"Apa sekarang client saya bisa di bebaskan Pak Sonny?" Ethan lega luar biasa saat melihat hasil rekaman CCTV, yang pada akhirnya bisa menjelaskan darimana obat-obatan terlarang itu bisa ada di dalam tas Merlyn. Sebagai seorang pengacara ia bangga karena bisa membebaskan clientnya. Dan sebagai seorang laki-laki yang sedang memburu cinta, ia lega karena orang yang diincarnya terbebas dari bencana masuk penjara. Dan bonus satu hal lagi, citra dirinya akan naik di mata calon mertua dan calon kakak iparnya. Double jack pot bukan?
"Sepertinya Ibu Merlyn baru akan di bebaskan besok pagi, Pak Ethan. Ada beberapa berkas dan masalah prosedural yang harus ia tanda tangani terlebih dahulu. Atasan saya tadi sudah mengkonfirmasi kalau client Anda akan bebas setelah beberapa prosedur di lewati." Juper bernama Sonny Harsono itu telah bersiap-siap untuk segera pulang. Setelah marathon menginterogasi para tersangka dari pukul empat s
Galih melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul enam kurang sepuluh menit. Sebaiknya ia segera bangun kalau tidak mau menjadi korban keganasan Pak Chris lagi. Pagi-pagi bukan sarapan nasi lemak dan secangkir kopi, tapi malah sarapan bogem mentah dan kata-kata mutiara yang sudah pasti berhamburan keluar semua dari mulut pedasnya.Ia sedikit meringis saat merasakan lengan kanannya pegal dan kesemutan, karena dijadikan bantal serbaguna oleh makhluk cantik di sampingnya ini. Belum lagi tubuhnya yang juga sudah dialih fungsikan menjadi guling bernyawa semalaman. Walaupun jujur ia senang sekali sebenarnya. Tidur semalaman memeluk makhluk semolek Merlyn telah menghadirkan perasaan yang iya iya di dalam setiap pembuluh darahnya. Bagaimana pun ia adalah seorang laki-laki biasa. Ia mempunyai hasrat dan kadang kala sedikit pikiran-pikiran sesat. Sebagai seorang laki-laki yang sehat, hormon testoteron pasti membuatnya berjuang keras untuk menjaga tangan dan
"Kenapa lo melakukan hal sekeji itu pada Merlyn, Tut? Setahu gue lo bukanlah orang yang berkepribadian ganda. Alter ego itu kebayakan cuma ada di film atau novel-novel. Sejak kita TK sampai SMU,gue taunya lo itu baik dan suka menolong orang yang lemah. Lo cocok banget jadi polwan. Tapi kemarin, lo bersikap kayak pecundang. Lo mempermalukan harga diri lo sendiri sekaligus institusi yang menaungi kita semua. Gue nggak kenal lo yang begini ini."Galih menegur Bripda Astuti yang baru saja selesai mengikuti sidang KKEP atau Komisi Kode Etik Polri karena telah melanggar Pasal 13 PP 2/2003. Bripda Astuti dihukum tidak boleh mengikuti pendidikan selama satu tahun dan demosi penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun. Setelah memaki-maki Astuti dengan kata-kata kasar yang memerahkan semua telinga anak-anak buahnya yang ikut ditatar tadi, Galih memutuskan untuk duduk bersama, dan menasehati Astuti sebagai teman. Bagaimanapun juga Astuti adalah teman lamanya sejak
"Merlyn ingin belajar mandiri, Yah. Tolong biarin Mer tahu susahnya cari uang di luar sana. Kalau Mer di rumah terus, bagaimana wawasan Mer bisa berkembang? Mer akan belajar untuk menjaga diri sebaik-baiknya, Yah. Boleh ya, Yah?" Merlyn berusaha menghapal kata-kata yang diucapkan oleh Liz kemarin. Mer ingin seperti Liz yang sukses menjalankan perusahaan papanya padahal Liz itu baru tamat beberapa tahun lalu. Masa Mer yang dua tahun lebih tua dari Liz tidak bisa berbuat apa-apa? Liz kemarin sudah mengajarinya untuk saling beradu argumen dengan ayahnya. Liz mengajarinya untuk menjawab begini, kalau papanya ngomong begitu. Liz bilang setiap orang pasti bisa belajar. Makanya ia juga ingin berdikari sendiri dan mencari pengalaman."Kamu mau bekerja dibagian apa, Nak? Ayah nggak mau kalau kamu nanti dihi a-hina dan dilecehkan orang. Dunia di luar tembok rumah kita itu keras, sayang. Manusia-manusianya juga banyak yang tidak benar. Ayah takut nanti kamu sakit hat
Galih berlari kencang dengan Merlyn yang berada dalam gendongannya. Ia nyaris tidak sanggup menggendong Mer karena kedua tangannya terus saja gemetaran hebat. Ibunya lah yang menyadarkannya untuk segera membawa Merlyn ke rumah sakit terlebih dahulu ketimbang membunuh preman-preman itu. Briptu Hendrawan lah yang akhirnya menghandle masalah preman, dan Bripda Indra yang berusaha dengan sekuat tenaga menahan tangannya yang terus saja tidak puas-puasnya memukuli si preman, walaupun orangnya sudah tidak sadarkan diri. Ternyata ibunya menelepon kedua anak buahnya untuk mencegahnya menjadi seorang pembunuh."Aduhhhh... bagaimana ini Non? Bibik bisa dimarahin tuan sama nyonya ini karena nggak bisa ngejagain si Enon. Sadar dong, Non. Bibik takut ngeliat si Enon diem aja kayak gini."Bik Sari menangis ketakutan saat melihat majikan kecilnya tergolek lemah di dalam mobil Galih. Galih yang sedang menyetir di depan, kehilangan konsentrasi karena terus
"Jadi beneran barang belanjaan kami sudah diantarkan anak buah Abang polisi ke rumah? Apa anak buah Abang polisi itu tahu kalau alamat rumah saya itu di--""Pondok Indah 12 Kebayoram Lama, Jaksel, kan?" Potong Galih cepat."Iya bener, Bang. Hebat banget ya anak buah Abang Polisi. Kayak Rommy Rafael. Tau aja alamat rumah orang. Eh Abang juga hebat ding, hapal sama alamat rumah saya. Padahal saya cuma bilangnya sekali." Merlyn memandang takjub Galih yang tengah konsentrasi menyetir. Ternyata polisi itu hebat-hebat ya? Mereka tahu aja alamat rumah kita ada di mana."Abang polisi bukan sekedar hafal dengan alamat rumah kamu, Merlyn. Tapi Abang polisi ini memang sengaja ngapalin. Iya kan, Abang Polisi?" Sekar sengaja menggoda putranya yang wajahnya kembali memerah karena ia ketahuan telah menghapal alamat rumah Merlyn.Galih yang bertingkah seperti ini sangat membuat Sekar penasaran. Ia ingin melihat s
"Lima belas menit sudah berlalu dari saat Galih mengatakan suka kepadanya. Sekarang ia dan Bik Sari sudah ada di dalam mobil. Galih sedang mengantar mereka pulang. Di dalam rumah tadi ia memang tidak mengatakan apapun soal perasaan Galih padanya. Bukan apa-apa, ia masih kaget. Tapi sekarang ia pensaran setengah mati. Lebih baik ia menanyakan saja semua rasa penasarannya sampai tuntas. Toh tidak ada orang di sini. Kalau Bik Sari dan ARTnya yang paling ia cintai. Jadi bukan orang. ""Abang suka sama saya? Sungguh?" Galih mengangguk mantap. Merlyn seketika mengangguk-anggukkan kepalanya. Puas akan jawaban Galih yang tidak berubah."Jadi udah 21 orang sama Abang polisi. Abang suka saya karena apa? Harta atau wajah?" Tanya Merlyn serius."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Kalau saja Galih tidak mengenal Merlyn dengan baik, pasti ia akan tersinggung mendengar kata-kata frontal Merlyn. Tapi karena ia sudah mengenal Merlyn luar d
Pagi menjelang siang yang sibuk. Merlyn membawa serta Bik Sari ditambah dengan 3 orang pelayan baru untuk membantunya di kantin. Di saat jam-jam menjelang makan siang seperti ini, mereka semua sibuk berjibaku di dapur. Sebagian makanan memang ada yang sudah dimasak dari rumah, tapi sebagian lagi di masak di dapur kantin. Merlyn lumayan bisa memasak walau tidak sepintar Bik Sari yang cuma masak tumis kangkung saja enak. Tangannya juara, euy! Saat ini gas kebetulan habis. Dan untungnya abang tukang gas tiba hanya dalam waktu sepuluh menit. Alhamdullilah. Tapi Merlyn sedikit takut saat melihat warna tabung gasnya."Abang tukang gas. Bisa nggak kalau besok-besok nganter gas 3 kilogramnya warnanya jangan ijo begini. Saya mau yang warnanya kuning, kelabu, merah muda atau biru pun boleh. Karena kalau warna hijau, pasti nanti meledak kata abang tukang balon."Sahut Merlyn takut-takut saat memasang tabung gas elpiji yang
"Abang polisi yakin ini mau nganterin Mer pulang? Nanti kalau Abang digebukin sama ayah dan Bang Tian bagaimana?"Merlyn mengikuti langkah Galih menuju tempat mobilnya di parkir. Wajah Merlyn tampak mendung. Ia sebenarnya memang kepengen sekali memberitahukan keluarganya tentang status abang polisinya yang sudah naik pangkat menjadi pacarnya. Tetapi ia juga tahu kalau ayah dan abangnya itu tidak begitu menyukai Galih. Sebenernya sih bukan cuma Galih. Tapi semua makhluk yang berjenis kelamin laki-laki yang menyukainya. Ayah dan abangnya sudah langsung curigaition saja. Ujung-ujungnya pasti pada berantem semua. Merlyn tidak ingin wajah ganteng abang polisinya jadi jelek kayak kue cake jatuh ke aspal. Hancur tak terbentuk lagi pastinya. Pada Bintang saja, ia terus mewanti-wanti untuk tidak mengatakan apa-apa. Ia belum siap kalau keluarganya menolak abang polisinya. Jelasnya, ia tidak sanggup disuruh putus saat sedang sayang-sayangnya.
"Saya tidak mau tahu, Galih. Kamu harus mencari putri saya, dan membawanya kehadapan saya secepatnya. Kalau putri saya sampai kenapa-napa, bersiap-siaplah. Saya tidak akan pernah memberikannya pada kamu lagi. Baru tiga bulan kamu menjaganya, ia sudah lari dari kamu. Tidak bisa diandalkan!" Chris merasa darahnya naik sampai ke ubun-ubun saat Galih menceritakan kaburnya putri semata wayangnya. Apalagi penyebab kaburnya adalah kesalahpahaman yang rancu seperti ini. Rasanya ia ingin sekali memutilasi Galih kecil-kecil."Mas Galih nggak salah, Pak. Saya dan calon suami saya yang salah. Kami terlalu pengecut untuk menjumpai orang tua saya. Makanya kami meminta bantuan Mas Galih. Kami tidak tahu malah jadi seperti ini. Kami berdua minta maaf, Pak." Arini dan Dokter Harsya meminta maaf pada Pak Chris. Sebenarnya mereka berdua takut pada amarah ayah Merlyn ini. Tetapi mereka juga tidak tega melihat Galih disalahkan sendiri. Mereka kasihan sekali melihat keadaan Gal
Merlyn menyusun dokumen-dokumen Galih yang bertebaran di atas meja kerjanya. Sementara suaminya malah tertidur pulas di atas meja. Suaminya menjadikan kedua lengannya sebagai bantal dan tidur dalam posisi duduk di meja kerja. Selalu saja begini. Suaminya bila sedang sibuk bisa menghabiskan waktu berhari-hari di ruang kerjanya. Apalagi bila sedang mempelajari kasus. Bisa berhari-hari suaminya mengunci diri di ruang kerja. Merlyn sampai merasa jadi janda untuk sementara.Akhir-akhir suaminya memang sibuk sekali. Banyak kasus-kasus yang terus diembankan padanya. Rata-rata semuanya beresiko tinggi. Alhasil suaminya jadi agak sedikit mengabaikannya. Tetapi tidak apa-apa. Sebagai istri yang baik, sudah seharusnya ia mendukung karir suaminya, bukan?Suara getaran ponsel mengalihkan kesibukannya menyusun berkas. Nada dering itu adalah nada dering ponsel suaminya. Tetapi bendanya malah tidak terlihat. Setelah dicari-cari rupanya ponsel suaminya ter
Tiga bulan kemudian."Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ananda Galih Kurniawan Jati. Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua ratus dua puluh juta rupiah sudah dibayar tunai." Chris menjabat erat tangan Galih dalam prosesi ijab kabul pernikahan putri tercintanya."Saya terima nikah dan kawinnya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sejumlah dua ratus dua puluh juta rupiah dibayar tunai."Galih dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi yang
"Anda ingin mengancam saya dengan nyawa pengasuh saya, Pak Kompol?" George menyeringai. Rivalnya sudah tiba rupanya."Yang benar saja. Nyawanya sama sekali tidak ada artinya untuk saya. Silahkan saja kalau Anda ingin melubangi kepalanya. Saya tidak keberatan sama sekali. Tapi nyawa si cantik ini tentu amat sangat berarti bagi Anda bukan Pak Kompol Galih Kurniawan Jati?"KLIK! George menempelkan revolvernya yang ia selipkan dibalik bantal ke kening Merlyn. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan membawa Merlyn dalam rangkulannya. Tangan kekarnya memiting leher Merlyn. Kini mereka saling berdiri berhadap-hadapan dengan sandera masing-masing. Galih dengan glock 17 di kepala Mbok Sum, dan George dengan revolver yang juga ditempelkan pada kening mulus Merlyn. Galih dan George sama-sama diam. Mereka saling menatap dan sama-sama menunggu siapa yang terlebih dahulu membuat kesalahan. Suasana ka
"Sir ini bagaimana sih? Baru saja saya lega, ini sudah stress lagi. Sial amat ya saya? Lepas dari mulut harimau eh sekarang malah masuk ke lubang buaya."Merlyn terduduk lemas di kursi mendengar kalimat terakhir George. Saking stressnya, ia sampai mengantuk-antukkan keningnya pada meja makan. George yang duduk di sebelahnya, segera meletakkan telapak tangannya di atas meja. Menahan kening Merlyn agar tidak menghantam meja makan marmer yang keras."Bukan masuk ke lubang buaya, Nak. Tapi masuk ke dalam mulut buaya. Kalau yang masuk ke dalam lubang buaya, itu adalah tujuh pahlawan revolusi kita yang gugur demi membela harkat bangsa dan negara," Mbok Sum tersenyum geli melihat tingkah polah Merlyn yang lucu di matanya. Sayang sekali gadis unik ini tidak mencintai cucunya. Padahal ia yakin, wanita lugu apa adanya seperti Merlyn inilah yang paling cocok untuk mendampingi sifat keras kepala cucunya."Oh sudah ga
Merlyn merasakan jalannya mobil makin melambat sebelum akhirnya berhenti. Tidak lama kemudian terdengar seperti suara pintu gerbang yang digeser. Mobil kembali melaju pelan diiringi suara pintu gerbang yang sepertinya kembali ditutup. Laju mobil kemudian benar-benar berhenti diiringi dengan suara mesin mobil yang dimatikan. Merlyn tersentak kaget saat merasakan ikatan di matanya dibuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak karena silau."Ayo turun!" Hardik George. Setelah mengulet beberapa kali untuk meregangkan ototnya yang rasanya kram dan pegal-pegal semua, Merlyn keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh George. Suasananya aneh sekali bukan? Ia ini kan ceritanya sedang diculik. Tetapi malah diperlakukan seperti seorang nona besar oleh George. Pake dibukain pintu mobil segala. Kalau saja suasananya berbeda, mungkin ia akan merasa baper tingkat dewa karena merasa diperlakukan begitu istimewa."Penutup mata su
Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em
"Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k
Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus