Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / Bab 60: Sebuah Awal Baru

Share

Bab 60: Sebuah Awal Baru

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-02-16 23:01:29

Suasana klinik Arissa tampak lebih tenang dari biasanya. Lampu-lampu lembut yang menggantung di langit-langit memancarkan cahaya hangat, menciptakan aura kedamaian yang menyelimuti setiap sudut ruangan. Di meja resepsionis, Lila duduk dengan senyum tipis di wajahnya, tampaknya menunggu sesuatu. Pada sudut ruangan lainnya, Arissa memandang beberapa catatan yang tersebar di atas meja kerjanya. Meskipun tampak fokus pada pekerjaannya, matanya sesekali melirik ke arah pintu masuk, tempat yang baru saja dilewati oleh Nathaniel beberapa menit lalu.

Hari ini adalah hari yang penuh dengan ketegangan. Nathaniel telah meminta pertemuan ini, dengan niat untuk berbicara langsung kepada Arissa setelah berbulan-bulan penuh penyesalan dan keraguan. Dia tahu bahwa ini adalah satu-satunya kesempatan yang ia miliki untuk menunjukkan kepada Arissa betapa dalam penyesalannya dan seberapa besar perubahannya sejak kejadian yang merusak hubungan mereka.

Arissa duduk diam di kursinya, menggig

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 61: Ancaman dalam Bayang-bayang

    Suasana kantor Nathaniel terasa tegang. Selama beberapa minggu terakhir, berbagai masalah mulai muncul secara tiba-tiba dan tanpa peringatan. Klien besar membatalkan kontrak, proyek penting mengalami penundaan, dan entah bagaimana, rahasia bisnis perusahaan bocor ke tangan pesaing. Nathaniel duduk di kursinya, kedua tangannya mengusap wajahnya dengan lelah. Matanya menatap tumpukan dokumen yang berantakan di mejanya, sementara pikirannya berusaha mencari tahu siapa yang bermain kotor di balik semua ini.Di sisi lain kota, di gedung pencakar langit yang mewah, Markus Reinhardt berdiri di depan jendela besar kantornya, tersenyum penuh kemenangan. Dia memegang sebuah tablet yang menampilkan laporan bisnis milik perusahaan Nathaniel, laporan yang seharusnya sangat rahasia. Di belakangnya, seorang pria berdiri dengan kepala tertunduk, wajahnya tidak terlihat jelas dalam bayang-bayang ruangan."Kamu sudah melakukan pekerjaanmu dengan baik," kata Markus dengan nada dingin, matanya masih terp

    Last Updated : 2025-02-17
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 62: Jaring Pengkhianatan

    Markus Reinhardt duduk di kursi kulit hitamnya yang mewah, tersenyum puas sambil memandangi dokumen-dokumen rahasia yang berhasil dicurinya dari perusahaan Nathaniel. Kertas-kertas itu berisi detail proyek besar yang sedang dalam tahap pengembangan, rencana bisnis jangka panjang, hingga daftar mitra strategis yang sangat berpengaruh. Semua informasi ini adalah kunci kekuatan Nathaniel di pasar.Di hadapannya, berdiri seorang pria dengan jas rapi dan ekspresi wajah tegang. Dia adalah mata-mata yang selama ini bekerja di dalam perusahaan Nathaniel, menyusup dan mengumpulkan dokumen penting secara diam-diam."Kerja bagus," kata Markus sambil melemparkan pandangan penuh kepuasan ke arah pria itu. "Kau benar-benar tidak mengecewakan. Dengan ini, Nathaniel tidak akan tahu apa yang menimpanya."Pria itu mengangguk pelan. "Saya sudah melakukan seperti yang Anda perintahkan. Tidak ada yang curiga."Markus tersenyum sinis. "Bagus. Pastikan tetap seperti itu. Aku tidak ingin rencanaku hancur han

    Last Updated : 2025-02-17
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 63: Jejak Pengkhianatan

    Hari itu, Arissa datang ke kantor Nathaniel dengan niat yang tulus. Setelah beberapa minggu penuh ketegangan dan jarak, ia merasa bahwa sudah saatnya untuk memberikan dukungan moral kepada Nathaniel. Meski perasaannya masih campur aduk, ia tahu bahwa Nathaniel sedang berjuang menghadapi serangan besar dalam perusahaannya. Keputusan untuk datang ke kantor Nathaniel bukanlah keputusan yang mudah, tetapi ia merasa bahwa ini adalah saat yang tepat untuk menunjukkan bahwa ia peduli.Arissa memasuki lobi yang megah dengan langkah mantap, meski jantungnya berdegup lebih cepat dari biasanya. Sekretaris Nathaniel, yang mengenal Arissa dengan baik, menyambutnya dengan senyum ramah dan langsung membimbingnya ke ruang kerja Nathaniel."Pak Nathaniel sedang tidak di ruangannya, Miss Arissa. Namun, beliau meminta saya untuk memberi tahu bahwa Anda bisa menunggu di ruang rapat sementara beliau sedang dalam pertemuan."Arissa mengangguk dan mengucapkan terima kasih. Ia melangkah menuju ruang rapat ya

    Last Updated : 2025-02-17
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 64: Keraguan yang Mendalam

    Setelah percakapan telepon dengan Nathaniel yang terasa begitu berat, Arissa merasa ada beban yang semakin menekan dirinya. Ia tahu bahwa ia telah mengambil langkah yang benar dengan memberi tahu Nathaniel tentang temuan besar yang bisa mengubah arah perusahaan dan hidup mereka. Namun, keraguan masih menggelayuti hatinya. Nathaniel sudah terlalu banyak terluka oleh pengkhianatan sebelumnya, dan Arissa merasa ragu apakah ia bisa sepenuhnya mempercayainya lagi.Hari-hari berlalu, dan meski Nathaniel sudah mendengar tentang keterlibatan Vanessa, Arissa merasakan jarak yang semakin lebar antara mereka. Ia berusaha mencari waktu yang tepat untuk berbicara lebih lanjut dengan Nathaniel, tetapi entah kenapa, setiap kali ia berusaha mendekat atau menyampaikan sesuatu yang penting, Nathaniel tampak lebih jauh darinya, seolah ada dinding tak kasat mata yang menghalangi mereka.Arissa merasa bingung, bahkan frustasi. Ia tahu bahwa ia harus berbicara lebih banyak dengan Nathaniel, terutama untuk

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 65: Ketidakpercayaan yang Menghancurkan

    Arissa duduk di kursi, tangan memeluk cangkir kopi yang sudah lama dingin, namun tak dirasakannya. Hatinya terasa berat, penuh dengan keraguan dan kekecewaan. Ia telah mencoba menjelaskan segalanya kepada Nathaniel, berusaha memperingatkan dirinya tentang keterlibatan Vanessa dalam konspirasi yang bisa merusak segalanya, namun apa yang diterimanya justru kekosongan. Ketika Nathaniel mendengarnya, ia hanya terlihat bingung dan terkejut, seperti tak percaya bahwa orang yang selama ini ia anggap sebagai sahabat dan mitra bisa melakukan hal seperti itu."Arissa, aku tahu kamu peduli, tapi ini... Ini tidak mudah untuk dipercaya," kata Nathaniel, suaranya berat dengan kebingungan yang mendalam. "Vanessa sudah lama bekerja dengan kami. Dia bagian dari tim yang sudah berpengalaman, dan aku sudah mengenalnya selama bertahun-tahun. Apa yang kamu katakan sangat sulit diterima begitu saja."Kalimat Nathaniel menggema di telinga Arissa, membuat hatinya terasa semakin sakit. Ia telah memperingatkan

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 66: Rencana yang Disembunyikan

    Vanessa duduk di ruang kerjanya, menghadap layar komputer dengan tatapan penuh perhitungan. Wajahnya yang cantik menyimpan ekspresi licik yang tak biasa terlihat oleh siapapun. Dalam pikirannya, rencana besar mulai terbentuk, dan langkah demi langkah, ia menyiapkan strategi untuk melindungi dirinya sekaligus menghancurkan siapa saja yang mencoba menghalangi tujuannya.Sejak Arissa menemukan bukti yang mengarah pada keterlibatan Vanessa dalam konspirasi dengan Markus, Vanessa tahu bahwa ancamannya semakin nyata. Namun, ia tidak akan membiarkan hal ini merusak rencananya. Sebaliknya, ia melihat ini sebagai peluang untuk menguatkan posisinya di perusahaan, bahkan jika itu berarti mengorbankan orang lain. Dan orang yang pertama kali harus ditundukkan adalah Arissa.“Dia terlalu banyak tahu,” gumam Vanessa pada dirinya sendiri, menyandarkan tubuh di kursi dengan wajah penuh kebencian. “Aku harus menyingkirkannya sebelum dia lebih jauh menggali.”Vanessa tahu bahwa Arissa adalah ancaman bes

    Last Updated : 2025-02-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 67: Usaha yang Tak Terlihat

    Arissa duduk di meja kerjanya, matanya menatap layar komputer dengan penuh konsentrasi. Pikirannya berkecamuk, bertarung antara rasa kecewa dan tekad yang semakin kuat. Sejak percakapan terakhir dengan Nathaniel, di mana ia merasa tidak lagi dipahami dan dipercaya, hatinya terasa berat. Namun, meskipun rasa frustasi itu membebani dirinya, Arissa tidak bisa membiarkan semuanya begitu saja. Ia masih peduli, dan dalam cara yang lebih dalam, ia tahu bahwa Nathaniel membutuhkan bantuan—bahkan jika ia tidak mengakuinya.Arissa menatap gambar Nathaniel yang terpampang di layar komputer—foto pria itu yang ia ambil saat mereka berada di luar kantor. Gambar itu, yang dulunya ia pandang dengan kebahagiaan, sekarang terasa begitu jauh dan asing. Namun, perasaan itu tidak bisa menghapus keinginan Arissa untuk melakukan yang terbaik untuk Nathaniel, apapun yang terjadi.“Kenapa dia tidak mau mendengarkan?” gumam Arissa pelan, memegangi wajahnya dengan satu tangan. “Kenapa ia memilih untuk percaya p

    Last Updated : 2025-02-19
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 68: Titik Balik

    Nathaniel berdiri di jendela ruang kantornya, matanya menatap kosong ke luar. Kota yang terlihat dari balik kaca itu terasa begitu jauh, seperti sebuah dunia yang tidak lagi relevan dengan apa yang sedang ia alami. Semua yang ia percayai kini terancam runtuh, dan dalam keheningan itu, ia merasakan kelelahan yang lebih dari sekadar fisik—ia merasa hancur, terperangkap dalam kebingungannya.“Kenapa ini semua terjadi?” gumam Nathaniel pelan, sambil menatap layar ponselnya yang penuh dengan pesan-pesan yang belum terbaca. Setiap pesan itu hanya mengingatkannya pada kenyataan yang semakin kelam: reputasinya yang hancur, serangan dari rival bisnis yang semakin gencar, dan orang-orang terdekat yang tampaknya memiliki agenda tersembunyi. Dalam keadaan yang seperti ini, sulit bagi Nathaniel untuk bisa menentukan siapa yang bisa dipercaya lagi. Ia merasa seolah-olah dikelilingi oleh kebohongan, dan kepercayaannya sudah habis terkuras.Beban yang terlalu berat ini mulai mempengaruhi dirinya seca

    Last Updated : 2025-02-19

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 140 – Ancaman Terakhir dari Markus

    Malam yang sunyi terasa begitu menegangkan bagi Nathaniel dan Arissa. Mereka sudah melewati berbagai cobaan, dari pengkhianatan Damien hingga perjuangan melawan pengaruh Markus dalam bisnis mereka. Namun, semua itu belum berakhir. Markus, seperti ular berbisa yang terluka, tidak akan mundur begitu saja tanpa perlawanan terakhir.Berita tentang kebangkitan kembali perusahaan Nathaniel menyebar dengan cepat. Setelah pertemuan dengan para investor, kepercayaan terhadap kepemimpinan Nathaniel mulai pulih. Klien yang sempat ragu kini kembali menjalin kerja sama, dan perlahan tapi pasti, perusahaan yang hampir runtuh itu kembali berdiri kokoh.Namun, di sisi lain, Markus semakin terpojok. Semua rencananya untuk menjatuhkan Nathaniel berantakan. Sekutunya satu per satu meninggalkannya, dan kini ia hanya memiliki segelintir orang yang masih setia padanya.“Aku tidak akan membiarkan Nathaniel menang begitu saja,” gumam Markus dengan penuh kebencian saat ia duduk di ruang kantornya yang semakin

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 148 – Dukungan Tanpa Ragu

    Hari-hari berlalu dengan cepat sejak skandal yang mengguncang perusahaan Nathaniel. Banyak hal telah berubah, tetapi satu yang tetap konstan adalah keberadaan Arissa di sisinya.Nathaniel bukanlah pria yang mudah menunjukkan kelemahannya, tetapi setelah semua yang terjadi, ia belajar bahwa tidak semua beban harus ia pikul sendiri. Dan Arissa? Ia bukan hanya sekadar seseorang yang mengisi keheningan di saat Nathaniel termenung—ia adalah cahaya yang membimbingnya keluar dari kegelapan.Arissa menatap Nathaniel dari seberang meja kerja mereka. Selama beberapa minggu terakhir, ia semakin menyadari satu hal: hubungannya dengan Nathaniel bukan sekadar hubungan profesional atau bahkan sekadar perasaan suka yang samar. Ia benar-benar peduli pada pria itu, lebih dari yang pernah ia bayangkan.Ia melihat Nathaniel berusaha keras, bekerja siang dan malam, memperbaiki apa yang sempat hancur akibat pengkhianatan Damien. Tapi di balik sikapnya yang tegar, Arissa tahu bahwa Nathaniel masih menyimpan

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 138 – Bangkit dari Luka

    Langit pagi terlihat kelabu ketika Nathaniel berdiri di depan jendela kantornya, menatap kosong ke arah kota yang mulai sibuk dengan aktivitasnya. Sudah beberapa hari sejak Damien disingkirkan dari perusahaan, tetapi luka yang ditinggalkan masih menganga di hatinya.Tidak peduli seberapa besar ia mencoba menepis rasa sakit itu, kehilangan tetaplah kehilangan.Nathaniel selalu berpikir bahwa ia telah melalui banyak hal dalam hidupnya—tantangan bisnis, persaingan, bahkan pengkhianatan dari orang luar. Namun, tidak ada yang bisa mempersiapkannya untuk menghadapi pengkhianatan dari saudara kandungnya sendiri.Damien bukan hanya saudaranya. Ia adalah seseorang yang telah ia besarkan, seseorang yang ia lindungi dengan segenap hatinya. Tapi nyatanya, kepercayaan itu tidak cukup.Nathaniel mengepalkan tangannya. Ia bukan orang yang suka berlarut dalam kesedihan, tetapi kali ini berbeda. Ada bagian dari dirinya yang merasa hancur, seolah sesuatu yang penting telah diambil darinya.Pintu kantor

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 137 – Luka di Hati Nathaniel

    Ruangan itu terasa sunyi setelah kepergian Damien. Semua orang di dalamnya perlahan mulai kembali ke aktivitas masing-masing, tetapi bagi Nathaniel, dunia seakan berhenti.Ia berdiri di tengah ruangan, matanya menatap kosong ke arah pintu yang baru saja dilalui Damien. Ada sesuatu yang begitu pahit dalam keheningan ini—sebuah perasaan yang tidak bisa ia gambarkan dengan kata-kata.Arissa memperhatikan Nathaniel dengan penuh kekhawatiran. Pria itu tampak begitu tenang di permukaan, tetapi ia tahu bahwa di dalam hatinya, Nathaniel sedang berjuang dengan emosi yang begitu rumit.Nathaniel telah memenangkan pertempuran ini. Ia telah berhasil melindungi perusahaan, mengungkap pengkhianatan, dan menyingkirkan ancaman dari dalam. Namun, mengapa ia tidak merasakan kelegaan?Seharusnya ia merasa puas. Seharusnya ia bisa merayakan keberhasilannya. Namun, yang ia rasakan hanyalah kehampaan.Nathaniel menarik napas dalam dan menghembuskannya perlahan, mencoba meredakan ketegangan di dadanya. “Seh

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 144 – Kejatuhan Damien

    Langit di luar terlihat mendung, seolah mencerminkan ketegangan yang memenuhi ruang rapat utama perusahaan. Semua pemegang saham, dewan direksi, dan eksekutif utama sudah berkumpul, menanti pertemuan yang telah diumumkan secara mendadak oleh Nathaniel.Damien duduk di salah satu kursi panjang di dekat ujung meja. Raut wajahnya tetap tenang, meskipun ada ketegangan yang jelas terlihat di matanya. Ia tahu bahwa sesuatu yang besar akan terjadi, tapi ia masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya di balik sikap percaya diri yang dibuat-buat.Di sisi lain ruangan, Nathaniel berdiri tegap di depan layar presentasi, ekspresinya penuh ketegasan. Di sampingnya, Arissa duduk dengan berkas-berkas yang telah ia kumpulkan selama beberapa hari terakhir. Inilah saatnya untuk mengungkap segalanya.Nathaniel menarik napas dalam sebelum akhirnya berbicara dengan suara lantang.“Hari ini, kita berkumpul bukan hanya untuk membahas masa depan perusahaan, tetapi juga untuk mengungkap sesuatu yang selama i

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 143 – Keberanian Arissa

    Ketegangan di ruangan itu begitu pekat hingga terasa menyesakkan. Arissa bisa merasakan detak jantungnya berpacu lebih cepat dari biasanya, tetapi ia menolak untuk mundur. Saat ini, Nathaniel membutuhkan keberaniannya lebih dari sebelumnya.Nathaniel berdiri tegap, tetapi Arissa tahu hatinya pasti berantakan. Menghadapi pengkhianatan dari saudaranya sendiri adalah luka yang jauh lebih dalam daripada sekadar pertempuran bisnis. Dan kini, ia harus menjadi orang yang mengungkap semuanya, meskipun itu berarti memperburuk hubungan Nathaniel dengan keluarganya sendiri.Arissa menarik napas dalam, menatap Damien yang masih berusaha menyembunyikan kegelisahannya. "Aku tidak ingin berada dalam situasi ini, Damien," katanya dengan suara tenang, tetapi tegas. "Aku lebih suka melihat kalian tetap menjadi saudara yang saling mendukung. Tapi setelah semua yang kau lakukan, aku tidak bisa diam saja."Damien mendengus. "Kau pikir kau siapa, Arissa? Ini bukan urusanmu.""Aku adalah seseorang yang pedu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 134 – Pertarungan Saudara

    Nathaniel dan Damien berdiri berhadapan, kedua pria itu saling menatap dengan sorot mata tajam yang penuh emosi.Tak ada lagi kehangatan di antara mereka. Tak ada lagi rasa persaudaraan yang dulu pernah mereka banggakan.Nathaniel mengepalkan tangannya erat. Ia tidak pernah menyangka bahwa hari di mana ia harus menghadapi Damien seperti ini akan tiba."Kau benar-benar sudah berubah," kata Nathaniel dengan suara berat, mencoba menekan amarah yang mendidih di dalam dirinya.Damien tertawa kecil, nada suaranya penuh sarkasme. "Aku tidak berubah, Nathaniel. Aku hanya akhirnya berhenti menjadi bayanganmu.""Tapi dengan cara seperti ini?" Nathaniel balas bertanya dengan nada tak percaya. "Mengkhianati keluarga? Bekerja sama dengan Markus, orang yang selama ini ingin menghancurkan kita?"Damien mendengus. "Keluarga? Kata itu tidak pernah berarti apa pun untukku. Keluarga yang mana? Keluarga yang selalu mengutamakanmu? Keluarga yang hanya melihatku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 133 – Konfrontasi Dua Saudara

    Ruangan terasa begitu sunyi meskipun ketegangan memenuhi udara. Nathaniel berdiri tegak di depan Damien, menatap langsung ke mata lelaki yang selama ini ia anggap sebagai saudara kandungnya. Wajahnya tidak menunjukkan amarah yang meledak-ledak, tetapi dingin, tajam, dan penuh kekecewaan.Damien, di sisi lain, terlihat lebih santai. Ia bersandar pada kursinya dengan tangan terlipat di dada, seolah tidak terpengaruh oleh tatapan menusuk Nathaniel. Namun, matanya mengandung sesuatu yang sulit dijelaskan—campuran antara kebencian, kelelahan, dan sedikit rasa bersalah.Mereka telah menghindari konfrontasi ini cukup lama. Tapi malam ini, semuanya harus diselesaikan."Apa yang kau inginkan, Damien?" suara Nathaniel terdengar tenang, tetapi dingin.Damien mengangkat bahu. "Akhirnya kau memutuskan untuk bertanya." Ia terkekeh kecil sebelum melanjutkan, "Bukankah seharusnya aku yang bertanya? Apa yang kau inginkan, Nathaniel? Kau sudah memiliki segalanya—kekuasaan,

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 132 – Luka yang Tak Terhindarkan

    Nathaniel duduk di ruang kerjanya, menatap kosong ke luar jendela. Malam telah larut, tetapi pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian yang baru saja terjadi. Pengkhianatan Damien bukan hanya menghancurkan kepercayaannya, tetapi juga merobek bagian terdalam dari hatinya.Saudara kandungnya sendiri.Orang yang selama ini ia lindungi.Orang yang selalu ia anggap sebagai keluarga—ternyata menikamnya dari belakang tanpa ragu.Tangannya mengepal di atas meja, buku-buku jarinya memutih karena tekanan yang ia berikan. Emosi dalam dirinya bergejolak seperti badai yang siap menghancurkan segalanya. Ia ingin marah, ingin berteriak, ingin menghancurkan sesuatu. Tetapi di saat yang bersamaan, ada rasa hampa yang begitu dalam, seolah-olah seluruh dunia di sekitarnya kehilangan warnanya.Arissa berdiri di ambang pintu, memperhatikan Nathaniel dalam keheningan. Ia tahu bahwa pria itu sedang berada di titik terendahnya saat ini. Luka karena dikhi

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status