Karena kondisiku semakin baik maka dokter memutuskan untuk aku bisa pulang hari ini, tapi sebelumnya dokter menyarankanku untuk melakukan USG terlebih dahulu. Agar Ibunya tau bagaimana kondisi bayinya saat ini, hal itu langsung di angguki olehku.
Hari ini aku melakukan pemeriksaan seorang diri karena Alya sedang menyelesaikan tugasnya di kampus, aku mencoba menegarkan hatiku untuk saat ini mencoba menerima ujian yang di berikan oleh Tuhan terhadapku.
Sementara di tempat lain, kini Abrar sedang berada di bengkel. Ia nampak sedikit melamun, Noval sahabatnya berkali-kali memanggil namanya namun tak pernah mendapatkan respon darinya.
"Hai bro, kau ini kenapa?" sambil memukul pelan bahu Abrar.
"Astaga kau mengagetkanku Val, ada apa?"
"Kau yang kenapa, tumben melamun di siang hari. Kau masih memikirkan tentang Karin yang pergi meninggalkanmu sebulan yang lalu? Novel mengejek dan kembali memukul bahu Abrar kali ini cukup keras.
"Cukup membicarakan wanita sialan itu, gadis ini begitu spesial bagiku Val. Aku ingin mengetahui kabarnya sekarang, aku takut kalau ia hamil anakku..." cecernya sambil menatap nanar.
"Apa, hamil? Siapa yang hamil Brar?!" Noval terkejut dan membelalakkan matanya.
"Aku tak sadar telah memperkosa seorang gadis Val, dia adik kelas di kampus kita" jawabnya lirih.
"Kurang ajar kau Brar, dasar brengsek!!. Kasian cewek itu kalau sampai hamil, cepat minta tolong pembimbing untuk mencari tau alamat cewek itu. Nikahi dia secepatnya!" seru Noval menasehati.
"Tapi aku tidak mencintainha Val"
"Hari gini ngomongin cinta, kau sudah berkali-kali bermalam dengan para pelacur di luar sana masih ngomongin cinta?!. Kau keterlaluan!. Cinta akan hadir dengan sendirinya setelah kalian hidup berdua"
"Tapi..."
"Tak ada tapi, sebelum kau di laporkannya ke polisi karena telah memperkosa seorang perempuan sampai hamil"
Abrar sedikit frustasi memikirkan hal ini, ingin sekali ia bertanggung jawab tapi di sisi lain mamanya tak akan merestui dirinya nanti.
Sedangkan semua orang tau kalau cintaku hanya untuk Karin saat ini, walaupun dia sering menyakitiku tapi aku tetap mencintainya.
Dengan langkah seribu Noval menarik tangan Abrar untuk mencari tau alamat gadis yang bernama Freya itu di kampus, Noval tak ingin Abrar menjadi orang yang lari dari tanggung jawabnya.
Mereka berdua pergi ke kampus dan akhirnya mendapatkan apa yang ia mau, sedangkan aku, aku tengah di periksa saat ini oleh dokter obiginku.
Dokter mengatakan kalau janinku sekarang berusia 2 bulan, janinnya sehat dan kuat. Aku di larang melakukan aktifitas berat dan tidak di perbolehkan untuk berfikir keras, karena akan mengakibatkan aku stres. Hal itu akan menimbulkan hal buruk, untuk janin di dalam trimesti pertama saat ini. Aku juga menerima foto hasil USG yang tadi sedang ku jalani, aku bahagia bercampur sedih saat ini. Di sisi lain aku bahagia karna akan mempunyai anak, sedangkan di sisi lain aku tak mempunyai pasangan hidup yang akan menemaniku sampai persalinan nanti.
"Aku akan menemanimu sampai persalinan nanti, aku juga yang akan menjadi Tante serta Ayah untuk bayimu Freya" Alya datang dengan menebarkan senyuman terindahnya untukku.
"Kau tau isi hatiku saat ini Al?" tanyaku sambil menitikan air mata.
"Aku tau semua hal tentangmu, mulai sekarang jangan berfikir aneh-aneh ya. Oiya mulai besok aku akan bekerja di toko bunga dekat kampus, lumayan bisa untuk menyambung hidup dan untuk membelikan susu untuk keponakanku ini" ujar Alya sambil mengelus perutku yang masih rata.
Aku memeluk tubuh Alya dengan erat, aku beruntung mempunyai sahabat sepertinya. Karna hari sudah semakin sore, aku dan Alya segera meninggalkan rumah sakit dan menuju rumah kos kami.
Tapi ada hal yang aneh tertangkap oleh penglihatanku, aku melihat dua orang lelaki di depan pintu kos kami.
"Al sepertinya aku mengenal 1 dari 2 orang yang berada di depan kamar kita itu?" sambil mengarahkan jari tanganku ke depan.
"Siapa, apa dia pria yang maksut?" Alya penasaran.
Dengan sedikit berlari Alya menghampiri kedua pria itu lalu menanyainya, sedangkan aku di belakang Alya dengan memegang perutku yang tiba-tiba saja mengalami kram.
"Maaf, sedang mencari siapa ya?" tanya Alya sambil berusaha membuka kunci kamar kosnya.
"Kami sedang mencari Freya." ujar Abrar.
Bukannya menjawab mata Alya tertuju kepadaku yang berada di belakang mereka, demikian mereka juga mengikuti pergerakan mata Alya dan memandangku ke belakang.
"A... Aku Freya, kenapa Kakak mencariku?" tanyaku sambil terus menahan perutku yang kram.
"Bisa kita bicara Fre?" ajak Abrar untuk ikut dengannya.
"Maaf Kak, Freya baru saja pulang dari rumah sakit. Jadi ku mohon bicaranya di dalam saja, aku akan pergi."
"Al..." panggilku sambil menggelengkan kepalaku.
Alya tau apa yang ada di pikiranku saat ini, atas permintaannya Alya terus berada di sisiku saat Abrar menanyakan kondisiku.
"Bagaimana keadaanmu?" tanyanya dengan penuh perhatian.
"Kabarnya kurang baik, dia hamil dan hampir saja nyawanya tak tertolong karna ia berusaha untuk mengakhiri hidupnya" ujar Alya sambil memelototiku, supaya aku tidak mengeluarkan suara.
Deg...
Kedua pria di hadapanku ini raut mukanya seketika berubah, tersirat rasa iba di dalamnya. Nauval menyenggol lenganku saat aku berhenti berbicara.
"Apa yang kau lakukan, kenapa diam saja. Dasar lelaki tak punya hati!!" bisiknya lirih.
Abrar memandang Noval dengan penuh amarah.
"Jangan ikut berkomentar, atau pergi saja kau sekarang."
Sepertinya mereka berdua sedang berselisih paham karenaku, maka Alya segera membuka mulutnya kembali.
"Apa yang sedang kalian ributkan, silahkan pergi dari tempat kami, karna Freya akan beristirahat untuk memulihkan kondisinya pasca trauma yang telah ia alami."
"Aku akan bertanggung jawab dan akan menikahinya segera, tapi aku bilang dulu masalah ini dengan mamaku." akhirnya Abrar membuka suaranya juga.
"Kenapa tidak sedari tadi kau ucapkan itu, dasar bodoh!!" kesal Noval.
"Kenapa kau selalu memarahiku?" jawabnya kesal.
Seusai mengutarakan perihal keseriusannya untuk menikahiku, akhirnya aku bisa bernafas lega akhirnya calon anakku mempunyai seorang ayah.
Alya memelukku kali ini ia bersukur karena orang yang telah memperkosa sahabatnya ini mau untuk bertanggung jawab.
Sedangkan aku tak henti-hentinya menitikan air mataku, aku bisa bersikap lega untuk saat ini. Tapi bagaimana nasibku nanti bila sudah menjadi istri Abrar, sedangkan kami tidak saling mengenal dan mencintai. Biskah kami hidup dengan bahagia, atau kami malah akan bercerai saat anak kami sudah lahir nanti.
Alya menyuruhku untuk beristirahat, sedangkan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah yang selama seminggu ini belum di kerjakan.
🍀🍀🍀🍀
Malam ini Abrar mengatakan semuanya kepada mamanya, termasuk tentang niatnya yang akan menikahi Freya.
Tanpa di duga reaksi yang di tunjukkan mamanya bukanlah marah, ia malah mendukung penuh keputusan anaknya. Karena pada dasarnya, mama Abrar tak begitu menyukai Karin sebagai kekasih maupun calon istri anaknya.
Hari sudah larut malam, tapi Abrar dan Noval masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahku. Ia masih bingung dengan apa yang akan ia putuskan, di sisi lain ia masih begitu mencintai kekasihnya Karin. Sudah begitu banyak minuman yang ia tenggak malam malam ini, bahkan Noval sudah tidak mampu menghentikan Abrar yang terlihat begitu kalut dengan suasana hatinya. Deringan suara ponselnya berkali-kali terdengar, tapi Abrar enggan untuk menerima atau melihat siapa penelpon itu. "Sudahlah Brar, kita pulang sudah malam. Cafe juga udah mau tutup, besok kita fikirkan lagi tentang masalah ini" ajaknya sambil menarik lengan Abrar. Bukannya menurut Abrar malah menarik paksa tangan Noval. "Kau gak tau perasaanku saat ini, jadi tolong tinggalkan saja aku sendiri. Aku terganggu dengan celotehanmu yang tanpa henti!" ujarnya sedikit keras. "Baiklah, aku ak
Hari ini aku berpamitan kepada Ibu Rahma untuk pergi ke Kota, kebetulan seminggu lagi aku sudah mulai belajar di perguruan tinggi. Hal yang ku nantikan sejak kecil akhirnya terjadi juga, aku di terima di sebuah Universitas tinggi di Kota Malang.Dengan bermodalkan uang tabungan yang selama ini aku sisihkan dari penjualan kue online dan uang saku dari Ibu panti aku menginjakkan kakiku di Kota asing ini. Kota yang tak pernah ku singgahi sebelumnya.Aku mencoba mencari kamar kos yang sesuai dengan badget yang ku punya. Dengan uang Rp300.000 akhirnya aku mendapatkan kamar kos yang ku cari, jaraknya lumayan jauh dari tempat kuliahku, tapi tak apa aku bisa berjalan kaki untuk menuju Universitasnya.Sehari berada di Malang aku sudah mendapatkan teman baru, dia bernama Alya. Kebetulan sekali dia satu jurusan denganku, maka kami putuskan untuk sekamar untuk menghemat uang kami.Akhirnya hari pertama mas
Sesampai di kamar kos,aku langsung pergi ke kamar mandi. Sedangkan Alya sedang sibuk menata bajunya yang tadi sempat dia acak-acak untuk memilih pakaian untuk di pakainya untuk pergi denganku.Di dalam kamar mandi sengaja aku nyalakan shower dan mengguyurkan air itu ke badanku, aku menjatuhkan diriku ke bawah. Aku ingin mendinginkan pikiran serta hatiku yang sedang hancur, saking kencangnya suara air sampai tangisanku tenggelam olehnya.Aku meratapi diriku yang kini kotor karena ulah pria kurang ajar itu, aku berharap suatu hari tidak bertemu dengannya. Masih ingat dalam ingatanku wajah itu, wajah dingin dengan mata merah penuh nafsu. Aku tidak akan pernah melupakannya.Saat aku masih menangis Alya berulang kali meneriakiku, ia ingin agar aku segera keluar dari mandi dan mengajakku untuk tidur karena besok pagi adalah hari pertama kita menerima pelajaran.Dengan lemas ku gerakkan tubuhku yang remuk a
Sudah hampir dua minggu ini, aku mengikuti banyak kegiatan keorganisasian Alya mengetahuinya sedikit protes terhadapku karena kesibukanku yang membuat jadwalku sedikit keteteran. Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alya kerena memang niatku menghindarinya begitu juga pria yang memperkosaku tempo hari. Dan berhasil, selama dua minggu ini aku sama sekali tidak bertemu pria pemerkosa itu. Namun lagi-lagi kejadian tak terduga itu kembali terjadi kepadaku. Di saat aku sedang memasang sebuah pengumuman di mading, kakiku menginjak bangku yang sedikit licin alhasil peganganku menjadi tidak seimbang karena kakiku terpeleset. Tubuhku hampir jatuh ke bawah, beruntung ada pria pemerkosa itu menangkapku. Mata kami saking bertemu, mata yang dulu berwarna merah serta nafas berbau alkohol kini berumah, matanya berwarna coklat tua dengan senyuman yang ramah serta peringai yang sangat mempesona. Seket
Karna sedari pagi sudah di sibukkan untuk keluar masuk kamar mandi, badanku menjadi lemas tak bertenaga.Aku sengaja tak bangun saat Alya bersiap untuk mandi, hari ini dia ada kelas pagi. Aku bermalas-malasan di atas ranjangku dengan menutup mataku, berusaha untuk menidurkan badanku yang tak bertenaga.Di saat mataku mulai sedikit mengantuk, aku di kejutkan dengan sentuhan dingin tangan Alya."Kau masih sakit Rey" sambil merasai suhu tubuhku."Iya Al, badanku lemas dan masih pusing sekali rasanya. Entah berapa kali tadi aku keluar masuk kamar mandi""Baiklah kalau begitu nanti tunghu aku pulang kuliah ya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu" ujarnya sambil mengemas bukunya untuk di masukkan ke dalam tas."Tidak usah berlebihan Al, mungkin asam lambungku naik. Keadaanku akan segera membaik dengan sendirinya" elakku agar