Home / Romansa / Pijatan Nikmat Sang CEO / BAB 237: Kingston-Wijaya University

Share

BAB 237: Kingston-Wijaya University

Author: perdy
last update Last Updated: 2025-04-17 21:59:58

Nathaniel tertawa kecil. "Hati yang sangat pandai bersembunyi, maksudmu. Butuh seorang Arissa Wijaya untuk menemukannya."

Ponsel Nathaniel berbunyi, menampilkan nama Robert di layar. Dengan sedikit helaan napas, Nathaniel mengangkatnya.

"Robert, ada kabar?"

"Goldstein setuju dengan syarat kita, Nat," kata Robert dari seberang, suaranya terdengar tidak percaya. "Mereka akan mempertahankan 90% tenaga kerja lokal dan menjamin tidak ada PHK dalam dua tahun pertama."

Nathaniel tersenyum lebar. "Bagus. Siapkan dokumen finalnya. Kita akan menandatanganinya minggu depan."

Setelah menutup telepon, Nathaniel berbalik pada Arissa yang menatapnya dengan penasaran.

"Kabar baik?" tanya Arissa.

"Kabar terbaik," jawab Nathaniel. "Goldstein Corp setuju dengan semua syarat kita. Tidak ada karyawan yang akan kehilangan pekerjaan."

Arissa menghampiri Nathaniel dan memeluknya erat. "Aku sangat bangga padamu."

"Ini berkat kau, Arissa. Kau yan

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Related chapters

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   BAB 238: melakukan perubahan besar

    "Persis seperti yang kau ajarkan padaku," kata Nathaniel, mengecup lembut pipi istrinya.Saat mereka sedang mengobrol dengan kepala proyek konstruksi, ponsel Nathaniel berbunyi. Nomor tidak dikenal muncul di layar, tapi Nathaniel tetap mengangkatnya."Nathaniel Kingston," jawabnya formal.Suara di seberang terdengar familiar, namun Nathaniel tak bisa segera mengingatnya. "Mr. Kingston, ini Marcus Williams dari Global Humanitarian Award Foundation. Saya menelepon untuk memberitahu bahwa Anda dan istri Anda, Ny. Arissa Kingston, terpilih sebagai penerima Global Humanitarian Award tahun ini atas dedikasi luar biasa dalam bidang pendidikan dan pemberdayaan masyarakat."Nathaniel terdiam sejenak, terkejut dengan kabar tersebut. "Saya... terima kasih, Mr. Williams. Ini kehormatan besar bagi kami."Setelah mendapat detail lebih lanjut dan menutup telepon, Nathaniel berbalik pada Arissa yang menatapnya penasaran."Siapa itu?" tanya Arissa."M

    Last Updated : 2025-04-17
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   BAB 239: air mata bahagia

    “Terima kasih, Arissa," kata Nathaniel tiba-tiba, suaranya menjadi serius."Untuk apa?""Untuk tidak menyerah padaku. Untuk melihat kebaikan dalam diriku bahkan ketika aku sendiri tidak melihatnya." Nathaniel berhenti, menatap dalam mata istrinya. "Kau bisa dengan mudah membenciku dan pergi, tapi kau memilih untuk tetap dan memperjuangkan apa yang kau yakini. Dan dalam prosesnya, kau menyelamatkanku dari kehidupan tanpa makna yang kujalani."Arissa mengulurkan tangannya, menyentuh lembut pipi Nathaniel. "Aku tidak menyelamatkanmu, Nathaniel. Kau yang menyelamatkan dirimu sendiri. Aku hanya menunjukkan jalan.""Dan itu jalan terbaik yang pernah kutempuh," kata Nathaniel, membawa tangan Arissa ke bibirnya dan mengecupnya lembut. "Bersamamu."Enam bulan berlalu sejak malam penganugerahan itu. Kampus Kingston-Wijaya University hampir selesai dibangun, dan Nathaniel mulai mendelegasikan lebih banyak tanggung jawab di Kingston Enterprise untuk foku

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 240: Pohon yang Berbuah

    Arissa, di sisi lain, terus berkembang dalam kariernya. Klinik pijat yang dulu hanya menjadi impian, kini menjadi salah satu tempat terkemuka yang sangat dicari banyak orang. Dengan pengalaman dan dedikasinya, Arissa berhasil membawa kliniknya ke tingkat yang lebih tinggi. Selain itu, ia juga mulai memberikan pelatihan kepada para terapis muda, mengajarkan mereka tentang pentingnya empati dan perhatian dalam memberikan perawatan.Setiap pagi, Arissa bangun dengan perasaan yang berbeda dari masa lalunya. Tidak ada lagi beban yang menindih dadanya, tidak ada kekhawatiran tentang bagaimana ia akan membayar tagihan bulan depan. Kini, ketika ia melangkah masuk ke kliniknya yang dinamai "Sentuhan Hati", sebuah kebanggaan yang tak terkatakan selalu menyapanya."Selamat pagi, Bu Arissa," sapa Dewi, resepsionis yang telah bekerja dengannya sejak tahun pertama klinik dibuka. Gadis muda dengan senyum ramah itu kini sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kesuksesan Sentuhan Hati."Pagi, Dewi.

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 241: Ada masalah dengan terapinya?

    "Selamat siang semua," sapa Arissa dengan senyum hangat. "Hari ini kita akan mulai dengan pemahaman dasar tentang aliran energi dalam tubuh. Mari kita lihat apa yang telah kalian pelajari dari bacaan yang saya berikan minggu lalu."Selama satu jam berikutnya, Arissa memimpin diskusi yang hidup tentang titik-titik akupresur dan jalur meridian. Ia menekankan pentingnya pemahaman teoritis sebelum mereka mulai mempraktikkan teknik pijat."Ingat," katanya sambil menunjuk ke model anatomi, "pijat bukan hanya tentang menghilangkan ketegangan otot. Ini tentang memahami bagaimana tubuh bekerja sebagai satu kesatuan. Ketika kalian menekan titik ini," ia menunjuk ke titik di belakang telinga pada model, "kalian tidak hanya meredakan sakit kepala, tetapi juga membantu keseimbangan sistem dalam tubuh secara keseluruhan."Para siswa mencatat dengan tekun. Arissa dapat melihat ketulusan dan keinginan untuk belajar di mata mereka—mata yang sama seperti yang ia miliki bertahun-tahun lalu ketika ia sen

    Last Updated : 2025-04-18
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 242: Undangan menulis

    "Halo?" jawabnya ragu."Apakah ini dengan Ibu Arissa dari Sentuhan Hati?" sebuah suara perempuan terdengar dari seberang."Ya, benar. Dengan siapa saya berbicara?""Nama saya Ratna. Saya ibu dari Dika, salah satu siswa baru di kelas pelatihan Ibu." Ada keraguan dalam suaranya. "Maaf mengganggu Ibu di jam seperti ini, tapi saya ingin berbicara tentang Dika."Arissa duduk kembali. "Tidak apa-apa, Bu Ratna. Ada yang bisa saya bantu?""Begini, Bu... Dika sangat bersemangat dengan pelatihan ini. Tapi kami sedang mengalami kesulitan keuangan. Suami saya baru saja kehilangan pekerjaan, dan saya khawatir kami tidak bisa melanjutkan pembayaran biaya pelatihannya."Arissa merasakan ketulusan dan kesedihan dalam suara ibu itu. Ia teringat akan masa lalunya, bagaimana ibunya sendiri berjuang untuk membiayai pendidikannya."Bu Ratna, saya melihat potensi besar dalam diri Dika. Dia salah satu siswa paling tekun di kelas. Bagaimana kalau begini—Dika

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 243: Pohon yang Berbuah

    "Reyhan akan pulang minggu depan untuk pameran fotonya. Tidak yakin bagaimana perasaanku tentang ini. Sudah lama sejak terakhir kali bertemu langsung. Apakah aku sudah benar-benar melepaskan?"Ia menutup jurnalnya dan mematikan lampu. Di kegelapan kamarnya, dengan Milo yang bergelung hangat di kaki tempat tidur, Arissa merenungkan pertanyaan terakhir itu. Hubungannya dengan Reyhan telah berubah menjadi persahabatan jarak jauh yang rumit. Mereka masih peduli satu sama lain, masih saling mendukung dari kejauhan, tetapi keadaan telah memisahkan mereka.Reyhan dengan kariernya sebagai fotografer yang sedang naik daun, sering bepergian ke seluruh dunia untuk pameran dan proyek. Arissa dengan kliniknya yang kini menjadi pusat hidupnya. Dua jalan yang semakin lama semakin menjauh.Namun ada bagian dari dirinya yang tidak pernah benar-benar bisa melepaskan. Bagian yang masih berdebar ketika nama Reyhan muncul di layar ponselnya. Bagian yang masih mengingat bagaimana ras

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

    Last Updated : 2025-04-19
  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

    Last Updated : 2025-04-20

Latest chapter

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 252

    "Sangat sulit," Bima mengakui dengan jujur. "Terutama saat kamu benar-benar marah atau terluka. Tapi itu sepadan. Karena di akhir percakapan itu, kami biasanya menemukan pemahaman baru dan hubungan kami menjadi lebih kuat."Arjuna mengangguk, tampak memikirkan kata-kata ayahnya dengan serius. "Kurasa itulah sebabnya kalian masih sangat mencintai satu sama lain setelah bertahun-tahun."Bima tersenyum, terharu oleh observasi putranya. "Ya, kurasa begitu. Cinta bukanlah sesuatu yang terjadi begitu saja; itu adalah pilihan yang kami buat setiap hari—untuk tetap bersama, untuk menyelesaikan masalah, untuk mendukung satu sama lain."Di usianya yang ke-15, Bima dan Kirana menghadapi tantangan baru dalam pernikahan mereka. Kirana ditawari posisi penting di perusahaan internasional—sebuah kesempatan yang telah lama ia impikan. Namun, posisi itu mengharuskannya untuk pindah ke kota lain."Aku tidak tahu harus bagaimana," kata Kirana, setel

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 251

    Bima menatap istrinya dengan tatapan penuh kasih. "Maksudmu?""Maksudku, dulu aku mencintaimu karena kamu tampan, pintar, dan selalu membuatku tertawa. Sekarang, aku mencintaimu karena semua itu, ditambah dengan bagaimana kamu sebagai suami, sebagai ayah, dan sebagai mitra hidupku. Aku mencintaimu karena semua yang telah kita lalui bersama, semua kenangan yang kita buat, dan semua impian yang masih kita kejar."Bima tersentuh oleh kata-kata istrinya. "Aku juga merasakan hal yang sama. Cinta kita telah bertransformasi menjadi sesuatu yang lebih dalam dan berarti.""Dan itu yang membuatnya istimewa," lanjut Kirana. "Bahwa cinta kita bukan sekadar perasaan sesaat, tetapi komitmen yang terus dipupuk setiap hari."Mereka duduk dalam keheningan yang nyaman, mendengarkan deburan ombak dan menikmati kebersamaan mereka. Bima meBima menggenggam tangan Kirana, merasakan tekstur lembut kulitnya yang sudah sangat familiar. "Kamu tahu, ada sesuatu yang ingin ku

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 250

    "Kamu tahu apa yang paling kusukai dari hubungan kita?" tanya Bima."Apa?""Kita tidak hanya bertahan, tapi kita berkembang. Kita tidak hanya sekadar pasangan yang tinggal bersama, tapi kita benar-benar hidup bersama—berbagi mimpi, ketakutan, harapan, dan kebahagiaan."Kirana mengangguk, matanya berkaca-kaca. "Dan itulah yang membuatnya istimewa, bukan? Bahwa di tengah dunia yang semakin individualistis, kita masih menemukan cara untuk benar-benar terhubung dan hadir satu sama lain.""Tepat sekali," Bima setuju. "Dan aku berjanji akan selalu menjaga hubungan ini, apapun yang terjadi."Mereka duduk di sana hingga larut malam, berbincang tentang masa lalu, masa kini, dan masa depan. Tidak ada pembicaraan tentang pekerjaan, deadline, atau masalah sehari-hari. Hanya ada mereka berdua, dan cinta yang terus tumbuh di antara mereka.Waktu berlalu dengan cepat. Arjuna kini berusia lima tahun, dan Bima serta Kirana dikaruniai anak

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 249

    "Kamu tahu," kata Bima tiba-tiba, "ada satu hal lagi yang membuat kita bertahan: kita tidak pernah berhenti tumbuh bersama."Kirana menatapnya penasaran. "Maksudmu?""Maksudku, kita tidak hanya mendukung pertumbuhan satu sama lain, tetapi kita juga tumbuh sebagai pasangan. Kita belajar dari kesalahan, beradaptasi dengan perubahan, dan selalu mencari cara untuk menjadi versi terbaik dari diri kita—baik sebagai individu maupun sebagai pasangan."Kirana tersenyum, menyadari kebenaran dalam kata-kata suaminya. Mereka memang telah melalui banyak perubahan dan tantangan, tetapi alih-alih membiarkan hal-hal tersebut memisahkan mereka, mereka menjadikannya sebagai kesempatan untuk tumbuh bersama."Aku mencintaimu," bisik Kirana, mengulangi kata-kata yang telah mereka ucapkan ribuan kali namun tidak pernah kehilangan maknanya."Aku lebih mencintaimu," balas Bima, sebelum keduanya terlelap dalam pelukan hangat, di samping buah hati mereka yang tertidur

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 248

    "Kamu tahu," kata Bima suatu malam saat mereka berbaring bersama di tempat tidur, "aku mulai menyadari bahwa tidak semua 'pekerjaan penting' itu benar-benar penting."Kirana menoleh, tertarik. "Maksudmu?""Selama ini aku selalu berpikir bahwa setiap email harus dijawab segera, setiap masalah harus diselesaikan hari itu juga. Tapi ternyata tidak. Beberapa hal memang mendesak, tapi sebagian besar bisa menunggu.""Dan dunia tidak runtuh karenanya," tambah Kirana dengan senyum."Tepat sekali. Justru sebaliknya, aku merasa lebih produktif di kantor karena aku tahu waktuku terbatas. Aku harus menyelesaikan semua pekerjaan penting sebelum pulang, karena di rumah adalah waktuku bersamamu."Kirana mengangguk setuju. Ia juga mulai menerapkan hal serupa di tempat kerjanya. Alih-alih lembur hingga larut malam, ia berusaha menyelesaikan pekerjaannya dalam jam kerja normal. Tentu saja ada pengecualian untuk proyek-proyek penting, tetapi ia tidak lagi membiarkan pekerjaan mengambil alih seluruh hidu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 247: Keseimbangan Dalam Cinta

    Suara dentingan sendok beradu dengan cangkir kopi memecah keheningan pagi itu. Bima menatap keluar jendela, mengamati titik-titik embun yang masih menggantung di dedaunan. Di hadapannya, Kirana sibuk mengetik sesuatu di laptopnya, sesekali mengernyitkan dahi. Meskipun berada di ruangan yang sama, mereka seolah berada di dunia yang berbeda—masing-masing tenggelam dalam urusan pekerjaannya."Deadline-nya besok," gumam Kirana, tanpa mengalihkan pandangan dari layar. "Proposal ini harus selesai malam ini."Bima hanya mengangguk pelan. Ia sendiri memiliki tumpukan dokumen yang menunggu untuk ditinjau. Sejak mendapat promosi sebagai kepala divisi, waktu luangnya semakin terkikis. Begitu pula dengan Kirana yang kini menjabat sebagai manajer proyek di perusahaan konsultan ternama.Keduanya telah menikah selama lima tahun, dan tiga tahun terakhir telah menjadi periode paling sibuk dalam kehidupan mereka. Karier mereka menanjak, tanggung jawab bertambah, dan waktu bersama semakin berkurang. Nam

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 246: Kita tidak mengorbankan

    "Mau minum kopi?" tanyanya. "Ada kafe kecil di seberang jalan. Kita bisa... bicara. Sudah lama sejak terakhir kali kita benar-benar bicara."Arissa ragu sejenak. Bagian rasional dari dirinya tahu bahwa ini mungkin bukan ide yang baik, bahwa membuka kembali luka lama hanya akan membuat penyembuhan semakin sulit. Tapi ada bagian lain yang tidak bisa ia sangkal—bagian yang selalu merindukan percakapan panjang mereka, tawa mereka, dan pengertian diam mereka."Baiklah," jawabnya akhirnya. "Satu kopi."Di kafe kecil yang nyaman itu, dengan secangkir kopi panas di antara mereka, dinding yang mereka bangun selama bertahun-tahun perlahan mulai runtuh. Mereka berbicara tentang impian mereka yang telah terwujud, tentang perjuangan mereka, tentang kesendirian yang kadang-kadang menghinggapi di tengah kesuksesan."Kau tahu," kata Reyhan setelah jeda panjang, "aku sering bertanya-tanya bagaimana jadinya jika aku tidak pergi waktu itu. Jika aku memilih untuk tingg

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 245: Mereka luar biasa, bukan?

    "Bagus sekali. Kita bisa mendiskusikannya di rapat tim minggu depan. Aku selalu menginginkan Sentuhan Hati untuk berkembang menjadi pusat kesehatan holistik yang lengkap, bukan hanya klinik pijat."Setelah berpisah dengan Rini, Arissa melanjutkan perjalanan ke kantornya dengan langkah ringan. Inisiatif timnya adalah bukti bahwa ia telah berhasil membangun budaya kerja yang mendorong pertumbuhan dan inovasi. Para terapisnya tidak hanya menjalankan tugasnya, tetapi mereka juga memiliki rasa kepemilikan terhadap kesuksesan klinik.Di kantornya, Arissa mulai mengerjakan draft artikel untuk jurnal terapi. Ia memutuskan untuk menulis tentang pendekatan kolaboratif antara terapi pijat dan pengobatan konvensional, menggunakan kasus Pak Hendra (dengan persetujuannya, tentu saja) sebagai contoh.Sementara jari-jarinya menari di atas keyboard, pikirannya kembali melayang ke undangan Reyhan. Pameran itu akan diadakan minggu depan, bertepatan dengan kunjungan Pak Dharma untu

  • Pijatan Nikmat Sang CEO   Bab 244: ide yang sangat menarik.

    "Ah, Bu Arissa," suara Pak Hendra terdengar lebih cerah dari yang ia duga. "Saya baru saja akan menelepon Ibu. Saya sudah bertemu Dr. Santoso pagi ini.""Oh, bagus sekali! Bagaimana hasilnya, Pak?""Dokter mengatakan Ibu benar untuk merujuk saya. Ada masalah kecil dengan diskus di tulang belakang saya. Tidak serius, tapi perlu penanganan. Beliau merekomendasikan kombinasi terapi fisik dan pijat khusus. Dan beliau sangat menghargai kemampuan observasi terapis Ibu."Arissa tersenyum lega. "Saya senang mendengarnya, Pak. Terapi fisik sangat bagus untuk kondisi Bapak. Dan tentu saja, kami bisa menyesuaikan terapi pijat untuk mendukung pemulihan Bapak.""Ya, Dr. Santoso bahkan menyarankan terapi pijat di klinik Ibu sebagai bagian dari program pemulihannya. Katanya Sentuhan Hati memiliki reputasi yang sangat baik di kalangan dokter."Ini adalah berita yang menggembirakan bagi Arissa. Kolaborasi dengan dokter-dokter terkemuka seperti Dr. Santoso adalah sa

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status