Sesampai di kamar kos,aku langsung pergi ke kamar mandi. Sedangkan Alya sedang sibuk menata bajunya yang tadi sempat dia acak-acak untuk memilih pakaian untuk di pakainya untuk pergi denganku.
Di dalam kamar mandi sengaja aku nyalakan shower dan mengguyurkan air itu ke badanku, aku menjatuhkan diriku ke bawah. Aku ingin mendinginkan pikiran serta hatiku yang sedang hancur, saking kencangnya suara air sampai tangisanku tenggelam olehnya.
Aku meratapi diriku yang kini kotor karena ulah pria kurang ajar itu, aku berharap suatu hari tidak bertemu dengannya. Masih ingat dalam ingatanku wajah itu, wajah dingin dengan mata merah penuh nafsu. Aku tidak akan pernah melupakannya.
Saat aku masih menangis Alya berulang kali meneriakiku, ia ingin agar aku segera keluar dari mandi dan mengajakku untuk tidur karena besok pagi adalah hari pertama kita menerima pelajaran.
Dengan lemas ku gerakkan tubuhku yang remuk akibat perkosaan tadi, sakit terasa di sekujur tubuh bahkan di bagian sensitifku. Aku meringis kesakitan karena itu, aku mencoba keluar agar Alya tidak semakin menghawatirkan keadaanku.
"Kau ini kenapa Rey, sudah malam kenapa keramas seperti itu?" tanya Alya sambil mempersiapkan dirinya untuk tidur.
"Gak papa, badanku lengket Al. Kamu tidur saja duluan sebentar lagi aku menyusul" jawabku sambil mengeringkan rambutku yang basah.
Ku lirik sedikit ke arah Alya, ku lihat ia sudah tertidur padahal baru saja dia bicara denganku. Mungkin saja ia sudah menahan kantuk sedari tadi, sambil mengeringkan rambut aku kembali teringat dengan kejadian pemerkosaan tadi.
Seketika hatiku kembali memanas begitu juga dengan mataku, tiba-tiba kembali jatuh air mata yang tadi sempat ku simpan agar Alya tidak semakin menghawatirkanku.
Aku meluapkan kemarahanku dengan mencengkeram keras handuk yang sedang ku pegang, sambil sedikit mengumpat setiap aku ingat muka dari pria itu.
Karna kebanyakan menangis maka timbullah rasa kantuk yang tidak bisa ku tahan lagi, akhirnya aku tertidur dengan air mata masih memenuhi pelupuk mataku.
☀☀☀☀☀
Pagi menjelang saat suara gaduh dari luar terdengar begitu nyaring. Aku dan Alya segera bangun untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi, suara itu berasal dari suara ibu-ibu yang sedang berebut membeli sayuran tepat di depan kamar kosku.
Aku segera bersiap mandi dan berangkat ke kampus, hari ini aku dan Alya berniat akan membeli sarapan di kantin kampus karna tidak sempat masak hari ini.
Kami mengikuti pelajaran dengan lancar, bahkan kami nampak begitu serius saat dosen memberikan materi yang sedang ia ajarkan.
Tanpa ku sadari Alya melihatku dengan serius, ia menanyakan kenapa kelopak mataku membengkak padahal semalam ia merasa tidak kurang tidur.
Aku mengatakan bahwa aku tidak bisa tidur semalam, karena kurang enak badan. Alya tau kalau aku tidak sehat hari ini, akhirnya ia tak menanyakan hal itu kembali.
Tapi sosok pria yang sedang ku benci itu tiba-tiba hadir di depan mataku, ia sedang berjalan ke arah kami yang sedang melakukan makan siang di kantin kampus.
Sepertinya ia juga mahasiswa di kampus ini, saat ia merasa di perhatikan olehku ia segera menoleh ke arahku sedangkan aku berpura-pura untuk tidak melihatnya.
"Kau kenapa?" tanya Alya yang sedang memperhatikanku yang kelihatan seperti orang panik.
"Gak papa Al, kita pulang yuk tapi belanja dulu lalu masak di kos" jawabku sambil sedikit terburu-buru pergi.
Abrar melihatku dengan perasaan yang tidak bisa ia artikan, ia mengingat kejadian semalam. Kejadian yang seharusnya tidak ia lakukan kepada orang yang tidak ia kenal sebelumnya.
'Bukankah dia cewek di cafe itu, apa dia kuliah di sini juga?' gumamku sambil terus mengingat-ingat wajah itu.
'Kenapa dia malah pergi setelah melihatku, kenapa dia tidak meminta penjelasan terhadapku dan menuntutku untuk bertanggung jawab padanya?' pikiranku masih sibuk memikirkan tentang cewek yang baru saja ia temui.
Nada memukul bahuku dengan keras sehingga aku sedikit kesakitan olehnya.
"Auw... Sakit Nada, kenapa kau memukulku?" tanyaku sambil sedikit meninggikan suaraku.
"Lagian gue panggil dari tadi gak nyahut-nyahut, kenapa sih lo?" Nada merapatkan pelukannya kepadaku.
"Lepaskan Nada, aku pergi dulu" aku memilih untuk pergi Nada, karena ia selalu menggangguku.
"Tapi Brar..." teriaknya sambil menatap kepergian Abrar.
Nada sedikit kecewa dengan sikap Abrar yang selalu mencueki dirinya, bahkan saat ia bersama keluarganya sekalipun.
Sebenarnya sudah lama Nada dan Abrar di jodohkan oleh kedua orang tua mereka, tapi Abrar tidak menyukai Nada sama sekali karena ia mepunyai kekasih bernama Ella.
Ella dan Abrar baru saja memutuskan hubungannya karena ia lebih memilih lelaki yang lebih mapan dari pada Abrar yang masih menempuh pendidikan.
Abrar berusaha menyusulku ke depan kampus, ia nampak celingukan mencari kesana kemari demi bisa menemukanku. Sedangkan kini aku sudah menaiki motorku dan bersiap untuk pergi dari kampus.
Aku sengaja cepat-cepat pergi darinya berharap kedepannya tidak bertemu lagi dengan pria itu tapi sepertinya Tuhan tidak mengabulkan do'aku, buktinya ia masih di pertemukan dengan orang yang memperkosanya semalam.
Aku menjadi berubah pendiam semenjak kejadian semalam, aku tidak banyak bicara tentang masalah ini.
Rupanya Alya menangkap kegelisahanku, saat aku membiarkan tempe yang sedang ku goreng berubah warna.
"Rey, kamu ini kenapa dari semalam ku perhatikan tingkahmu begitu aneh?" Alya mengambil spatula yang sedang ku pegang.
"Nggak papa Al, mungkin itu perasaanmu saja" elakku sambil mencuci sayuran.
"Katakan bila terjadi sesuatu kepadamu semalam Rey" desak Alya sambil terus fokus ke depan.
"Gak ada Al, aku hanya gak enak badan saja. Aku takut kalau aku pingsan makanya aku peluk kamu sambil nangis semalam" aku terpaksa membohongi Alya.
"Beneran ya?"
"Iya beneran Al, kamu gak percayaan banget sih"
Kami saling tertawa saat aku menggelitik Alya, aku tidak mau membuat Alya semakin curiga kepadaku.
'Maafkan aku sahabatku, aku tidak ingin membuatmu menghawatirkanku' gumamku sambil menelan kepahitan dan terus tertawa riang bersama Alya.
Setelah selesai memasak kami langsung menikmatinya, dan bersiap untuk menyelesaikan tugas pertama dari dosen pembimbing.
Aku berdo'a saat belajar bersama Alya, supaya suatu hari nanti aku tidak hamil karena kejadian malam itu. Aku tidak bisa membayangkan kalau hal itu terjadi, bagaimana aku bisa menjelaskannya kepada Alya dan ibu Rahma.
Entah apakah aku bisa menjalani hidupku atau tidak tanpa adanya seorang pasangan hidup yang membantuku untuk mengasuh bayi nantinya. Aku terlalu takut kalau hal ini terjadi, aku berharap ada keajaiban dari Tuhan agar aku bisa terhindar dari masalah yang sedang terjadi kepadaku saat ini.
Aku melihat Alya makan dengan lahapnya, sedangkan aku sendiri tidak begitu bersemangat karena tadi siang bertemu dengan pria pemerkosa itu.
Sudah hampir dua minggu ini, aku mengikuti banyak kegiatan keorganisasian Alya mengetahuinya sedikit protes terhadapku karena kesibukanku yang membuat jadwalku sedikit keteteran. Aku sama sekali tidak menghiraukan perkataan Alya kerena memang niatku menghindarinya begitu juga pria yang memperkosaku tempo hari. Dan berhasil, selama dua minggu ini aku sama sekali tidak bertemu pria pemerkosa itu. Namun lagi-lagi kejadian tak terduga itu kembali terjadi kepadaku. Di saat aku sedang memasang sebuah pengumuman di mading, kakiku menginjak bangku yang sedikit licin alhasil peganganku menjadi tidak seimbang karena kakiku terpeleset. Tubuhku hampir jatuh ke bawah, beruntung ada pria pemerkosa itu menangkapku. Mata kami saking bertemu, mata yang dulu berwarna merah serta nafas berbau alkohol kini berumah, matanya berwarna coklat tua dengan senyuman yang ramah serta peringai yang sangat mempesona. Seket
Karna sedari pagi sudah di sibukkan untuk keluar masuk kamar mandi, badanku menjadi lemas tak bertenaga.Aku sengaja tak bangun saat Alya bersiap untuk mandi, hari ini dia ada kelas pagi. Aku bermalas-malasan di atas ranjangku dengan menutup mataku, berusaha untuk menidurkan badanku yang tak bertenaga.Di saat mataku mulai sedikit mengantuk, aku di kejutkan dengan sentuhan dingin tangan Alya."Kau masih sakit Rey" sambil merasai suhu tubuhku."Iya Al, badanku lemas dan masih pusing sekali rasanya. Entah berapa kali tadi aku keluar masuk kamar mandi""Baiklah kalau begitu nanti tunghu aku pulang kuliah ya, aku akan mengantarmu ke rumah sakit untuk memeriksakan keadaanmu" ujarnya sambil mengemas bukunya untuk di masukkan ke dalam tas."Tidak usah berlebihan Al, mungkin asam lambungku naik. Keadaanku akan segera membaik dengan sendirinya" elakku agar
Karena kondisiku semakin baik maka dokter memutuskan untuk aku bisa pulang hari ini, tapi sebelumnya dokter menyarankanku untuk melakukan USG terlebih dahulu. Agar Ibunya tau bagaimana kondisi bayinya saat ini, hal itu langsung di angguki olehku.Hari ini aku melakukan pemeriksaan seorang diri karena Alya sedang menyelesaikan tugasnya di kampus, aku mencoba menegarkan hatiku untuk saat ini mencoba menerima ujian yang di berikan oleh Tuhan terhadapku.Sementara di tempat lain, kini Abrar sedang berada di bengkel. Ia nampak sedikit melamun, Noval sahabatnya berkali-kali memanggil namanya namun tak pernah mendapatkan respon darinya."Hai bro, kau ini kenapa?" sambil memukul pelan bahu Abrar."Astaga kau mengagetkanku Val, ada apa?""Kau yang kenapa, tumben melamun di siang hari. Kau masih memikirkan tentang Karin yang pergi meninggalkanmu sebulan yang lalu? Novel mengejek dan
Hari sudah larut malam, tapi Abrar dan Noval masih berada di sebuah cafe yang tak jauh dari rumahku. Ia masih bingung dengan apa yang akan ia putuskan, di sisi lain ia masih begitu mencintai kekasihnya Karin. Sudah begitu banyak minuman yang ia tenggak malam malam ini, bahkan Noval sudah tidak mampu menghentikan Abrar yang terlihat begitu kalut dengan suasana hatinya. Deringan suara ponselnya berkali-kali terdengar, tapi Abrar enggan untuk menerima atau melihat siapa penelpon itu. "Sudahlah Brar, kita pulang sudah malam. Cafe juga udah mau tutup, besok kita fikirkan lagi tentang masalah ini" ajaknya sambil menarik lengan Abrar. Bukannya menurut Abrar malah menarik paksa tangan Noval. "Kau gak tau perasaanku saat ini, jadi tolong tinggalkan saja aku sendiri. Aku terganggu dengan celotehanmu yang tanpa henti!" ujarnya sedikit keras. "Baiklah, aku ak
Hari ini aku berpamitan kepada Ibu Rahma untuk pergi ke Kota, kebetulan seminggu lagi aku sudah mulai belajar di perguruan tinggi. Hal yang ku nantikan sejak kecil akhirnya terjadi juga, aku di terima di sebuah Universitas tinggi di Kota Malang.Dengan bermodalkan uang tabungan yang selama ini aku sisihkan dari penjualan kue online dan uang saku dari Ibu panti aku menginjakkan kakiku di Kota asing ini. Kota yang tak pernah ku singgahi sebelumnya.Aku mencoba mencari kamar kos yang sesuai dengan badget yang ku punya. Dengan uang Rp300.000 akhirnya aku mendapatkan kamar kos yang ku cari, jaraknya lumayan jauh dari tempat kuliahku, tapi tak apa aku bisa berjalan kaki untuk menuju Universitasnya.Sehari berada di Malang aku sudah mendapatkan teman baru, dia bernama Alya. Kebetulan sekali dia satu jurusan denganku, maka kami putuskan untuk sekamar untuk menghemat uang kami.Akhirnya hari pertama mas