Para tim medis saja dibuat terkejut bukan main, barusan keadaan Dyta masih stabil, tapi dalam sekejap sudah seperti ini jelas sangat membingungkan.
“Gimana, Dok? Apa yang terjadi dengan Dyta?”
“Entahlah … tapi kondisinya benar-benar menurun sekarang.”
“Sus, tolong pasangkan lagi semua peralatan tadi!” alih sang sang dokter pada timnya.
Perasaan Aldo jangan ditanya lagi, ketakutan dan kepanikannya bertambah berkali-kali lipat sekarang ini.
“Tolong, Dok … tolong selamatkan Dyta! Lakukan apa saja, yang penting Dyta harus selamat!” cecarnya.
“Kami pasti akan melakukan yang terbaik, itu sudah bagian dari tugas kami.”
Sang dokter juga memerintahkan agar Aldo keluar dari ruangan tersebut, para tim medis tentu tidak akan dapat bekerja maksimal jika dia terus-terusan bersikap panik seperti tadi. Pasien pun akan merasa terganggu.
“Nggak, Dok! Aku harus menema
Sekuat apapun Aldo berusaha menahan diri untuk tidak terlihat lemah di hadapan Dyta, tetap saja dia tidak dapat melakukannya. Terlalu sulit melewatinya, Aldo tak sanggup. Keadaan Dyta sangat mengkhawatirkan, bagaimana bisa dia menyembunyikan perasaannya itu.Akhirnya tetap meledak, Aldo justru menangis histeris di hadapan Dyta yang terbaring lemah, menangisi kekasihnya itu sambil sesekali melontarkan kalimat berikut secara berulang-ulang."Dyta … kamu nggak boleh ninggalin aku, aku nggak akan bisa hidup tanpamu. Kamu harus bangun, Dyt! Bangun!""Bangunlah, aku mohon, Dyt!"Siapapun jika mengalami kondisi demikian kemungkinan besar akan seperti Aldo pastinya, ini merupakan cobaan paling berat seumur hidupnya, terancam kehilangan separuh napas adalah yang paling menyakitkan. Jika ditinggal selingkuh saja mampu membuat Aldo hampir gila, apalagi ditinggal pergi selamanya, rasanya jauh lebih menyakitkan. Aldo tak siap, dia benar-benar tidak siap.
“Anda tidak terlihat seperti badut, Nona … tapi sangat cantik, gaun ini benar-benar cocok untuk Anda,” puji si perias. “Ayo Nona kita turun sekarang!”“Tapi aku nggak mungkin berpenampilan begini, apa yang akan dikatakan orang-orang? Di rumah sakit tapi mengenakan pakaian begini.”“Tidak perlu menghiraukan ucapan orang lain, karena mau seperti apapun kita tetap saja akan ada yang nyiyirin hidup kita, kayak saya,” lirih sang perias yang merupakan janda itu. Dia telah menceritakan semuanya pada Dyta selama prosesi berdandan berlangsung, Dyta jadi ikut prihatin.“Mbak benar, jangan dengarkan nyinyiran orang lain, toh mereka juga tidak menghidupimu. Semangat ya, Mbak!”Si perias tersenyum mendengarnya, lain yang dipikirkan Dyta lain pula yang dipikirkan sang perias, “Kalau begitu ayo kita turun sekarang!”Ia bergegas menarik tangan Dyta agar beranjak dari posisi duduk.
“Permisi …,” ucap seorang pria berpenampilan kucel, dia adalah Aldo Eduard, hendak mengamen di sebuah warung pecel lele. Pemilik warung menoleh padanya, menatapnya intens. Tepatnya sang pemilik warung seperti mengenal Aldo, dia sedang berusaha mengingat siapa Aldo.Aldo menyadarinya, tapi dia tidak terlalu memedulikannya. Saat ini yang dia pikirkan hanya soal perutnya yang sangat lapar, jadi dia harus segera mendapatkan uang. Aldo tetap memantapkan pendiriannya untuk mengamen di warung yang cukup ramai itu.Ketika Aldo baru akan membuka mulutnya, pria pemilik warung tiba-tiba menghentikannya.“Heh, kamu kan Aldo Eduard, anak pembawa sial yang sudah bikin keluarganya bangkrut,” terka pria itu menghampirinya.Aldo menelan saliva, tertegun mendengar tuduhan tersebut, kejadian itu sudah lama berlalu, sialnya orang-orang belum melupakannya. Bahkan dia dan keluarganya sudah lama berpindah dari kota ini, orang-orang masih saja meng
Bukan hanya Recky dan Resti yang terlihat tercengang, Aldo juga terkejut dengan kehadiran kedua pria itu. Ia segera menegakkan lagi posisinya secepat mungkin.“Sial … kenapa mereka tiba-tiba muncul?” batin Aldo sedikit panik. Tentu saja Aldo mengenal kedua pria itu, mereka adalah pengawalnya. Aldo berusaha bersikap setenang mungkin, dan dengan cepat otaknya bekerja mencari cara agar pasangan di hadapannya tidak semakin berfantasi. Sebab dia belum ingin mereka tahu yang sebenarnya tentang dia.“Ahaha ….” Ia terkekeh singkat sembari menepuk tangannya. “Ternyata kalian … lagi main drama lo berdua, keren amat udah kayak bodyguard aja penampilan kalian,” tukas Aldo kembali terbahak, membuat kedua anak buahnya itu nampak kebingungan dan saling menoleh.Dua detik kemudian, ia bahkan merangkul mereka berdua di samping kiri dan kanannya, membuat mereka semakin kebingungan. “Kalian seharusnya
Keesokan harinya, hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Hari ini adalah hari besar bagi perusahan Royal Morgan, dimana perusahaan tersebut akan merayakan hari ulang tahun perusahaan mereka yang berusia ke-1 tahun di cabang kota itu. Yang paling spesial adalah, pemilik perusahaan yang selama ini tidak pernah menampakkan batang hidungnya akan hadir malam ini.Semua karyawan berlomba-lomba memberikan penampilan terbaik untuk menyambut bos mereka, terutama kaum hawa, termasuk Resti. Selain ingin mendapat perhatian, ia juga akan mendampingi Recky sebagai salah satu tamu undangan yang mewakili perusahaan Mega Murni malam ini. Robert serta Dirly, sahabat Aldo yang lainnya yang ikut berkhianat padanya dulu juga ikut hadir bersama Recky.Semua orang nampak sibuk mempersiapkan diri dengan sangat elegan, bahkan para tim seksi sibuk bagian dapur tidak ingin ketinggalan. Hanya ada satu orang yang terlihat santai saja, yakni Aldo, cleaning service baru di perusahaan tersebut yang be
*Ketika itu* “Kita putus!” tegas Aldo Eduard, seorang pria tampan dan kaya raya yang terkenal playboy. Di kejauhan, seorang perempuan bernama Dyta Natasha sedang memperhatikan interaksi pasangan itu. Ia juga mengetahui bahwa Aldo sangat suka bergonta-ganti pasangan. Dyta mengernyit tak suka melihat kejadian yang sedang terjadi. Namun dia tetap kepo. “What? Tapi, Beb … aku nggak mau putus denganmu,” tolak Resti kekasih Aldo yang baru berusia 1 minggu. “Memangnya apa salahku sampai-sampai kamu mutusin aku kayak gini?” “Aku nggak butuh alasan buat mutusin cewek,” sahut Aldo dengan santainya, lalu berbalik hendak melangkah pergi. “Kamu mau kemana, Beb? Jangan pergi, aku belum selesai bicara,” tahan Resti seraya menjangkau ujung pakaiannya. Langkah Aldo sontak terhenti. “Lepasin,” pinta Aldo dingin. “Nggak. Aku nggak mau putus denganmu, Beb. Tolong jangan putusin aku,” mohon Resti dengan sangat. Br
Matahari telah menyelesaikan tugasnya menyinari bumi hari ini. Terang telah berganti gelap, tepatnya waktu menunjukkan pukul 8 malam waktu setempat. Demikian juga dengan Aldo. Ia menggerakkan leher dan tubuhnya untuk meregangkan otot-otot yang terasa kaku. Ia baru saja menyelesaikan pekerjaannya. Sebagai calon CEO termuda, Aldo digadang-gadang akan menjadi billionaire di usia paling muda pula. Karirnya lumayan cemerlang saat ini karena baru-baru ini ia berhasil memenangkan 2 proyek besar untuk perusahaan tersebut. “Pi, aku duluan ya, ada janji sama temen,” pamit Aldo. “Nggak pulang rumah dulu?” “Nggak, Pi. Aldo udah mandi kok.” “Oh, OK. Jangan minum terlalu banyak, tidak baik untuk kesehatan,” pesan Erlan Eduard yang sudah mengetahui kebiasaan putranya itu. “Iya, Pi. Papi belum mau pulang?” “Nanti saja, masih ada kerjaan yang harus diselesaikan.” “Iya sudah, tapi jangan lembur terlalu malam,” nasehat Aldo balik.
“Haha … lagian lo nggak kayak biasa. Ngapain lo bentar-bentar nelepon gue coba?” Deg! Kalimat Aldo terdengar biasa, tapi justru membuat ekspresi Robert berubah tegang seketika. Aldo melengkungkan alis heran. “Kok lo jadi pucat gitu? Ada apa, Bro?” “E ….” “Tunggu, jangan bilang ….” Kalimat Aldo yang bertempo sedikit lambat membuat jantung sahabatnya itu berpacu semakin cepat. “Lo jatuh cinta sama gue?” sambung Aldo menyipit, Robert sampai terbengong mendengar asumsi tersebut namun juga terlihat lega. “Iiih, sana lo jauh-jauh dari gue.” Dorong Aldo seketika. Hal ini jelas mengundang tawa. Robert terkekeh singkat. “Yang benar aja, Bro … masa iya jeruk makan jeruk. Gue masih waras kali,” tanggap Robert kemudian. “Terus kenapa lo nelepon gue terus?” cecar Aldo. “Soal itu … gue hanya mau ngabarin lo, kita nungguin lo di dalam sini.” Akhirnya dia menemukan alasan yang tepat. “Ayo masuk, Bro!” ajaknya mengalihkan topik.