Share

Chapter 8

Penulis: Suzy Wiryanty
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Merlyn tiba di kantor polisi bersama dengan belasan orang yang terjaring razia lainnya. Ia yang seumur hidupnya tidak pernah sekalipun menginjakkan kakinya ke kantor polisi, malam ini langsung saja bersilahturahmi ke tempat ini sebagai seorang tersangka pengedar narkoba. Kedengarannya sangat mengerikan bukan? Ethan yang sedari tadi ingin mendampinginya dan bertindak sebagai pengacaranya telah ditolak tegas oleh Galih. Menurut Galih, Ethan harus menunjukkan surat kuasa  sebagai pengacaranya yang resmi terlebih dahulu, barulah ia bisa untuk membelanya. Saat surat kuasa itu sudah berkekuatan hukum baru Ethan berhak untuk mendampinginya.

"Semuanya berbaris rapi dan masuk ke dalam ruangan dengan saling memegang bahu orang yang ada di depannya!" Bripda Astuti meneriakkan perintahnya dengan tegas. Merlyn yang tangannya diborgol tampak agak kesulitan saat harus memegang bahu orang yang ada di depannya. Sementara orang yang di belakangnya langsung saja meremas bahunya dengan gemas.

"Bripda Astuti, pisahkan antara tersangka laki-laki dan perempuan disudut kanan dan kiri ruangan. Beri jarak aman dan buat pembatas jikalau perlu. Dan kamu, KRAKKKK!!! AUCHH!!" Raungan kesakitan seketika terdengar memilukan, saat Galih memutar pergelangan tangan salah seorang tersangka yang tadi meremas-remas bahu Merlyn dengan kurang ajar. Galih sepertinya telah mematahkan pergelangan tangan laki-laki kurang ajar itu dengan hanya satu gerakan. Bripda Gede dan Briptu Hendrawan kembali saling berpandangan. Dalam hati mereka berjanji untuk tidak akan menyentuh sedikitpun wanita incaran atasannya. Mereka tidak mau mengalami nasib yang sama dengan beberapa pria yang sudah dihabisi oleh atasan mereka, hanya karena menyentuh wanita yang sudah ditandai oleh atasannya ini.

"Saat ini Anda sedang bermasalah dengan penyalahgunaan obat-obatan jenis psikotropika dan Narkotika. Berdasarkan UU No.7 tahun 1997 dan diperbaharui dengan UU No. 35 tahun 2009 tentang Narkotika. Apa Anda mau ditambahi lagi dengan kasus masalah pelecehan seksual dan perbuatan cabul, hah! Jawab?!"

Semua yang ada di dalam ruangan menjerit ngeri saat Galih kembali memberi beberapa bogem mentah secara membabi buta kepada laki-laki iseng itu. Para anak buahnya tahu kalau sebenarnya atasannya itu sedang stress luar biasa saat melihat wanita incarannya terduduk lesu disudut ruangan, tanpa ia bisa melakukan apa-apa. Suasana hatinya pasti sedang buruk sekali. Saat ini sikap atasan mereka seperti singa yang sedang murka, tapi tidak tahu harus mencabik-cabik siapa. Makanya begitu melihat ada celah pemicu yang menguncang kemarahannya, habislah sudah! Kalau tidak cepat-cepat segera di pisah, bisa mati semua pria-pria yang berniat memodusi apalagi mengisengi wanita incaran atasannya.

Atasannya mungkin tidak menyadari betapa kentaranya cara ia melindungi gadis incarannya ini. Sepertinya atasannya itu malah belum menyadari perasannya sendiri. Tetapi semua orang yang berada dalam ruangan ini, dapat melihat betapa protektifnya atasannya ini dalam menjaga sang gadis incaran.

"Lapor Komandan, di luar ada tiga orang pengacara yang menanyakan soal Surat Perintah Penangkapan terhadap saudara Edward Monoarfa yang terjaring dalam OTT di Exodu* tadi." Bripda Indra memberi hormat dengan hati was was. Atasannya sedang bad mood parah sepertinya ini. Bisa dimakan mentah lah mereka semua apabila salah berbicara.

"Sudah berapa lama tiga orang itu menjadi pengacara? Sejak kapan ada Surat Perintah Penangkapan untuk tersangka Operasi Tangkap Tangan, hah? Suruh mereka semua belajar KUHP yang benar dulu, baru main jadi pengacara-pengacaraan. Bilang saja, baca dulu KUHP Pasal 18 ayat 2 soal OTT. Clientnya tertangkap tangan saat  melakukan tindak pidana malah minta SPP. Itu pengacara lulusnya pada nyogok atau dosennya bapaknya sendiri! Suruh mereka semua pergi dari sini. Membuat semak kantor polisi saja!!!" Galih menggebrak meja sampai gelas minumannya menggelinding tumpah di meja. Tanpa berani bersuara lagi, Briptu Hendrawan segera membersihkannya. Atasannya sedang dalam mode senggol bacok.

"Kamu juga sudah berapa lama menjadi ajudan saya, hah? Apa saya perlu membacakan lagi soal prosedur-prosedur penangkapan OTT dengan penangkapan biasa? Perlu?!!" Galih mengamuk lagi. Entah mengapa hari ini orang-orang mendadak menjadi bodoh sekali. Logika semua orang sepertinya ketinggalan di kulkas semua. Bripda Astuti yang sedari penangkapan di club tadi sebenarnya sudah merasa begitu gerah dengan kelakuan Galih, akhirnya tidak tahan juga. Dia berinisiatif untuk segera menyadarkan Galih dari sikap ketidak professionalannya.

"Maaf Komandan, boleh saya berbicara dengan komandan sebagai sesama teman lama dan bukan sebagai atasan dan bawahan?" Bripda Astuti yang merupakan teman sekolah Galih sejak  TK sampai SMA mengajak Galih ke sudut ruangan. Hanya ada mereka berdua beserta Briptu Hendrawan dan Bripda Indra di sana.

"Lo kalo mau ngomong, ya ngomong aja, Tut." Galih mulai menanggalkan bahasa formalnya karena Bripda Astuti ingin mereka berbicara sebagai sesama teman lama.

"Denger ya, Lih. Hanya karena lo kesel cewek inceran lo terjaring OTT, itu bukan berarti lo bisa ngamuk-ngamuk seenaknya sama semua jajaran lo. Professional dong, Lih!" Bripda Astuti langsung saja menyemburkan kekecewaannya pada Galih, teman lama sekaligus atasannya saat ini. Briptu Hendrawan dan Bripda Indra langsung meringis ngeri mendengar kata-kata Bripda Astuti. Perang ini mah! Peranggggg!!!

"Denger ya, Tut. Hanya gue menolak perasaan cinta lo karena gue nggak bisa nganggep lo pacar karena lo itu udah kayak adek gue sendiri, itu bukan berarti lo boleh mencampuri segala urusan hati gue. Lo pikir gue nggak tahu kalo lo cemburu sama Merlyn, sampe lo kenceng banget ngeborgol dia dan terus saja mendorong-dorong dia dengan kasar tadi. Lo juga nggak professional karena sudah membawa-bawa masalah hati di sini. Lo pikir gue buta! Bantah kata-kata gue kalo lo emang bisa!"

Semburan balasan Galih yang sama sekali tidak disangka-sangka oleh Bripda Astuti, membuat wajahnya merah padam karena malu setengah mati. Briptu Hendrawan langsung berpura-pura memainkan ponsel dan Bripda Indra mendadak rajin menepuk-nepuk udara seolah-olah sedang mencari nyamuk. Mereka menjadi kasihan melihat Bripda Astuti  megap-megap ingin membantah kata-kata Galih namun ia tidak bisa menemukan kata yang tepat, karena semua yang dikatakan oleh Galih itu benar adanya. Bripda Astuti memang sangat cemburu pada Merlyn.

Bripda Astuti malu sekali dan seolah-olah merasa ditelanjangi oleh Galih, di depan mata rekan-rekan seprofesinya. Dia memang bodoh! Sudah tahu Galih sama sekali tidak mencintainya, tapi dia masih saja berharap akan adanya keajaiban. Tanpa mau mengucapkan kata-kata apapun lagi, Bripda Astuti bermaksud berlalu dari ruangan yang rasa-rasanya makin menyesakkan dadanya.

"Anda mau ke mana, Bripda Astuti? Tugas Anda belum selesai. Awasi dulu semua tahanan-tahanan wanita di sini. Bersikaplah professional seperti kata-kata Anda tadi." Galih melihat Bripda Astuti menarik nafas dan membuang nafas berkali-kali, sebelum akhirnya mengucapkan kata siap komandan dengan tegas. Inilah yang ia sukai dari Astuti. Ia selalu cepat tanggap dalam mengelola perasaannya sendiri. Bapernya nggak pernah lama-lama.

Tidak berselang lama kemudian terdengar suara ribut-ribut dari arah luar, diikuti dengan langkah-langkah bergegas beberapa orang secara bersamaan. Galih melihat Pak Chris dan Tian, ayah dan abang Merlyn berjalan berdampingan dengan atasannya, IrjenPol Orlando Atmanegara. Dari cara berbicara dan bahasa tubuh antara Pak Chris dan atasannya, tampaknya mereka telah saling mengenal lama. Apalagi mendengar bahasa lo gue yang dilontarkan atasannya. Semakin nyatalah kalau mereka berdua bukan hanya sebatas teman lama. Tetapi teman lama yang akrab pastinya.

"Selamat malam  Pak IrjenPol." Galih memberi salam hormat militer kepada atasannya yang dibalas dengan anggukan singkat atasannya.

"Jadi Anda yang sudah menahan putri saya, Pak Polisi?" Chris langsung berdiri berhadap-hadapan dengan Galih. Wajah Chris sudah sangat emosi saat mengetahui bahwa Galih lah yang telah menahan anak perempuannya.

"Anda tau kan siapa saya dan siapa anak perempuan saya? Anda jangan berani-beraninya menahan anak saya, ya Pak Polisi! Anak saya tidak bersalah dalam hal ini! Pasti dia telah di jebak! Keluarkan anak saya sekarang juga! Saya akan membawanya pulang sekarang? Anda dengar, Pak Polisi?!!" Chris mendekatkan wajahnya pada Galih dan meminta Galih agar mengeluarkan putrinya sekarang juga.

"Anda ini siapa, Pak Christian Diwangkara? Menurut Pasal 27 ayat 1 sampai ayat 3, yang prinsipnya adalah mengatur tentang kedudukan warga negara, penghidupan dan pembelaan terhadap negara. Semua warga negara adalah sama kedudukannya, hak dan juga kewajibannya. Setiap individu dalam negara ini akan mendapat perlakuan yang sama dari negara. Baik Anda itu seorang pengusaha papan atas ataupun hanya seorang penarik becak. Equal justice under law. Jadi Anda jangan coba-coba untuk mengintimidasi saya. Di rumah Anda, mungkin titah Anda lah yang akan di laksanakan. Tapi di sini, di kantor polisi ini, aturan negara lah yang akan di jalankan. Dan sayalah perpanjangan tangan dari kata negara itu sendiri. Anda jangan coba-coba untuk mengintervensi saya dalam hal ini, Pak Chris. Saya harap Anda mengerti."

Galih dengan tegas dan berani menentang tatapan tajam Christian. Dia paling tidak suka jika ada orang yang membawa-bawa harta dan kedudukannya untuk membeli hukum dan kewenangan. Dia bahkan tidak peduli sekalipun Chris ini adalah teman lama atasannya. Galih tidak akan tunduk pada perintah atasannya kalau atasannya itu menyimpang dari ketentuan yang berlaku di negara ini. Dia hanya akan tunduk pada hukum dan Undang-Undang yang sudah di tetapkan oleh negara.

Orlando menarik sudut bibirnya sedikit ke atas. Berusaha menahan senyum dan bangga dengan sikap tegas dan tidak terintimidasi bawahannya ini dari seorang pengusaha besar seperti Chris. Mental Galih memang luar biasa. Sejak ditelepon oleh Chris tadi, ia sebenarnya sudah mengatakan kalau ia tidak bisa membantu banyak. Apalagi kalau kasus sudah dipegang oleh Galih Kurniawan Jati. Bawahannya yang satu ini memang tegas dan tidak pandang bulu. Kalau memang ia merasa benar, digantung pun dia tidak akan mengalah. Orlando paling tahu dengan sifat keras kepalanya Galih ini. Paling yang bisa ia lakukan adalah mempertemukannya dengan putrinya. Tetapi tidak untuk membebaskannya. Kesal dan merah padamnya wajah Chris adalah tanda bahwa ia mengakui kalau Orlando benar. Bawahannya ini memang keras kepala seperti batu!

"Tapi putri saya kan tidak bersalah! Anda tidak bisa menahan orang yang tidak bersalah bukan?" Chris belum mau menyerah. Dia akan melakukan apa saja untuk membawa princessnya pulang ke rumah. Marilyn sudah menangis heboh di rumah karena mengira putrinya akan di hukum mati seperti pengedar-pengedar narkoba yang dieksekusi beberapa tahun lalu.

"Bapak tidak usah khawatir. Sesuai dengan pasal 19 ayat 2 KUHAP, putri bapak akan kami lepaskan 1x24 jam kalau ia tidak terbukti bersalah. Bapak  tenang sa--permisi!" Galih buru-buru meninggalkan Chris begitu saja saat Briptu Hendrawan memberinya kode. Galih tahu pasti ada masalah dengan Merlyn, makanya bawahannya itu memanggilnya tanpa kentara. Galih segera menghampiri Merlyn yang terlihat meringkuk disudut ruangan sambil menangis sesenggukan. Air matanya mengalir deras seperti keran bocor dan suara tangisnya menggema menyedihkan dalam ruangan. Kedua tangannya yang diborgol terlihat memerah karena ia terus saja berusaha menarik tangannya keluar seperti gelang. Hati Galih seperti mencelos melihatnya. Merlyn terlihat sangat menyedihkan.

"Kamu kenapa menangis? Lapar?" Merlyn menggelengkan kepalanya.

"Haus?" Merlyn kembali menggeleng-gelengkan kepalanya.

Jadi kamu kenapa? Hmmm... lagi pula kamu jangan menarik- narik tanganmu seperti itu. Borgol itu terbuat dari baja, Merlyn. Lihat, tangan kamu jadi luka-luka seperti itu. Kamu tidak akan bisa membukanya."

"Bisa saja kalau saya ini istrinya Deddy Corbuzie*. Dulu Mbak Kalin* sewaktu jadi istrinya bisa kok membuka borgol sendiri di tipi. Kan pasti diajarin sama si Deddy." Walaupun sambil nangis kejer, Merlyn masih saja berupaya membantahnya. Galih hanya menghela nafas saja. Tidak ada gunanya membantah kata-kata yang sudah diyakini kebenarannya gadis ini.

Galih kembali menghapus air mata Merlyn. Kali ini menggunakan tissue. Sapu tangannya tadi sudah basah kuyub terkena air mata bercampur dengan cairan hidung Merlyn. Semakin Mer melihat wajah Galih, tangisnya malah semakin menjadi-jadi. Galih sampai kebingungan jadinya. Juper saat ini tengah menginterogasi beberapa orang yang tadi terjaring razia OTT. Sementara Bripda Gede telah ia perintahkan kembali ke club untuk mengambil rekaman CCTV. Saking paniknya Merlyn tertangkap, kinerja otaknya menjadi melambat. Dia lupa untuk meminta rekaman CCTV club tadi. Galih ingin saat Merlyn diperiksa oleh Juper nanti, ia telah mengantongi bukti rekaman CCTV. Dan jika bukti rekaman CCTV bisa membuktikan kalau ia tidak bersalah, maka Merlyn pun bisa segera dibebaskan keesokan harinya. Sesuai dengan prosedur penangkapan, yaitu 1x24 jam dibebaskan kalau tersangka terbukti tidak bersalah.

"Kamu kenapa sih, Mer? Lapar tidak, haus tidak. Kamu sakit?" Merlyn kembali menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Ia malu sekali sebenarnya. Tapi apa boleh buat. Kebutuhan biologisnya sudah tidak dapat ditahan lagi.

"Saya--saya mau pipis. Tapi tangannya begini. Nggak bisa bu--buka ce--celana." Merlyn langsung mengubur wajahnya di dada Galih setelah mengatakan hal apa yang sudah membuatnya menangis karena malu. Galih merasa wajahnya ikut memerah seketika. Ia malu bercampur kasihan juga. Merlyn rupanya menahan pipis sedari tadi. Galih mendekap wajah Mer yang mengubur diri di dadanya. Tanpa mengatakan apa-apa ia memberi isyarat pada Brida Astuti untuk membuka borgol Merlyn.

"Ayo, Bang?" Merlyn menarik lengan kanan Galih setelah Bripda Astuti membuka borgolnya.

"Ayo kemana?" Galih bingung.

"Temani saya pipislah. Apalagi?"

"Mau ke kamar kecil saja ditemani. Kamu takut ada hantu begitu?" Walaupun Galih mengomel, tapi ia tetap berjalan membimbing Merlyn ke toilet.

"Hantu? Mana mau hantu main-main ke kantor polisi? Bang... Bang. Mereka juga takut ditangkep kali, Bang. Emang enak masuk penjara?" Merlyn malah curhat sekalian menyindirnya. Sabarrrrr hati. Galih mengelus-elus dadanya.

"Jadi kalau begitu ngapain kamu minta ditemani ke kamar kecil ini?" Galih tidak habis pikir dengan kelakuan Merlyn. Jawabannya selalu tidak dapat diprediksi.

"Supaya Abang polisi ada kerjaan aja. Daripada Abang terus mondar mandir ke sana ke mari sambil marah-marah. Kan lebih baik Abang Polisi nemenin saya. Jadi Abang nggak makan gaji buta."

Astaghfirullahaladzim... Sabarrrr... Orang sabar kan pacarnya selalu benar. Itu adalah kata-kata yang pernah didengar Galih pada saat para anak-anak buahnya saling curhat. Sebagai sesama bucin mereka sering sekali saling konseling.

Hah, yang benar saja pacar selalu benar? Memangnya mereka itu Tuhan apa?

"Abang Polisi...."

"Ya, Mer, ada apa lagi?"

"Ininya nggak bisa dibuka?"

"Hah? Apanya yang nggak bisa dibuka?"

Ceklek!

Merlyn keluar dengan celana yang sudah dibuka kancingnya, tetapi resletingnya masih terbuka separuh. Galih langsung mengarahkan pandangannya pada langit-langit kamar mandi.

"Ini resleting celana saya macet. Tadi sewaktu test urine, mbak polwannya suruh cepet-cepet gitu. Jadi saya cepet-cepet juga narik resletingnya. Kayaknya ini resletingnya jadi kejepit kain. Nih, lihat! Jadi nggak bisa jalan resletingnya. Di tarik ke atas nggak bisa. Diturunin juga nggak bisa. Macet kena kain. Saya audah pengen banget pipis ini, Abang. Tolong bukain," Galih menggaruk-garuk kepalanya. Ia seperti makan buah simalakama.

"Kata Yessy di mobil tadi, laki-laki kalau disuruh bukain baju perempuan paling seneng. Cepet lagi cara kerjanya. Nggak pake mikir. Abang polisi kan laki-laki. Jadi Abang itu termasuk dalam kategori orang-orang yang paling seneng di suruh bukain pakaian perempuan. Saya bener kan, Abang polisi?"

Merlyn yang sudah capek berusaha menarik-narik resleting celananya, memasrahkan eksekusi terakhirnya pada Galih saja. Galih kan polisi. Pelayan masyarakat. Sementara ia kan masyarakat. Itu berarti Galih adalah pelayannya juga. Titik. Setelah berkutat sejenak, akhirnya Galih berhasil juga membuka resleting celana Merlyn.

BUGHHHH!!! Dasar Anda polisi mesum kurang ajar. Berani-beraninya Anda berbuat cabul kepada putri saya! Gue matiin lo, bajingan. Gue matiin!"

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Elok Fatimah
......... bner2 bkin ngakak ini part. neexxtt
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 9

    "Dua kali Anda bertemu dengan anak saya. Dua kali itu juga Anda memeluk-meluknya. Saya sudah pernahmemperingatkan Anda untuk menjauhkan tangan Anda dari putri saya. Dan ini yang ketiga kalinya, Anda malah mau berbuat cabul dengannya. Anda ini polisi atau bukan hah? Mengapa Anda terus saja memanfaatkan kepolosan putri saya untuk kesenangan Anda sendiri!" Saat tinju Chris akan kembali melayang ke wajah Galih, Mer langsung saja menahan tangan ayahnya."Yah, berantemnya setop dulu. Mer udah mau pipis banget ini! Lagian abang polisi bukannya mau berbuat cabul sama Mer. Abang polisi cuma bukain resleting celana Mer yang tadi macet. Ayah minggir dulu, Mer mau pipis. Abang polisi, tissuenya mana? Cepetan, udah mau keluar ini pipisnya!"Mer sampai melompat-lompat menahan sesak pada kandung kemihnya. Dengan wajah lebam-lebam, Galih merogoh saku celananya. Mengeluarkan sebungkus tissue pada Merlyn. Merlyn buru-buru masuk ke dalam to

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 10

    "Apa sekarang client saya bisa di bebaskan Pak Sonny?" Ethan lega luar biasa saat melihat hasil rekaman CCTV, yang pada akhirnya bisa menjelaskan darimana obat-obatan terlarang itu bisa ada di dalam tas Merlyn. Sebagai seorang pengacara ia bangga karena bisa membebaskan clientnya. Dan sebagai seorang laki-laki yang sedang memburu cinta, ia lega karena orang yang diincarnya terbebas dari bencana masuk penjara.Dan bonus satu hal lagi, citra dirinya akan naik di mata calon mertua dan calon kakak iparnya. Double jack pot bukan?"Sepertinya Ibu Merlyn baru akan di bebaskan besok pagi, Pak Ethan. Ada beberapa berkas dan masalah prosedural yang harus ia tanda tangani terlebih dahulu. Atasan saya tadi sudah mengkonfirmasi kalau client Anda akan bebas setelah beberapa prosedur di lewati." Juper bernama Sonny Harsono itu telah bersiap-siap untuk segera pulang. Setelah marathon menginterogasi para tersangka dari pukul empat s

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 11

    Galih melirik jam di pergelangan tangannya. Pukul enam kurang sepuluh menit. Sebaiknya ia segera bangun kalau tidak mau menjadi korban keganasan Pak Chris lagi. Pagi-pagi bukan sarapan nasi lemak dan secangkir kopi, tapi malah sarapan bogem mentah dan kata-kata mutiara yang sudah pasti berhamburan keluar semua dari mulut pedasnya.Ia sedikit meringis saat merasakan lengan kanannya pegal dan kesemutan, karena dijadikan bantal serbaguna oleh makhluk cantik di sampingnya ini. Belum lagi tubuhnya yang juga sudah dialih fungsikan menjadi guling bernyawa semalaman. Walaupun jujur ia senang sekali sebenarnya. Tidur semalaman memeluk makhluk semolek Merlyn telah menghadirkan perasaan yang iya iya di dalam setiap pembuluh darahnya. Bagaimana pun ia adalah seorang laki-laki biasa. Ia mempunyai hasrat dan kadang kala sedikit pikiran-pikiran sesat. Sebagai seorang laki-laki yang sehat, hormon testoteron pasti membuatnya berjuang keras untuk menjaga tangan dan

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 12

    "Kenapa lo melakukan hal sekeji itu pada Merlyn, Tut? Setahu gue lo bukanlah orang yang berkepribadian ganda. Alter ego itu kebayakan cuma ada di film atau novel-novel. Sejak kita TK sampai SMU,gue taunya lo itu baik dan suka menolong orang yang lemah. Lo cocok banget jadi polwan. Tapi kemarin, lo bersikap kayak pecundang. Lo mempermalukan harga diri lo sendiri sekaligus institusi yang menaungi kita semua. Gue nggak kenal lo yang begini ini."Galih menegur Bripda Astuti yang baru saja selesai mengikuti sidang KKEP atau Komisi Kode Etik Polri karena telah melanggar Pasal 13 PP 2/2003. Bripda Astuti dihukum tidak boleh mengikuti pendidikan selama satu tahun dan demosi penundaan kenaikan pangkat selama satu tahun. Setelah memaki-maki Astuti dengan kata-kata kasar yang memerahkan semua telinga anak-anak buahnya yang ikut ditatar tadi, Galih memutuskan untuk duduk bersama, dan menasehati Astuti sebagai teman. Bagaimanapun juga Astuti adalah teman lamanya sejak

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 13

    "Merlyn ingin belajar mandiri, Yah. Tolong biarin Mer tahu susahnya cari uang di luar sana. Kalau Mer di rumah terus, bagaimana wawasan Mer bisa berkembang? Mer akan belajar untuk menjaga diri sebaik-baiknya, Yah. Boleh ya, Yah?" Merlyn berusaha menghapal kata-kata yang diucapkan oleh Liz kemarin. Mer ingin seperti Liz yang sukses menjalankan perusahaan papanya padahal Liz itu baru tamat beberapa tahun lalu. Masa Mer yang dua tahun lebih tua dari Liz tidak bisa berbuat apa-apa? Liz kemarin sudah mengajarinya untuk saling beradu argumen dengan ayahnya. Liz mengajarinya untuk menjawab begini, kalau papanya ngomong begitu. Liz bilang setiap orang pasti bisa belajar. Makanya ia juga ingin berdikari sendiri dan mencari pengalaman."Kamu mau bekerja dibagian apa, Nak? Ayah nggak mau kalau kamu nanti dihi a-hina dan dilecehkan orang. Dunia di luar tembok rumah kita itu keras, sayang. Manusia-manusianya juga banyak yang tidak benar. Ayah takut nanti kamu sakit hat

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 14

    Galih berlari kencang dengan Merlyn yang berada dalam gendongannya. Ia nyaris tidak sanggup menggendong Mer karena kedua tangannya terus saja gemetaran hebat. Ibunya lah yang menyadarkannya untuk segera membawa Merlyn ke rumah sakit terlebih dahulu ketimbang membunuh preman-preman itu. Briptu Hendrawan lah yang akhirnya menghandle masalah preman, dan Bripda Indra yang berusaha dengan sekuat tenaga menahan tangannya yang terus saja tidak puas-puasnya memukuli si preman, walaupun orangnya sudah tidak sadarkan diri. Ternyata ibunya menelepon kedua anak buahnya untuk mencegahnya menjadi seorang pembunuh."Aduhhhh... bagaimana ini Non? Bibik bisa dimarahin tuan sama nyonya ini karena nggak bisa ngejagain si Enon. Sadar dong, Non. Bibik takut ngeliat si Enon diem aja kayak gini."Bik Sari menangis ketakutan saat melihat majikan kecilnya tergolek lemah di dalam mobil Galih. Galih yang sedang menyetir di depan, kehilangan konsentrasi karena terus

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 15

    "Jadi beneran barang belanjaan kami sudah diantarkan anak buah Abang polisi ke rumah? Apa anak buah Abang polisi itu tahu kalau alamat rumah saya itu di--""Pondok Indah 12 Kebayoram Lama, Jaksel, kan?" Potong Galih cepat."Iya bener, Bang. Hebat banget ya anak buah Abang Polisi. Kayak Rommy Rafael. Tau aja alamat rumah orang. Eh Abang juga hebat ding, hapal sama alamat rumah saya. Padahal saya cuma bilangnya sekali." Merlyn memandang takjub Galih yang tengah konsentrasi menyetir. Ternyata polisi itu hebat-hebat ya? Mereka tahu aja alamat rumah kita ada di mana."Abang polisi bukan sekedar hafal dengan alamat rumah kamu, Merlyn. Tapi Abang polisi ini memang sengaja ngapalin. Iya kan, Abang Polisi?" Sekar sengaja menggoda putranya yang wajahnya kembali memerah karena ia ketahuan telah menghapal alamat rumah Merlyn.Galih yang bertingkah seperti ini sangat membuat Sekar penasaran. Ia ingin melihat s

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 16

    "Lima belas menit sudah berlalu dari saat Galih mengatakan suka kepadanya. Sekarang ia dan Bik Sari sudah ada di dalam mobil. Galih sedang mengantar mereka pulang. Di dalam rumah tadi ia memang tidak mengatakan apapun soal perasaan Galih padanya. Bukan apa-apa, ia masih kaget. Tapi sekarang ia pensaran setengah mati. Lebih baik ia menanyakan saja semua rasa penasarannya sampai tuntas. Toh tidak ada orang di sini. Kalau Bik Sari dan ARTnya yang paling ia cintai. Jadi bukan orang. ""Abang suka sama saya? Sungguh?" Galih mengangguk mantap. Merlyn seketika mengangguk-anggukkan kepalanya. Puas akan jawaban Galih yang tidak berubah."Jadi udah 21 orang sama Abang polisi. Abang suka saya karena apa? Harta atau wajah?" Tanya Merlyn serius."Kenapa kamu bertanya seperti itu?" Kalau saja Galih tidak mengenal Merlyn dengan baik, pasti ia akan tersinggung mendengar kata-kata frontal Merlyn. Tapi karena ia sudah mengenal Merlyn luar d

Bab terbaru

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Extra Part II

    "Saya tidak mau tahu, Galih. Kamu harus mencari putri saya, dan membawanya kehadapan saya secepatnya. Kalau putri saya sampai kenapa-napa, bersiap-siaplah. Saya tidak akan pernah memberikannya pada kamu lagi. Baru tiga bulan kamu menjaganya, ia sudah lari dari kamu. Tidak bisa diandalkan!" Chris merasa darahnya naik sampai ke ubun-ubun saat Galih menceritakan kaburnya putri semata wayangnya. Apalagi penyebab kaburnya adalah kesalahpahaman yang rancu seperti ini. Rasanya ia ingin sekali memutilasi Galih kecil-kecil."Mas Galih nggak salah, Pak. Saya dan calon suami saya yang salah. Kami terlalu pengecut untuk menjumpai orang tua saya. Makanya kami meminta bantuan Mas Galih. Kami tidak tahu malah jadi seperti ini. Kami berdua minta maaf, Pak." Arini dan Dokter Harsya meminta maaf pada Pak Chris. Sebenarnya mereka berdua takut pada amarah ayah Merlyn ini. Tetapi mereka juga tidak tega melihat Galih disalahkan sendiri. Mereka kasihan sekali melihat keadaan Gal

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Extra Part I

    Merlyn menyusun dokumen-dokumen Galih yang bertebaran di atas meja kerjanya. Sementara suaminya malah tertidur pulas di atas meja. Suaminya menjadikan kedua lengannya sebagai bantal dan tidur dalam posisi duduk di meja kerja. Selalu saja begini. Suaminya bila sedang sibuk bisa menghabiskan waktu berhari-hari di ruang kerjanya. Apalagi bila sedang mempelajari kasus. Bisa berhari-hari suaminya mengunci diri di ruang kerja. Merlyn sampai merasa jadi janda untuk sementara.Akhir-akhir suaminya memang sibuk sekali. Banyak kasus-kasus yang terus diembankan padanya. Rata-rata semuanya beresiko tinggi. Alhasil suaminya jadi agak sedikit mengabaikannya. Tetapi tidak apa-apa. Sebagai istri yang baik, sudah seharusnya ia mendukung karir suaminya, bukan?Suara getaran ponsel mengalihkan kesibukannya menyusun berkas. Nada dering itu adalah nada dering ponsel suaminya. Tetapi bendanya malah tidak terlihat. Setelah dicari-cari rupanya ponsel suaminya ter

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 45(end)

    Tiga bulan kemudian."Bismillahirrahmanirrahim. Dengan terlebih dahulu memohon ridho Allah Subhanahu wa Ta'ala, Ananda Galih Kurniawan Jati. Saya nikahkan dan Saya kawinkan engkau dengan anak perempuan saya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sebesar dua ratus dua puluh juta rupiah sudah dibayar tunai." Chris menjabat erat tangan Galih dalam prosesi ijab kabul pernikahan putri tercintanya."Saya terima nikah dan kawinnya Merlyn Diwangkara binti Christian Diwangkara dengan seperangkat alat sholat dan uang sejumlah dua ratus dua puluh juta rupiah dibayar tunai."Galih dengan suara tegas dan lantang mengucapkan ijab kabul dalam satu tarikan nafas. "Bagaimana saksi? Sah?" Tanya pak penghulu kepada saksi yang

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 44

    "Anda ingin mengancam saya dengan nyawa pengasuh saya, Pak Kompol?" George menyeringai. Rivalnya sudah tiba rupanya."Yang benar saja. Nyawanya sama sekali tidak ada artinya untuk saya. Silahkan saja kalau Anda ingin melubangi kepalanya. Saya tidak keberatan sama sekali. Tapi nyawa si cantik ini tentu amat sangat berarti bagi Anda bukan Pak Kompol Galih Kurniawan Jati?"KLIK! George menempelkan revolvernya yang ia selipkan dibalik bantal ke kening Merlyn. Ia kemudian turun dari tempat tidur dan membawa Merlyn dalam rangkulannya. Tangan kekarnya memiting leher Merlyn. Kini mereka saling berdiri berhadap-hadapan dengan sandera masing-masing. Galih dengan glock 17 di kepala Mbok Sum, dan George dengan revolver yang juga ditempelkan pada kening mulus Merlyn. Galih dan George sama-sama diam. Mereka saling menatap dan sama-sama menunggu siapa yang terlebih dahulu membuat kesalahan. Suasana ka

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 43

    "Sir ini bagaimana sih? Baru saja saya lega, ini sudah stress lagi. Sial amat ya saya? Lepas dari mulut harimau eh sekarang malah masuk ke lubang buaya."Merlyn terduduk lemas di kursi mendengar kalimat terakhir George. Saking stressnya, ia sampai mengantuk-antukkan keningnya pada meja makan. George yang duduk di sebelahnya, segera meletakkan telapak tangannya di atas meja. Menahan kening Merlyn agar tidak menghantam meja makan marmer yang keras."Bukan masuk ke lubang buaya, Nak. Tapi masuk ke dalam mulut buaya. Kalau yang masuk ke dalam lubang buaya, itu adalah tujuh pahlawan revolusi kita yang gugur demi membela harkat bangsa dan negara," Mbok Sum tersenyum geli melihat tingkah polah Merlyn yang lucu di matanya. Sayang sekali gadis unik ini tidak mencintai cucunya. Padahal ia yakin, wanita lugu apa adanya seperti Merlyn inilah yang paling cocok untuk mendampingi sifat keras kepala cucunya."Oh sudah ga

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 42

    Merlyn merasakan jalannya mobil makin melambat sebelum akhirnya berhenti. Tidak lama kemudian terdengar seperti suara pintu gerbang yang digeser. Mobil kembali melaju pelan diiringi suara pintu gerbang yang sepertinya kembali ditutup. Laju mobil kemudian benar-benar berhenti diiringi dengan suara mesin mobil yang dimatikan. Merlyn tersentak kaget saat merasakan ikatan di matanya dibuka. Ia mengerjap-ngerjapkan matanya sejenak karena silau."Ayo turun!" Hardik George. Setelah mengulet beberapa kali untuk meregangkan ototnya yang rasanya kram dan pegal-pegal semua, Merlyn keluar dari mobil yang pintunya sudah dibukakan oleh George. Suasananya aneh sekali bukan? Ia ini kan ceritanya sedang diculik. Tetapi malah diperlakukan seperti seorang nona besar oleh George. Pake dibukain pintu mobil segala. Kalau saja suasananya berbeda, mungkin ia akan merasa baper tingkat dewa karena merasa diperlakukan begitu istimewa."Penutup mata su

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 41

    Pintu gerbang seketika terbuka saat Galih tiba di kediaman keluarga Diwangkara. Satpam sudah menunggu dan langsung membukakan pintu saat melihat laju kendaraannya mulai mendekat. Galih melihat ada dua mobil yang dikenalinya sebagai mobil kedua atasannya di garasi. Selain itu ada tiga mobil lagi kepunyaan Chris, Tian dan juga mobil umum yang biasa di kendarai oleh Mang Yayat. Sepertinya mereka semua kembali bersiap-siap untuk mencari Merlyn. Suasana tegang langsung terasa saat ia bergegas menghampiri kerumunan kecil yang sepertinya sedang berdiskusi di teras rumah. Dan benar saja dugaannya. Ada Jendral Badai Putra Alam dan IrjenPol Orlando Atmanegara juga di sana."Kamu bilang kalau kamu mencintai anak saya kan Galih. Kalau begitu tolong temukan anak saya! Bawa ia kembali kehadapan saya! Bawa ia pulang Galih!" Galih bahkan belum sempat memberi hormat kepada kedua atasannya saat Chris langsung saja menyambutnya dan mengguncang-guncang kedua bahunya dengan em

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 40

    "Sir, ini jalannya salah! Ahelah akhir-akhir ini kenapa orang yang niat nganterin saya pulang pada lupa jalan semua ya? Lho... lho.. lho... ini kita mau kemana sih, Sir? Kok jalannya malah muter-muter terus?" Merlyn kebingungan karena George terus saja membawanya berputar-putar ke arah jalan-jalan yang tidak pernah dilaluinya sama sekali."Diam! Jangan banyak tanya. Saya memang tidak membawa kamu untuk saya antar pulang!" George membentaknya kasar. Tiba-tiba saja George menghentikan kendaraannya di pinggir jalan yang agak sepi. Ia mengeluarkan sebuah kain hitam dan tali nylon dari dalam laci dashboard. Menutup matanya dengan kain hitam dan mengikat kedua tangannya dengan tali nylon erat-erat. "Kenapa saya diiket-iket begini sih, Sir? Ini mata saya juga k

  • Princess Oneng vs Abang Polisi   Chapter 39

    Hari terus berganti. Merlyn menghitung sudah tujuh hari lamanya abang pacarnya menjalankan misi rahasianya. Abang pacarnya selalu mengatakan bahwa saat ia menjalankan misi rahasianya, ia harus memutus semua akses komunikasinya dengan dunia luar. Merlyn mengerti, abang pacarnya adalah seorang polisi. Pasti ada hal-hal yang tidak bisa abang pacarnya bagi dengan dirinya. Terkadang Merlyn sangat takut kalau abang pacarnya suatu hari kelak akan pulang dalam keadaan sudah tidak bernyawa. Tetapi ya, memang begitulah resiko seorang abdi negara. Kemarin ayahnya menasehatinya secara khusus. Ayahnya mengatakan bahwa saat ia telah memutuskan untuk menjadi pasangan seorang pria berseragam, itu artinya ia harus siap diduakan. Cinta pertama dan wajib bagi para pria berseragam itu adalah negaranya. Ia masih ingat saat abang pacarnya berpamitan padanya tujuh hari yang lalu."Mer, maaf ya, Abang harus

DMCA.com Protection Status