Sudah hampir dua minggu ini, aku mengikuti banyak kegiatan keorganisasian Alya mengetahuinya sedikit protes terhadapku karena kesibukanku yang membuat jadwalku sedikit keteteran.
Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alya kerena memang niatku menghindarinya begitu juga pria yang memperkosaku tempo hari.
Dan berhasil, selama dua minggu ini aku sama sekali tidak bertemu pria pemerkosa itu. Namun lagi-lagi kejadian tak terduga itu kembali terjadi kepadaku.
Di saat aku sedang memasang sebuah pengumuman di mading, kakiku menginjak bangku yang sedikit licin alhasil peganganku menjadi tidak seimbang karena kakiku terpeleset. Tubuhku hampir jatuh ke bawah, beruntung ada pria pemerkosa itu menangkapku.
Mata kami saking bertemu, mata yang dulu berwarna merah serta nafas berbau alkohol kini berumah, matanya berwarna coklat tua dengan senyuman yang ramah serta peringai yang sangat mempesona. Seketika aliran darahku berdesir kencang, karena terlalu dalam pelukannya membuatku sedikit gugup.
"Ma... Maafkan aku kak" sambil kembali ke posisi semula.
"Kau sedang apa, kenapa tidak menyuruh mahasiswa yang lebih tinggi darimu?" ujarnya sambil membantuku memasang kertas pengumuman yang belum sempat ku pasang.
"Aku tidak suka merepotkan orang lain" jawabku sekenanya sambil menundukkan wajahku ke bawah.
"Selesai! Hei apa yang sedang kau lihat di bawah aku di sini, mukaku di sini" ia menundukkan wajahnya tepat di hadapanku.
Aku kembali merasakan hal aneh terjadi padaku, bukan hanya darah tapi jantungku berdetak tak beraturan.
"Ikut denganku..." pria itu menggandeng tanganku lalu mengajakku ke lorong kelas yang terlihat sepi dan gelap.
Aku kembali merasakan ketakutan dalam hidupku, seketika tubuhku menegang dan keringat dingin membasahi kening serta telapak tanganku. Tapi pegangan tangannya semakin erat saja di tanganku.
"Lepaskan kak!" rintihku sambil menangis.
"Apa benar kau wanita yang ku renggut keperawananmu saat di cafe itu?" tanyanya yang membuatku semakin ketakutan.
"Apa kau mau memperkosaku lagi?" isakku sambil tertunduk.
Tangan ini masih di genggamnya, sesekali ia membelai rambutku pelan. Lalu membisikkan sesuatu di telingaku. Badanku merinding saat nafasnya mengenai daun telingaku, tanganku mengeras saat bibirnya tanpa sengaja mengenai daun telingaku.
"Maafkan aku, apabila terjadi apapun tentangmu nanti aku bersedia bertanggung jawab untukmu. Aku tak'kan lari, percayalah denganku. Di sini aku juga mahasiswa semester terakhir, aku jarang sekali pergi ke kampus karena sedang melalui proses sidang skripsi dan bulan depan pengumuman lulus atau tidaknya aku. Setelah ini tolong jangan pernah menghindariku lagi" sejenak ia melepaskan genggaman tangannya, sedikit memberikan ruang agar aku bisa memikirkan apa yang baru saja ia katakan.
Aku tak mampu menjawab apapun mengenai ini, aku hanya tertunduk diam dan tak bereaksi apapun. Sepertinya ia tau kalau aku sedang tertekan saat ini, maka ia berjanji tidak akan melakukan hal bodoh lagi.
Di saat pria itu hendak pergi, tiba-tiba ada keberanian dalam diriku untuk bertanya siapakah namanya. Bukan bermaksut apapun tapi aku hanya ingin tau siapa nama pria yang sudah jahat terhadapku.
"Siapa namamu?" tanyaku singkat.
"Abrar!!, lalu namamu?" berbalik tanya.
"Freya, tapi temanku biasa memanggilku Reya saja" jawabku sambil mencoba menatap matanya, lalu dengan cepat pergi berlari meninggalkannya.
Abrar tersenyum sambil menggelengkan kepalanya, menurutnya ia adalah perempuan yang unik dan sangat lucu.
'Menggemaskan, sepertinya sebentar lagi aku akan mempunyai mainan baru setiap hari. Dan kau Monica hari ini aku pastikan kau benar-benar enyah dalam fikiranku' gumamku seraya ikut pergi dari tempat gelap itu.
Entah mengapa aku berlari begitu kencang sampai aku menabrak seorang perempuan, perempuan itu begitu cantik, modis serta berpenampilan sexy.
"Hei kau tak punya mata ya?!, bisa-bisanya kau menabrakku!" cercahnya dengan kasar.
"Maaf, aku tak sengaja Kak" jawabku lirih.
"Dasar tak tau diri, pergi sana dan jangan sekali-kali menampakkan wajah jelekmu itu lagi di hadapanku!" ejeknya sekali lagi.
"Iya Kak maafkan aku" karena kesalahanku pula aku menjadi mendapat masalah seperti ini.
Ku putuskan untuk pulang saat ini, pikiran dan hatiku sedang tidak mod untuk mengikuti kelas hari ini. Tapi sebelumnya aku meminta Alya untuk mengijinkanku kepada dosen pembimbing bahwa aku sedang tidak enak badan, dan Alya menyanggupi permintaanku.
Sesampai di kamar kos aku mengistirahatkan badanku sejenak, keringat dingin masih membanjiri seluruh badanku. Tiba-tiba perutku mual, seperti akan ada sesuatu yang keluar dari dalam perutku.
Aku berlari ke kamar mandi dan memuntahkan semua isinya di sana. Badanku mendadak lemas, serta kepalaku terasa pusing sekali.
Dengan tertatih aku mencoba berjalan ke arah tempat tidur. Ku rebahkan badanku di sana, dan berusaha tertidur mungkin dengan begitu mual dan rasa pusing di kepalaku segera menghilang.
Hampir satu jam lamanya aku berusaha memejamkan mataku, namun sayang hal itu tak dapat ku lakukan. Sekita aku mengingat sesuatu, ku buka kalender di sebelah nakas tempat tidurku lalu mengingat-ingat kapan terakhir aku mendapatkan haidku.
Sebenarnya kalau di hitung sekaranglah masa haid itu akan datang, aku berharap kejadian yang ku takutkan tak akan terjadi. Karena rasa penasaranku yang tinggi, aku mencoba memebeli alat tes kehamilan ke sebuah apotik dekat dengan kosku berada.
Tanpa ku sangka sewaktu pulang aku mendapati Alya sudah berada di dalam kamar kos, sepertinya ia baru saja pulang dari kampus.
"Dari mana Rey?, nih ku bawakan nasi bungkus untukmu. Makanlah aku tau kau lapar, karena dari semalam kau tak makan apapun" sambil membuka kedua nasi bungkus untuk di nikmati bersa.a.
"Sepertinya aku masuk angin Al, ini aku baru saja dari apotik membeli minyak kayu putih dan obat mual" aku keceplosan dan menutup mulutku dengan cepat.
"Kau mual, mual kenapa?" jawabnya sedikit cemas.
"Gak papa Al, mungkin mual karena aku telat makan saja" elakku agar Alya tidak semakin menghawatirkanku.
"Oh... Kalau begitu cepat makan nasi bungkusmu, kita makan bersama" ajak Alya sambil menyendokkan beberapa makanan ke dalam mulutnya.
Hampir saja rahasiaku terbongkar karena mulutku yang tak bisa mengontrolnya, akhirnya aku menikmati makan siangku dan menyembunyikan tespecku ke dalam kantong celana agar Alya tak mengetahuinya.
Aku berencana akan menggunakan alat itu esok hari saat Alya tengah berangkat ke kampus, kebetulan besok aku tidak ada jadwal ke kampus jadi aku bisa menggunakan alat itu tanpa ketahuan oleh siapapun.
Sampai malam tiba aku masih memikirkan hal apa yang akan terjadi kepadaku saat nanti setelah mengetahui jawaban dari tespeck itu, aku tidak bisa membayangkan bagaimana nasibku kalau aku benar-benar hamil.
Aku berangkat ke Kota untuk mengubah kehidupanku sekaligus untuk mencari siapa orang tua kandungku, tapi apa yang ku dapat sekarang bukanlah apa yang aku harapkan.
Karna sedari pagi sudah di sibukkan untuk keluar masuk kamar mandi, badanku menjadi lemas tak bertenaga.Aku sengaja tak bangun saat Alya bersiap untuk mandi, hari ini dia ada kelas pagi. Aku bermalas-malasan di atas ranjangku dengan menutup mataku, berusaha untuk menidurkan badanku yang tak bertenaga.Di saat mataku mulai sedikit mengantuk, aku di kejutkan dengan sentuhan dingin tangan Alya."Kau masih sakit Rey" sambil merasai suhu tubuhku."Iya Al, badanku lemas dan masih pusing sekali rasanya. Entah berapa kali tadi aku keluar masuk kamar mandi""Baiklah kalau begitu nanti tunghu aku pulang kuliah ya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu" ujarnya sambil mengemas bukunya untuk di masukkan ke dalam tas."Tidak usah berlebihan Al, mungkin asam lambungku naik. Keadaanku akan segera membaik dengan sendirinya" elakku agar
Karena kondisiku semakin baik maka dokter memutuskan untuk aku bisa pulang hari ini, tapi sebelumnya dokter menyarankanku untuk melakukan USG terlebih dahulu. Agar Ibunya tau bagaimana kondisi bayinya saat ini, hal itu langsung di angguki olehku.Hari ini aku melakukan pemeriksaan seorang diri karena Alya sedang menyelesaikan tugasnya di kampus, aku mencoba menegarkan hatiku untuk saat ini mencoba menerima ujian yang di berikan oleh Tuhan terhadapku.Sementara di tempat lain, kini Abrar sedang berada di bengkel. Ia nampak sedikit melamun, Noval sahabatnya berkali-kali memanggil namanya namun tak pernah mendapatkan respon darinya."Hai bro, kau ini kenapa?" sambil memukul pelan bahu Abrar."Astaga kau mengagetkanku Val, ada apa?""Kau yang kenapa, tumben melamun di siang hari. Kau masih memikirkan tentang Karin yang pergi meninggalkanmu sebulan yang lalu? Novel mengejek dan
Hari sudah larut malam, tapi Abrar dan Noval masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahku. Ia masih bingung dengan apa yang akan ia putuskan, di sisi lain ia masih begitu mencintai kekasihnya Karin. Sudah begitu banyak minuman yang ia tenggak malam malam ini, bahkan Noval sudah tidak mampu menghentikan Abrar yang terlihat begitu kalut dengan suasana hatinya. Deringan suara ponselnya berkali-kali terdengar, tapi Abrar enggan untuk menerima atau melihat siapa penelpon itu. "Sudahlah Brar, kita pulang sudah malam. Cafe juga udah mau tutup, besok kita fikirkan lagi tentang masalah ini" ajaknya sambil menarik lengan Abrar. Bukannya menurut Abrar malah menarik paksa tangan Noval. "Kau gak tau perasaanku saat ini, jadi tolong tinggalkan saja aku sendiri. Aku terganggu dengan celotehanmu yang tanpa henti!" ujarnya sedikit keras. "Baiklah, aku ak
Hari ini aku berpamitan kepada Ibu Rahma untuk pergi ke Kota, kebetulan seminggu lagi aku sudah mulai belajar di perguruan tinggi. Hal yang ku nantikan sejak kecil akhirnya terjadi juga, aku di terima di sebuah Universitas tinggi di Kota Malang.Dengan bermodalkan uang tabungan yang selama ini aku sisihkan dari penjualan kue online dan uang saku dari Ibu panti aku menginjakkan kakiku di Kota asing ini. Kota yang tak pernah ku singgahi sebelumnya.Aku mencoba mencari kamar kos yang sesuai dengan badget yang ku punya. Dengan uang Rp300.000 akhirnya aku mendapatkan kamar kos yang ku cari, jaraknya lumayan jauh dari tempat kuliahku, tapi tak apa aku bisa berjalan kaki untuk menuju Universitasnya.Sehari berada di Malang aku sudah mendapatkan teman baru, dia bernama Alya. Kebetulan sekali dia satu jurusan denganku, maka kami putuskan untuk sekamar untuk menghemat uang kami.Akhirnya hari pertama mas
Sesampai di kamar kos,aku langsung pergi ke kamar mandi. Sedangkan Alya sedang sibuk menata bajunya yang tadi sempat dia acak-acak untuk memilih pakaian untuk di pakainya untuk pergi denganku.Di dalam kamar mandi sengaja aku nyalakan shower dan mengguyurkan air itu ke badanku, aku menjatuhkan diriku ke bawah. Aku ingin mendinginkan pikiran serta hatiku yang sedang hancur, saking kencangnya suara air sampai tangisanku tenggelam olehnya.Aku meratapi diriku yang kini kotor karena ulah pria kurang ajar itu, aku berharap suatu hari tidak bertemu dengannya. Masih ingat dalam ingatanku wajah itu, wajah dingin dengan mata merah penuh nafsu. Aku tidak akan pernah melupakannya.Saat aku masih menangis Alya berulang kali meneriakiku, ia ingin agar aku segera keluar dari mandi dan mengajakku untuk tidur karena besok pagi adalah hari pertama kita menerima pelajaran.Dengan lemas ku gerakkan tubuhku yang remuk a