Share

05. Tidak sendiri

Aroma lavender, seprei satin yang dingin namun nyaman. Karina membuka matanya perlahan, dia samar-samar melihat beberapa buku yang tersusun di nakas dekat rajang. Lampu tidur menyala dengan redup.

“Sudah bangun?” Evan baru datang membawakan dua cangkir kopi yang masih hangat.

Karina mengangguk “Maaf, tapi kenapa aku di sini?”

“Kamu pingsan.” Evan menaruh kopinya di meja, kamarnya besar dan bersih. Tidak pernah terbayangkan kamar seorang pria lajang akan serapi ini.

Karina memijat pelipisnya, dia masih terbaring di ranjang king size milik Evan. Wajahnya memancarkan ekspresi sangat menyesal,itu langsung terbaca oleh Evan.

“Aku tidak keberatan kamu tidur di sini,Karina.” Evan duduk di pinggir ranjang dan menempelkan telapak tangannya di dahi Karina “Apa kamu sakit?”

“Aku... ini cuma serangan panik.” Gumam Karina, dia malu mengakui kelemahannya itu.

“Separah ini, tapi aku tidak tau. Aku minta maaf,Karina.”  Bohong Evan, dia tidak mau membuat Karina malu karena dirinya yang tau soal masalah mental Karina di hari pertama pertemuan mereka.

Karina diam, kenapa Evan yang meminta maaf padahal dia tidak melakukan kesalahan apa pun. Ini adalah kesalahan Karina karena merepotkan Evan. Tidak ada seorang pun yang benar-benar perduli dengan Karina.

Karina memalingkan wajahnya, dia tidak bisa menerima tatapan lembut dari Evan. Dia takut jatuh cinta.

“Karina, lihat aku.” Evan menyentuh dagu Karina,membuat gadis itu berpaling melihatnya.

Mata Karina memerah,dia senang tapi sedih. Ini benar-benar perasaan baru bagi gadis itu. Ternyata selama ini dia kesepian.

“Aku suka padamu. Sejak pertama, di restoran, pria pendamping dan setelah itu..” Bibir Evan terangkat, dia sekuat tenanga menahan senyuman gemas.

“Tidak ada yang menyukai orang secepat itu,Evan. Cinta itu fiksi.”

“Mungkin kita pemeran utamanya. Aku hanya percaya pada hatiku.” Pria itu mendekatkan wajahnya pada Karina yang menahan nafas.

Aroma kopi dari mulut Evan begitu memabukan Karina. Selama ini, bagi Karina, kopi adalah minuman aneh. Semua itu berubah, mungkin dia harus mencoba kopi mulai saat ini.

Bibir Evan merapa bibir Karina yang lembut, pria itu tersenyum sebelum memberikan ciuman yang dalam dan menuntut.

Semua ini sangat baru bagi Karina, sentuhan Evan di punggungnya mampu membuat seluruh bulu kuduk Karina meremang.

Tubuh Karina menegang, dia meremas rambut Evan yang tertata ketika pria itu memasukan lidahnya.

“Maafkan aku, Karina.” Evan melepas ciuman yang menuntut itu.

Karina tersengal-sengal, ia menyukai bibir Evan. Bukan, dia menyukai Evan. Hanya Evan Reed, tidak ada yang lain.

“Evan..” panggil Karina meraih wajah Evan. Dia tidak perduli akan di cap wanita murahan. Asal dia bisa bersama Evan.

Gadis itu mencium Evan. Pria itu langsung tau kalau Karina tidak berpengalaman.  Ciuman Karina serampangan, namun Evan bisa mengetahui kalau gadis itu sedang mencoba memperbaikinya.

“Begini.” Evan merapatkan tubuhnya, memperdalam pelukan itu hingga tidak berjarak. Deru nafas Karina seperti menggelitik di telinga Evan.

Indah. Walau ini bukan pertama kali bagi Evan. Tapi bisa di pastikan, kalau ini akan menjadi pengalaman terakhirnya. Karina adalah wanita yang ia cari selama ini.

Jari-jari Evan kembali menggelus punggung Karina. Evan mencumbu dengan cara yang sempurna, dia memang sangat berpengalaman. Jam terbangnya soal urusan ranjang tidak perlu di ragukan lagi.

Semakin lama, Karina semakin mengerti kenapa pasangan melakukan hal ini. Dia tidak membencinya sama sekali, walau bayangan masa lalu masih lewat di kepalanya.

“Aku tidak mau melakukan itu sekarang.” Ucap Karina, nafasnya pendek namun terdengar menggoda di telinga Evan.

Evan mengangguk “Kalau begitu ini cukup.” Dia mengusap bibir Karina “Sekarang kita pasangan?”

“Hah?Apa?”

“Pasangan, hubungan khusus.”

Tiba-tiba Karina teringat soal pernikahan kakaknya, dia menepuk jidatnya perlahan dan menghela nafas. Bisa –bisanya dia melupakan itu lagi.

“Sebenarnya, aku harus pulang minggu depan. Kakak ku menikah...” Karina memilin selimut Evan, dia tidak bisa melanjutkan ucapannya. Mengingat kakaknya akan menikah dengan pria yang pernah memberikan harapan palsu padanya.

“Mau aku temani?”

Karina menggeleng “Aku lebih suka sendiri kalau bersangkutan dengan keluarga ku. Kami, sedikit rumit.”

Evan tertawa, dia memisah jemari Karina yang masih saling terjalin. Meremas tangan kiri Karina dengan lembut. Dia menarik tangan itu dan mencium punggung tangan Karina “Aku tidak akan menghakimi,Karina. Bisa jadi kamu malu membawa pria yang jauh lebih tua dari pada mu.”

“Tidak, bukan itu.” Sahut Karina cepat, pipinya kembali memerah. Bagaimana dia akan memperkenalakan Evan kepada keluarganya.

Hari di mana Evan akan ikut Karina ke rumahnya. Pria itu akhirnya mendapatkan ijin dari sang kekasih untuk mengantarnya.

Evan berjanji tidak akan ikut campur dan fokus pada Karina saja.

Hubungan mereka juga masih di rahasiakan di kantor. Mengingat Gina belum bisa move on dari Evan dan selalu meminta Karina kencan dengan Adam.

Mereka sepakat untuk memakai mobil Evan. Selain karena Evan memiliki lebih dari satu jenis mobil, dia juga kurang nyaman mengendarai mobil listrik untuk jarak jauh. Alhasil mereka mengendarai Lamborghini Urus berwarna silver.

“Aku sudah memasukan tempat tujuannya.” Ucap Karina saat mereka duduk bersebelahan.

Evan mengangguk dan memasang sabuk pengaman “4 jam?”

“Iya, kita akan gantian tiap dua jam.Bagaimana?”

Evan menggertakan gigi “Kamu pikir aku selemah itu?”

“Bukan, tapi ini perjalanan yang jauh.”

Alis Evan saling bertautan, pria itu menatap Karina dengan cukup intens. Gadis itu tak tahan untuk tidak tersipu.

“Kamu belum mengenal ku,Karina. Aku ini sangat kuat.” Pamer Evan.

Karina heran, dia mengangguk dan memalingkan wajahnya.

Akhirnya dia tidak pulang sendirian lagi. Ada Evan sekarang, perubahan yang amat signifikan.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status