ponsel Abang sebentar? Sa--saya mau mengorder o--ojek on--online."

Gigi Merlyn terus saja saling beradu karena merasa kedinginan. Galih menatap kasihan gadis yang penampakannya sudah amat sangat menyedihkan itu. Gaun mininya melekat begitu erat bagaikan kulit keduanya, sementara bagian atasnya ditutupi oleh jaket kulitnya. Besarnya jaket yang menutupi hingga setengah pahanya, membuatnya jadi seperti tidak menggunakan bawahan. Belum lagi sepatu hitam seruncing pensil yang dikenakan kaki mungilnya. Gadis ini tampak seksi sekali. Sumpah! Galih tidak yakin membiarkan makhluk lugu imut ini naik ojek online di tengah malam buta. Ia takut kalau gadis ini dijahati orang. Istimewa mengingat betapa minimalisnya otaknya. Galih tidak bisa membiarkannya. Dia tidak rela tepatnya.

"Ayo, kamu saya antar pulang saja. Kamu kedinginan banget ya? Pakai baju saya saja sementara, mau? Saya kebetulan membawa beberapa baju bersih di mobil. Kamu bisa memakainya dulu untuk sementara," Galih meraba kening Merlyn dengan punggung tangannya saat melihat sang gadis berbangkis.

"Suhu tubuh kamu juga sepertinya mulai naik. Kamu demam sepertinya, Mer." Galih kasihan juga melihat tubuh mungil tapi semok ini terus saja gemetaran kedinginan.

"N--nggak u--usah, Bang. Bajunya di ganti tapi da--dalemannya tidak di ga--ganti ya sama a--aja. Tetap ba--basah, B--bang."

Merlyn tetap berusaha menjawab walaupun kepalanya mulai terasa keliyengan. Galih tidak bisa berkata apa-apa lagi karena ia memang tidak memiliki dalaman perempuan di mobilnya. Gila saja jika dia punya dalaman perempuan di sana. Memangnya dia banci apa? Tanpa berkata apa-apa lagi ia membantu Mer masuk ke dalam mobil. Di sana ia juga terus berbangkis. Merlyn sepertinya akan flu.

Perjalanan baru saja berjalan sekitar lima menit, tapi Galih merasakan kepala Merlyn telah jatuh di bahunya. Gadis ini tertidur dengan perasaan gelisah sepertinya. Galih menghentikan kendaraannya sejenak dan meraih sebuah selimut dari baris kedua mobilnya. Pekerjaanya sebagai seorang polisi telah menjadikannya siap bermalam di manapun juga. Makanya mobilnya ini sudah seperti rumah kedua baginya. Apa saja ada di dalamnya.

Dengan hati-hati ia menyelimuti tubuh menggigil Merlyn dengan selimut dan memeluk tubuhnya dengan lengan kirinya, sementara lengan kanannya memegang kemudi. Untung saja lalu lintas dalam keadaan sepi sehingga ia masih bisa berkendara dengan hanya bermodalkan satu lengan saja. Nafas hangat Merlyn yang menyapu-nyapu lehernya membuat darah Galih berdesir dan jantungnya berdebar-debar seperti sedang bermain genderang. Ini jantungnya kenapa sih? Apakah ia telah menderita penyakit jantung di usia tiga puluh tahun? Hah yang benar saja!

Tiga puluh menit kemudian mereka telah tiba di rumah yang dulu pernah disebutkan alamat lengkapnya oleh Mer saat di perkebunan kopi. Untung saja ia mengingat alamat rumah ini. Coba kalau tidak, ia pasti terpaksa harus membangunkan gadis ini. Sebenarnya bukan kebetulan juga ia mengingat alamat ini. Ia menghafalnya sebenarnya.

Pintu gerbang dengan cepat terbuka diiringi dengan suara langkah-langkah bergegas beberapa orang. Ia mengenali Chris dan Tian. Ayah dan abang gafis ini. Namun ia tidak mengenali seorang laki-laki gagah dengan wajah memar yang ikut berjalan di samping mereka berdua. Siapa pria gagah ini?

TOK! TOK! TOK!

Kaca mobilnya digedor-gedor dengan kuat dari arah kanan dan kiri. Bisa pecah semua kaca mobilnya kalau cara mengetuknya seperti ini. Galih melihat Merlyn terbangun karena kaget. Matanya mengerjap-ngerjab bingung sejenak sebelum akhirnya terlihat ketakutan saat memandangi orang-orang yang mengetuk jendela mobil dengan kasar. Bukannya turun ia malah memeluk lengan kirinya sambil menangis sesenggukan di sana. Galih menjadi kebingungan antara ingin membuka pintu mobil atau menenangkan gadis yang nyaris histeris ini dulu.

"Ba--bagaimana ini, B--Bang? Saya pasti akan dihukum di ruang isolasi karena sudah melakukan kebohongan beruntun hari ini. Saya takut, Bang. Disana gelappp sekali. Hiks... hiks... hiks..." Galih semakin kebingungan saat gadis ini malah menangis.

KRAKKK!

Nah akhirnya kejadian juga 'kan? Kaca mobilnya retak karena dihajar dengan tongkat bisbol oleh ayah gadis ini. Yang dipukul kaca mobil, tapi yang histeris malah gadis dalam pelukannya ini. Siapapun suami dari gadis ini kelak, semoga saja ia tidak mati muda karena mempunyai ayah mertua yang begini ganas dan beringas.

"Makanya, ayo kita keluar Mer. Kita jelaskan saja semua kejadian yang sebenarnya. Saya ini polisi. Pedoman hidup saya adalah Tribrata dan Catur Prasetya. Jadi sebagai seorang warga negara kamu pasti akan saya lindungi dengan segenap jiwa raga. Ayo, kita keluar." Galih membuka pintu mobil diikuti Merlyn yang langsung berlari mengitari mobil dan bersembunyi ketakutam di belakang tubuhnya. Kasihan.

"Pak Galih?" Chris langsung mengenali Galih sebagai seorang polisi yang dulu pernah menolong putrinya saat di perkebunan kopi.

"Merlyn! Kenapa kamu membohongi Abang, hah? Kamu bilang kalau kamu akan dijemput Tian? Tapi Tian malah menelepon Abang karena kamu tidak pulang-pulang sampai pukul dua belas malam. Lihat! Abang sampai bonyok begini digebukin Tian. Maksud kamu apa hah?"

Tama ini jarang sekali marah. Tetapi sekalinya marah ya begini ini? Suara bentakannya membuat jantung Merlyn jumpalitan saking takutnya. Ini masih satu orang yang marah. Kemarahan ayah dan abangnya masih waiting list. Alamat bisa pecah gendang telinga dan gagal jantung apabila mereka bertiga saling berkolaborasi marahnya. Bagaimana lah ini? Padahal ia sudah lemas sekali.

"Mengapa kamu berbohong Mer? Dan jaket siapa yang kamu pakai itu? Apa yang telah terjadi sama kamu? Kamu di--di--" Chris tidak sanggup meneruskan kata-katanya. Ia ngeri dengan asumsinya sendiri. Sementara Merlyn sendiri tidak sanggup lagi menjawab berondongan pertanyaan dari Tama dan ayahnya. Ia sudah lemas sekali.

"Putri Anda tidak apa-apa, Pak Chris. Tadi ia kehujanan dan bajunya basah kuyub sehingga, maaf lekuk liku tubuhnya terlihat jelas. Makanya saya meminjamkan jaket saya. Putri Anda ini juga kedinginan dan sedikit demam sepertinya. Alangkah baiknya jika ia di biarkan dulu berganti pakaian dan menghangatkan diri terlebih dahulu baru ditanyai. Kasihan, Pak."

Argumen Galih sedikit meredakan kemarahan Chris. Bagaimana pun Merlyn ini adalah putri kesayangannya. Melihatnya gemetaran dan ketakutan begini sebenarnya hatinya lah yang paling sakit. Merlyn itu anaknya. Darah dagingnya.

"Kamu kedinginan, Mer?" Chris melepas sweaternya dan melapisi jaket kulit Galih dengan sweater hangatnya. Ia kini bertelanjang dada.

"Sekarang ia. Tapi di mobil tadi nggak." Jawab Merlyn jujur.

"Kenapa di mobil bisa nggak dingin? Pak Galih mematikan ac mobil?" Chris penasaran. Merlyn menggeleng.

"Kan selama Mer di mobil, Mer dipeluk terus sama Abang polisi. Jadi rasanya hangat, Yah. Harum lagi."

"Apaaa?!"

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Nadia Ariyanto
idiotnya keblablasan......aduh....ngakaknya ga abis abis sampai perutnya kram.
goodnovel comment avatar
tantty tan
wkkkww...ngakak ra uwis-uwis...
goodnovel comment avatar
Yara
dasar merlin..sekonyong konyong ...wkwkwkw
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 3

    "Kamu apain aja anak saya di dalam mobil, hah? Kamu ini setiap kali bertemu dengan anak saya, pasti ada saja acara pelukannya. Tidak di kebun kopi, di dalam mobil, selalu saja modus. Bajingan!"Chris mengarahkan tongkat bisbolnya sekuat tenaga ke arah tubuh Galih. Dari samping kanan kirinya Tian dan Tama juga merangsek maju bermaksud untuk menghajar polisi modusan yang kesempatan banget memeluk-meluk si Merlyn. Tama kesal sekali. Enak sekali orang ini main peluk-peluk saja. Lah dia saja yang sudah bertahun-tahun menjadi pengawal santingan Mer, sekalipun tidak pernah mencuranginya. Padahal terkadang pengen juga. Eh ngebathin apa sih dia? Tama malu sendiri dengan pikiran absurdnya. Ingat pacar woy!"Eh... eh... stopp... stopp... setopppp! Yah, Bang Tian, Bang Tama. Jangan sembarangan memukul aparat kepolisian yang sedang bertugas. Sanksinya berat! Denger ya, nih Mer bacain kata mbah google di klinik hukum online. Dalam KUHP

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 4

    Galih memperhatikan nomor rumah Madeline Nainggolan sekali lagi untuk memastikan kebenaran rumah yang dicarinya. Ia tadi sempat berkonfrotasi dengan pihak keamanan komplek yang tidak bersedia membukakan portal untuknya. Tetapi setelah mereka melihat kartu identitas dan glock 19 di pinggangnya akhirnya mereka jiper juga. Dan di sinilah ia sekarang berada. Di kediaman Radja dan Madeline Nainggolan, tantenya Merlyn.Saat ia menekan bel, seorang Satpam bertubuh kekar lagi-lagi tidak mengizinkannya untuk menemui majikannya. Ia beralasan tuan rumahnya pasti tidak bersedia menerima tamu pada jam-jam tidak lazim seperti ini. Mau tidak mau, ia harus kembali memperlihatkan kartu identitas kepolisiannya. Barulah sang Satpam menelepon majikannya.Saat ini ia telah duduk di ruang tamu keluarga Nainggolan. Asiaten Rumah Tangga yang membukakan pintu berpesan agar ia menunggu sebentar. Nyonya rumahnya akan segera keluar untuk menemuinya.

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 5

    "Pak dokter, saya udah sembuh kok. Lihat badan saya sudah nggak panas lagi. Batuk-batuknya juga sudah reda. Saya sudah boleh pulang sekarang kan Pak Dokter?" Merlyn meraih tangan kanan Dokter Dika dan menyentuhkannya ke kening dan lehernya sendiri, demi untuk meyakinkan sang dokter."Yang jadi dokternya di sini siapa? Kamu atau saya? Kenapa malah jadi kamu yang mengatur-ngatur saya?" Dengan ketus Dika membalas kata-kata Merlyn. Tapi tidak urung dia membelai lembut kening dan leher pasien cantiknya. Masih sedikit hangat. Merlyn belum sehat betul."Yang merasakan sakit atau tidak itu tubuh siapa? Tubuh saya kan? Tapi kenapa malah Pak Dokter yang merasa lebih tahu?" Merlyn membalikkan kata-katanya dengan jenius pada Dika.Tumben si oneng ini pinter? Mungkin signalnya sedang bagus-bagusnya."Oohhh... jadi kamu merasa lebih tahu soal kondisi tubuh kamu dibandingkan dengan saya? Baiklah. Kalau begitu sa

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 6

    Hari ulang tahun Rumah Ceria bagi anak-anak penderita down syndrome telah tiba. Merlyn sudah meminta izin pada ayah dan bundanya untuk membawa Thunder, mobil kesayangannya ke sana. Tapi dengan catatan harus disopiri oleh Mang Yayat. Merlyn memang bisa menyetir sendiri, tetapi selalu saja ada insiden yang menyertainya. Kaca spion yang hancur atau meratakan pagar rumah tetangga, adalah sebagian kecil dari insiden yang diakibatkan oleh kecerobohannya. Oleh karena itu, untuk meminimalisir keadaan, sekarang Merlyn akan disopiri atau minimal ditemani jika ingin ke mana-mana.Mobilnya saat ini telah dipenuhi oleh berbagai macam boneka kain flanel, makanan ringan bahkan balon-balon warna warni yang lucu. Mer sudah menabung lama untuk bisa membeli semua ini. Walaupun ayahnya pernah menawarinya untuk menggunakan uang ayahnya saja untuk membantu anak-anak panti, tapi Mer menolaknya. Masa mau beramal tetapi malah memakai uang orang lain? Itu kan namanya pembo

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 7

    "Hah? Mancing ikan kakap di club? Ini maksudnya bagaimana? Saya bingung." Galih pusing mendengar kalimat tanpa ujung pangkal yang jelas. Apalagi mengenali seorang pria tampan metroseksual yang meneriakkan kata-kata mahal dari pakaian dan aksesoris yang dikenakannya. Siapa yang tidak kenal dengan pria yang tampak protektif di samping Merlyn ini. Pengacara muda Ethan Hartomo Putranto. Putra Hartomo Putranto, yang juga seorang pengacara gaek negeri ini."Tadi tetangga saya, Liz kan ulang tahun. Nah, Yessy mengusulkan untuk main ke club. Siapa tahu dapat kakap katanya. Terus saya minta ikut sama Liz. Tapi sampai di sini jangankan ikannya, kolamnya aja pun nggak ada, Bang." Adu Mer kesal. Galih dan Ethan saling bertatapan dan mereka akhirnya mengerti soal kata pancing memancing ini. Belum juga Galih memberi Merlyn nasehat, seorang gadis cantik menyeruak kerumunan. Saat si gadis melihat Mer, wajah tegangnya berangsur

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 8

    Merlyn tiba di kantor polisi bersama dengan belasan orang yang terjaring razia lainnya. Ia yang seumur hidupnya tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke kantor polisi, malam ini langsung saja bersilahturahmi ke tempat ini sebagai seorang tersangka pengedar narkoba. Kedengarannya sangat mengerikan bukan? Ethan yang sedari tadi ingin mendampinginya dan bertindak sebagai pengacaranya telah ditolak tegas oleh Galih. Menurut Galih, Ethan harus menunjukkan surat kuasa sebagai pengacaranya yang resmi terlebih dahulu, barulah ia bisa untuk membelanya. Saat surat kuasa itu sudah berkekuatan hukum baru Ethan berhak untuk mendampinginya."Semuanya berbaris rapi dan masuk ke dalam ruangan dengan saling memegang bahu orang yang ada di depannya!" Bripda Astuti meneriakkan perintahnya dengan tegas. Merlyn yang tangannya diborgol tampak agak kesulitan saat harus memegang bahu orang yang ada di depannya. Sementara orang yang di belakangnya langsung saja meremas

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 9

    "Dua kali Anda bertemu dengan anak saya. Dua kali itu juga Anda memeluk-meluknya. Saya sudah pernahmemperingatkan Anda untuk menjauhkan tangan Anda dari putri saya. Dan ini yang ketiga kalinya, Anda malah mau berbuat cabul dengannya. Anda ini polisi atau bukan hah? Mengapa Anda terus saja memanfaatkan kepolosan putri saya untuk kesenangan Anda sendiri!" Saat tinju Chris akan kembali melayang ke wajah Galih, Mer langsung saja menahan tangan ayahnya."Yah, berantemnya setop dulu. Mer udah mau pipis banget ini! Lagian abang polisi bukannya mau berbuat cabul sama Mer. Abang polisi cuma bukain resleting celana Mer yang tadi macet. Ayah minggir dulu, Mer mau pipis. Abang polisi, tissuenya mana? Cepetan, udah mau keluar ini pipisnya!"Mer sampai melompat-lompat menahan sesak pada kandung kemihnya. Dengan wajah lebam-lebam, Galih merogoh saku celananya. Mengeluarkan sebungkus tissue pada Merlyn. Merlyn buru-buru masuk ke dalam to

    Last Updated : 2021-08-03
  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 10

    "Apa sekarang client saya bisa di bebaskan Pak Sonny?" Ethan lega luar biasa saat melihat hasil rekaman CCTV, yang pada akhirnya bisa menjelaskan darimana obat-obatan terlarang itu bisa ada di dalam tas Merlyn. Sebagai seorang pengacara ia bangga karena bisa membebaskan clientnya. Dan sebagai seorang laki-laki yang sedang memburu cinta, ia lega karena orang yang diincarnya terbebas dari bencana masuk penjara.Dan bonus satu hal lagi, citra dirinya akan naik di mata calon mertua dan calon kakak iparnya. Double jack pot bukan?"Sepertinya Ibu Merlyn baru akan di bebaskan besok pagi, Pak Ethan. Ada beberapa berkas dan masalah prosedural yang harus ia tanda tangani terlebih dahulu. Atasan saya tadi sudah mengkonfirmasi kalau client Anda akan bebas setelah beberapa prosedur di lewati." Juper bernama Sonny Harsono itu telah bersiap-siap untuk segera pulang. Setelah marathon menginterogasi para tersangka dari pukul empat s

    Last Updated : 2021-08-03

Latest chapter

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Extra Part II

    "Saya tidak mau tahu, Galih. Kamu harus mencari putri saya, dan membawanya kehadapan saya secepatnya. Kalau putri saya sampai kenapa-napa, bersiap-siaplah. Saya tidak akan pernah memberikannya pada kamu lagi. Baru tiga bulan kamu menjaganya, ia sudah lari dari kamu. Tidak bisa diandalkan!" Chris merasa darahnya naik sampai ke ubun-ubun saat Galih menceritakan kaburnya putri semata wayangnya. Apalagi penyebab kaburnya adalah kesalahpahaman yang rancu seperti ini. Rasanya ia ingin sekali memutilasi Galih kecil-kecil."Mas Galih nggak salah, Pak. Saya dan calon suami saya yang salah. Kami terlalu pengecut untuk menjumpai orang tua saya. Makanya kami meminta bantuan Mas Galih. Kami tidak tahu malah jadi seperti ini. Kami berdua minta maaf, Pak." Arini dan Dokter Harsya meminta maaf pada Pak Chris. Sebenarnya mereka berdua takut pada amarah ayah Merlyn ini. Tetapi mereka juga tidak tega melihat Galih disalahkan sendiri. Mereka kasihan sekali melihat keadaan Gal

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Extra Part I

    Merlyn menyusun dokumen-dokumen Galih yang bertebaran di atas meja kerjanya. Sementara suaminya malah tertidur pulas di atas meja. Suaminya menjadikan kedua lengannya sebagai bantal dan tidur dalam posisi duduk di meja kerja. Selalu saja begini. Suaminya bila sedang sibuk bisa menghabiskan waktu berhari-hari di ruang kerjanya. Apalagi bila sedang mempelajari kasus. Bisa berhari-hari suaminya mengunci diri di ruang kerja. Merlyn sampai merasa jadi janda untuk sementara.Akhir-akhir suaminya memang sibuk sekali. Banyak kasus-kasus yang terus diembankan padanya. Rata-rata semuanya beresiko tinggi. Alhasil suaminya jadi agak sedikit mengabaikannya. Tetapi tidak apa-apa. Sebagai istri yang baik, sudah seharusnya ia mendukung karir suaminya, bukan?Suara getaran ponsel mengalihkan kesibukannya menyusun berkas. Nada dering itu adalah nada dering ponsel suaminya. Tetapi bendanya malah tidak terlihat. Setelah dicari-cari rupanya ponsel suaminya ter

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 45(end)

    Tiga bulan kemudian."Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ananda Galih Kurniawan Jati. Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua ratus dua puluh juta rupiah sudah dibayar tunai." Chris menjabat erat tangan Galih dalam prosesi ijab kabul pernikahan putri tercintanya."Saya terima nikah dan kawinnya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sejumlah dua ratus dua puluh juta rupiah dibayar tunai."Galih dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi yang

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 44

    "Anda ingin mengancam saya dengan nyawa pengasuh saya, Pak Kompol?" George menyeringai. Rivalnya sudah tiba rupanya."Yang benar saja. Nyawanya sama sekali tidak ada artinya untuk saya. Silahkan saja kalau Anda ingin melubangi kepalanya. Saya tidak keberatan sama sekali. Tapi nyawa si cantik ini tentu amat sangat berarti bagi Anda bukan Pak Kompol Galih Kurniawan Jati?"KLIK! George menempelkan revolvernya yang ia selipkan dibalik bantal ke kening Merlyn. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan membawa Merlyn dalam rangkulannya. Tangan kekarnya memiting leher Merlyn. Kini mereka saling berdiri berhadap-hadapan dengan sandera masing-masing. Galih dengan glock 17 di kepala Mbok Sum, dan George dengan revolver yang juga ditempelkan pada kening mulus Merlyn. Galih dan George sama-sama diam. Mereka saling menatap dan sama-sama menunggu siapa yang terlebih dahulu membuat kesalahan. Suasana ka

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 43

    "Sir ini bagaimana sih? Baru saja saya lega, ini sudah stress lagi. Sial amat ya saya? Lepas dari mulut harimau eh sekarang malah masuk ke lubang buaya."Merlyn terduduk lemas di kursi mendengar kalimat terakhir George. Saking stressnya, ia sampai mengantuk-antukkan keningnya pada meja makan. George yang duduk di sebelahnya, segera meletakkan telapak tangannya di atas meja. Menahan kening Merlyn agar tidak menghantam meja makan marmer yang keras."Bukan masuk ke lubang buaya, Nak. Tapi masuk ke dalam mulut buaya. Kalau yang masuk ke dalam lubang buaya, itu adalah tujuh pahlawan revolusi kita yang gugur demi membela harkat bangsa dan negara," Mbok Sum tersenyum geli melihat tingkah polah Merlyn yang lucu di matanya. Sayang sekali gadis unik ini tidak mencintai cucunya. Padahal ia yakin, wanita lugu apa adanya seperti Merlyn inilah yang paling cocok untuk mendampingi sifat keras kepala cucunya."Oh sudah ga

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 42

    Merlyn merasakan jalannya mobil makin melambat sebelum akhirnya berhenti. Tidak lama kemudian terdengar seperti suara pintu gerbang yang digeser. Mobil kembali melaju pelan diiringi suara pintu gerbang yang sepertinya kembali ditutup. Laju mobil kemudian benar-benar berhenti diiringi dengan suara mesin mobil yang dimatikan. Merlyn tersentak kaget saat merasakan ikatan di matanya dibuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak karena silau."Ayo turun!" Hardik George. Setelah mengulet beberapa kali untuk meregangkan ototnya yang rasanya kram dan pegal-pegal semua, Merlyn keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh George. Suasananya aneh sekali bukan? Ia ini kan ceritanya sedang diculik. Tetapi malah diperlakukan seperti seorang nona besar oleh George. Pake dibukain pintu mobil segala. Kalau saja suasananya berbeda, mungkin ia akan merasa baper tingkat dewa karena merasa diperlakukan begitu istimewa."Penutup mata su

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 41

    Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 40

    "Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 39

    Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus

DMCA.com Protection Status