Hari ini aku berpamitan kepada Ibu Rahma untuk pergi ke Kota, kebetulan seminggu lagi aku sudah mulai belajar di perguruan tinggi. Hal yang ku nantikan sejak kecil akhirnya terjadi juga, aku di terima di sebuah Universitas tinggi di Kota Malang.
Dengan bermodalkan uang tabungan yang selama ini aku sisihkan dari penjualan kue online dan uang saku dari Ibu panti aku menginjakkan kakiku di Kota asing ini. Kota yang tak pernah ku singgahi sebelumnya.
Aku mencoba mencari kamar kos yang sesuai dengan badget yang ku punya. Dengan uang Rp300.000 akhirnya aku mendapatkan kamar kos yang ku cari, jaraknya lumayan jauh dari tempat kuliahku, tapi tak apa aku bisa berjalan kaki untuk menuju Universitasnya.
Sehari berada di Malang aku sudah mendapatkan teman baru, dia bernama Alya. Kebetulan sekali dia satu jurusan denganku, maka kami putuskan untuk sekamar untuk menghemat uang kami.
Akhirnya hari pertama masuk kuliah tiba, dengan rasa semangat yang tinggi aku dan Alya memantapkan langkah supaya cita-cita kami bisa terwujud.
Hari-hari kami lalui dengan suka cita, hingga acara pengukuhan mahasiswa baru di laksanakan. Kakak kelas kami melakukan acara di terimanya kami di Universitas dengan mengadakan makan-makan di sebuah cafe di daerah Batu, tepatnya Kota Batu.
Kota yang berhawa dingin namun mempunyai hawa yang begitu sejuk dan segar, Kota ini berada di sebuah kaki gunung panderman menjadikan Kota ini berhawa dingin. Banyak sekali pariwisata yang terdapat di Kota ini, selain air terjun, paralayang, serta Jatim Park Group berada di sini juga.
Aku menyukai pemandangan di Kota ini, walupun hari sudah malam tapi cafe ini menunjukkan view yang bagus dari rooftop. Banyak sekali kerlap-kerlip lampu yang berada di sebelah utara Kota ini.
Karena tidak begitu suka dengan suasana ramai dan kebiasaan malam di Kota ini, aku sengaja memisahkan diriku di ujung cafe ini untuk sekedar berchat ria dengan keluargaku yang berada di Jawa Tengah.
Tanpa ku sangka mataku melihat seorang lelaki dengan penampilan rapi duduk di depan mejaku, ia terlihat frustasi dan tercium bau menyengat dari mulutnya seperti bau alkohol.
Aku tundukkan pandanganku, dan fokus dengan ponsel yang ku pegang. Tapi pria itu nampak memperhatikanku dengan seksama, walupun aku sudah bersikap acuh dan menvoba mengalihkan perhatiannya terhadapku tapi mata pria itu tetap saja mengawasiku.
Di saat aku mulai lengah dengan keadaan, pria itu menghampiriku menutup mulutku dan menyeretku ke sebuah toilet yang tak jauh dari tempat dudukku sebelumnya.
Aku berusaha menjerit sekuat tenaga namun dekapan tangannya di mulutku tak mampu membuatku berkata apapun, dengan cepat ia mengunci toilet itu dan kembali menghampiri diriku. Walaupun sudah berteriak tapi percuma teriakanku tak akan terdengar karena toilet ini mempunyai peredam suara.
Aku menangis sejadi-jadinya, sambil merapatkan diriku ke ujung tembok. Berharap ia tak menghampiriku, namun dugaanku salah setelah menguncmenolongku melepaskan gesper miliknya, lalu membuka kancing bajunya dan melepasnya dengan asal, terakhir dia membuka resleting celananyanya dan mengusap kemaluannya.
Ku jatuhkan tubuhku ke lantai kamar mandi lalu merapatkan kakiku kuat-kuat, tanganku mengepal dengan keras bersiap dengan apapun yang akan terjadi nanti.
Jantungku berdegup dengan kencang, dan aku tak mampu menggambarkan perasaanku saat ini. Aku takut, berharap ada orang yang bisa menolongku Alya, ya Alya aku menjerit meneriakan namanya sambil berlari ke arah pintu.
Namun perkiraanku itu salah, pria itu malah menangkap tubuhku dan mendudukanku di atas wastafel. Aku berusaha memberontak tapi sayang tenagaku tidak kuat melawan tenaganya yang cukup kuat.
Aku tak kurang akal saat ia berusaha membuka celana jinsku dengan paksa, ku tendang tubuhnya sampai ia jatuh tersungkur di bawah sana. Aku berusaha lari dari hadapannya tapi sayang aku terpeleset dan jatuh tersungkur.
Mungkin ini adalah nasibku, ia berhasil menangkap dan memperkosaku. Mataku terpejam saat benda tumpul itu memenuhi rongga kewanitaanku, tangan yang tadinya mencengkramnya dengan kuat kini mengendur.
"Sakit tuan, tolong lepaskan aku" pintaku dengan air mata yang teris mengalir.
"Diam, atau kau aku bunuh. Wanita memang jahat dia mampu menahlukkan pria dengan kecantikannya, dan mengambil semua yang ia mau. Tapi setelah mendapatkannya ia pergi meninggalkanku dan pergi bersama wanita lain" ujarnya dengan penuh nafsu dan meracau tidak jelas.
Lalu dengan sekuat tenaga pula ia hentakkan tubuhnya dengan kasar, sehingga aku semakin kesakitan. Beberapa menit kemudian ia melepaskan tubuhku dan meninggalkanku begitu saja, aku yang hancur hanya bisa menangisi keadaan diriku yang mengenaskan. Aku memungut celanaku untuk ku pakai dan masuk ke dalam bilik toilet untuk membersihkan kotoran yang menempel di antara kakiku.
Berkali-kali aku mengumpat kata-kata kotor untuknya, berharap aku tidak akan bertemu dengannya kembali. Sekian lama aku di dalam toilet tiba-tiba Alya memanggil namaku.
"Freya... Apakah kau di dalam?" tanyanya dengan memeriksa setiap bilik toilet.
Dengan cepat ku buka pintu bilik dan memeluk tubuh Alya dengan erat.
"Hai kau kenapa Rey, kenapa keadaanmu seperti ini?" Alya mengguncang tubuhku, melihatku dari ujung kaki sampai rambut.
"Alya a... Aku... Aku..." ucapanku terputus, karena aku tak mampu mengungkapkan perasaanku sesuangguhnya kepada Alya.
"Coba katakan pelan-pelan, aku mana tau kalau kau tidak bilang" ujarnya yang makin membuatku tidak bisa mengatakan apapun.
Tubuhku masih gemetar, bahkan suhu tubuhku mendadak demam. Akhirnya Alya menyimpulkan kalau aku sedang sakit dan tidak sedang terjadi apapun dalam dirinya.
Alya menyentuh keningku dengan pelan.
"Kau sakit Freya, ayo kita pulang. Lagipula acara sudah selesai sepuluh menit yang lalu, aku mencarimu saat kau tidak terlihat oleh mataku" ucapnya sambil menggandeng tanganku keluar dari cafe itu.
Kami pulang dengan menggunakan sepeda motor, kali ini Alyalah yang memboncengku. Sepanjang perjalanan tak ada obrolan yang keluar dari mulutku, begitu juga dengan Alya. Sepertinya ia masih penasaran dengan apa yang aku alami tapi mulutku seakan terkunci dan tidak mengatakan pengalaman menjijikan sepanjang hidupku.
Aku tidak akan mengatakan hal ini kepada siapapun aku terlalu malu untuk mengungkapkannya, walaupun ada sebagian dari mereka memilih untuk melaporkan aib ini ke pihak berwajib agar pria kurang ajar itu mendapatkan hukumannya. Tapi tidak denganku, selamanya aku akan bungkam, aku tidak akan memberitahu siapapun tentang hal ini termasuk ibu panti dan Alya sekalipun.
Sebelum kami benar-benar tiba di tempat kos, sekali lagi Alya menawariku sebuah makanan untuk di bawa pulang. Tapi mulit ini seakan terkunci dengan rapat, aku hanya bisa menggeleng cepat. Aku merasa Alya kesal denganku karena aku selalu menggeleng setiap ia mewariku sesuatu, tapi aku hanya bisa melakukan itu.
Sesampai di kamar kos,aku langsung pergi ke kamar mandi. Sedangkan Alya sedang sibuk menata bajunya yang tadi sempat dia acak-acak untuk memilih pakaian untuk di pakainya untuk pergi denganku.Di dalam kamar mandi sengaja aku nyalakan shower dan mengguyurkan air itu ke badanku, aku menjatuhkan diriku ke bawah. Aku ingin mendinginkan pikiran serta hatiku yang sedang hancur, saking kencangnya suara air sampai tangisanku tenggelam olehnya.Aku meratapi diriku yang kini kotor karena ulah pria kurang ajar itu, aku berharap suatu hari tidak bertemu dengannya. Masih ingat dalam ingatanku wajah itu, wajah dingin dengan mata merah penuh nafsu. Aku tidak akan pernah melupakannya.Saat aku masih menangis Alya berulang kali meneriakiku, ia ingin agar aku segera keluar dari mandi dan mengajakku untuk tidur karena besok pagi adalah hari pertama kita menerima pelajaran.Dengan lemas ku gerakkan tubuhku yang remuk a
Sudah hampir dua minggu ini, aku mengikuti banyak kegiatan keorganisasian Alya mengetahuinya sedikit protes terhadapku karena kesibukanku yang membuat jadwalku sedikit keteteran. Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alya kerena memang niatku menghindarinya begitu juga pria yang memperkosaku tempo hari. Dan berhasil, selama dua minggu ini aku sama sekali tidak bertemu pria pemerkosa itu. Namun lagi-lagi kejadian tak terduga itu kembali terjadi kepadaku. Di saat aku sedang memasang sebuah pengumuman di mading, kakiku menginjak bangku yang sedikit licin alhasil peganganku menjadi tidak seimbang karena kakiku terpeleset. Tubuhku hampir jatuh ke bawah, beruntung ada pria pemerkosa itu menangkapku. Mata kami saking bertemu, mata yang dulu berwarna merah serta nafas berbau alkohol kini berumah, matanya berwarna coklat tua dengan senyuman yang ramah serta peringai yang sangat mempesona. Seket
Karna sedari pagi sudah di sibukkan untuk keluar masuk kamar mandi, badanku menjadi lemas tak bertenaga.Aku sengaja tak bangun saat Alya bersiap untuk mandi, hari ini dia ada kelas pagi. Aku bermalas-malasan di atas ranjangku dengan menutup mataku, berusaha untuk menidurkan badanku yang tak bertenaga.Di saat mataku mulai sedikit mengantuk, aku di kejutkan dengan sentuhan dingin tangan Alya."Kau masih sakit Rey" sambil merasai suhu tubuhku."Iya Al, badanku lemas dan masih pusing sekali rasanya. Entah berapa kali tadi aku keluar masuk kamar mandi""Baiklah kalau begitu nanti tunghu aku pulang kuliah ya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu" ujarnya sambil mengemas bukunya untuk di masukkan ke dalam tas."Tidak usah berlebihan Al, mungkin asam lambungku naik. Keadaanku akan segera membaik dengan sendirinya" elakku agar
Karena kondisiku semakin baik maka dokter memutuskan untuk aku bisa pulang hari ini, tapi sebelumnya dokter menyarankanku untuk melakukan USG terlebih dahulu. Agar Ibunya tau bagaimana kondisi bayinya saat ini, hal itu langsung di angguki olehku.Hari ini aku melakukan pemeriksaan seorang diri karena Alya sedang menyelesaikan tugasnya di kampus, aku mencoba menegarkan hatiku untuk saat ini mencoba menerima ujian yang di berikan oleh Tuhan terhadapku.Sementara di tempat lain, kini Abrar sedang berada di bengkel. Ia nampak sedikit melamun, Noval sahabatnya berkali-kali memanggil namanya namun tak pernah mendapatkan respon darinya."Hai bro, kau ini kenapa?" sambil memukul pelan bahu Abrar."Astaga kau mengagetkanku Val, ada apa?""Kau yang kenapa, tumben melamun di siang hari. Kau masih memikirkan tentang Karin yang pergi meninggalkanmu sebulan yang lalu? Novel mengejek dan
Hari sudah larut malam, tapi Abrar dan Noval masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahku. Ia masih bingung dengan apa yang akan ia putuskan, di sisi lain ia masih begitu mencintai kekasihnya Karin. Sudah begitu banyak minuman yang ia tenggak malam malam ini, bahkan Noval sudah tidak mampu menghentikan Abrar yang terlihat begitu kalut dengan suasana hatinya. Deringan suara ponselnya berkali-kali terdengar, tapi Abrar enggan untuk menerima atau melihat siapa penelpon itu. "Sudahlah Brar, kita pulang sudah malam. Cafe juga udah mau tutup, besok kita fikirkan lagi tentang masalah ini" ajaknya sambil menarik lengan Abrar. Bukannya menurut Abrar malah menarik paksa tangan Noval. "Kau gak tau perasaanku saat ini, jadi tolong tinggalkan saja aku sendiri. Aku terganggu dengan celotehanmu yang tanpa henti!" ujarnya sedikit keras. "Baiklah, aku ak