Share

Pria Tepat Untuk Karina
Pria Tepat Untuk Karina
Penulis: silent-arl

01.Salah

"Aku tidak suka Gina, jangan paksa aku." Karina mengetik sesuatu dengan tergesa-gesa "Aku bisa mengurus diri sendiri."

Gina menghembuskan nafas panjang "Tapi sepertinya aku yang tidak tahan. Setaiap akhir pekan kamu malah sibuk dengan pekerjaan. Nikmati masa muda mu Karina."

Tidak ada yang tau kenapa Karina selalu menolak usulan tentang kencan dan hal-hal yang menyangkut perasaan. Gadis itu memilih bersembunyi di balik laptopnya yang terus menyala dari pagi tadi.

Wajah Karina tampak lesu, dia ingin menyumpal telinganya dengan sesuatu agar tidak mendengar rekan kerja yang selalu mengoceh soal hal itu.

"Kalau begitu, aku pergi dulu. Pastikan kamu tidak lembur."

Karina berhenti dari aktifitasnya, dia melirik jam dinding. Sudah pukul 7 malam, dan apa yang sedang dia lakukan adalah bekerja.

Dia mengusap wajahnya yang mungil, sebenatar lagi dia harus kembali ke kampung halamannya. Kakaknya akan menikah, dan dia masih melajang. Di usia 24 tahun, Karina sudah berhasil sukses berkat kepintaraanya.

Namun,Karina merasa ada kekosongan di dalam hatinya yang bahkan tidak pernah ia coba isi.

Wanita itu mencoba mencari refrensi dari internet tentang pria pendamping. Ada yang menarik perhatiannya, seorang pria dengan tinggi 187 cm, berkulit bersih dengan senyuman ramah. Pria itu juga dari agensi yang terpercaya.

Jemari Karian bergetar ketika mencoba menghubungi agensi tersebut. Ternyta tidak butuh waktu lama, Karina mendapat jadwal bertemu dengan pria itu di sebuah restoran hari kamis pekan depan. Karina bahkan sudah membayar uang muka untuk pria itu.

Jasa pria pendamping? Hal itu tidak pernah terpikirkan oleh Karina sama sekali. Dia hanya berharap keputusannya kali ini tidak akan menimbulkan masalah kedepannya.

Karina tidak mau menjadi bahan olokan sang kakak dan semua temannya yang bermulut pedas itu. Apalagi, calon kakak iparnya adalah pria yang pernah secara terang-terangan mengaku tertarik pada Karina.

Sebelum pulang, Karina mengikat rambut panjangnya yang hitam itu. Ikatan seperti buntut kuda, Karina harus segera pulang ke apartemennya, dia merindukan bantal dan selimut hangatnya.

Apartemen Karina tampak membosankan, dia tidak suka menghias ruangan. Rata-rata isi apartemen Karina hanyalah barang-barang yang sangat di butuhkan.

Karina melempar tas coklatnya ke sofa ruang tamu, sementara dia berjalan mendekati kulkas untuk mengambil sebotol air putih dingin.

Dia sangat menyukai rutinitas dan sebuah kepastian. Karina tidak pernah melakukan hal yang ambigu, namun untuk urusan pria sepertinya dia butuh bantuan orang lain.

Tubuh Karina lunglai dan bersandar di pintu kulkas, dia sering merasakan lemas akhir-akhir ini. Mungkin ini alasan yang tepat untuk segera memeriksakan kesehatannya.

***

Hari kami tiba lebih cepat dibanding yang Karina bayangkan. Wanita itu pamit agar pulang lebih cepat, alhasil semua pekerja langsung saling pandang. Tidak biasanya Karina pulang lebih cepat dari pada yang lain.

Saat memasuki restoran, Karina mendongak kepala, dia mencari pria yang ada di dalam foto yang tersimpan di ponselnya.

Seorang pelayan mendatangi Karina "Ada yang bisa saya bantu?"

"Saya mencari seseorang, bisa siapkan kursi untuk dua orang?"

"Silahkan,nona."

Karina mengikuti sang pelayan dengan patuh, malam itu restoran sangat ramai. Dan Karina tidak suka keramaian. Karina duduk namun tak sampai satu detik kemudian seorang pria dengan jas hitam ikut duduk tepat di hadapan Karina.

"Aku harus duduk sini?" Pria itu dengan suara rendahnya memamerkan senyum miring yang mempesona.

Karina mengerjab "Tapi ini ada.." Karina tidak bisa melanjutkan ucapannya. Sebab pria itu langsung memesan sebotol wine paling mahal.

"Apa kamu sedang menunggu seseorang?"

Karina mengangguk, namun wajahnya penuh curiga pada pria bernama Evan Reed itu.

"Aku duduk sini sampai teman mu datang."

Bukankah hal itu seharusnya Karina yang menentukan.

Senyum Karina menghilang setelah melihat seorang pria dengan cardigan biru muda masuk ke dalam restoran. Pria itu terlihat jauh lebih muda di banding yang ada di fotonya.

“Jangan dia. Aku mohon.” Batin Karina , dia sangat tidak suka dengan pria yang kebih muda.

Evan menggerutkan dahi, dia ikut melihat sosok yang mencuri perhatian Karina “Apa pria itu teman kencan mu?”

"Sayangnya iya." Karina mendesah putus asa. Gagal sudah semua rencana yang dia susun, semuanya sudah terasa salah.

"Bagaimana kalau aku membantu mu?" Tawar Evan sembari menyeringai.

Wajah Karina seolah terbakar sesuatu,apakah dia terlihat seperti wanita putus asa yang perlu di tolong?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status