Share

Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu
Pewaris Tunggal II: Skandal Cinta Masalalu
Penulis: mrd_bb

Bab 1: Siswa Militer

“Heii kamu yang berwajah bulat, ke sini,” bentak seorang tentara berpangkat Kapten dengan wajah bengis.

“Siappp, Ndan!” sahut si pemuda ini cepat dan berlari kencang ke depan.

Begitu berada di depannya, si Kapten ini sampai mendongak menatap wajahnya. Tinggi pemuda ini hampir 182 centimeteran, sedang si kapten ini hanya sebahunya.

Dia lalu memutari tubuh pria kurus berbadan kokoh ini, sambil lihat-lihat apakah ada tato atau cacat di badannya.

“Hmm…kamu aslinya mana, Indonesia atau apa sih..?” bentaknya lagi masih dengan suara menggelegar.

“Asli Indonesia Ndan, ibu dan almarhum bapak asli Kalimantan!” sahutnya cepat, pandangannya tetap tajam ke depan.

Sang Kapten hanya mengangguk-anggukkan kepala. “Tadi kamu telat 5 detik, sekarang kamu putari lapangan ini 10X, cepat laksanakan!” lagi-lagi tanpa ampun keluarkan perintah tegas.

Bak anjing dipukul di pantat, pemuda ini lalu bergerak cepat dan kelilingi lapangan yang luasnya mirip lapangan bola ini hingga 10X.

Serdadu berpangkat Kapten Udara yang juga instruktur pelatih calon prajurit perwira di Angkatan Udara ini lalu berikan arahan ini dan itu pada 100 siswa Akademi Militer ini.

Pemuda ini bernama Brandi Alfonso dan 99 orang lainnya merupakan calon perwira Angkatan Udara.

Dari ribuan pelamar, Brandi dan rekan lainnya mampu melewati semuanya dengan baik, hingga kini mereka selangkah lagi menuju cita-citanya. Terlebih Brandi, pria yatim miskin yang begitu bangga sebab diapun lulus tanpa nepotisme!

5 jam dijemur di bawah Terik matahari yang hampir menyentuh 34 derajat, Brandi dan seluruh siswa diperkenankan beristirahat.

“Ingat, kunci kalian lulus di sini adalah disiplin, satu detik pun kalian telat, aku tetap hukum kalian, pahammmm!” teriak sang kapten lagi nyaring, yang disahut ‘siap’ semua calon perwira penerbang ini.

Nyaris 2 tahun sudah, gojlokan itu diterima seluruh siswa. Tubuh Brandi yang kurus, kini berubah jadi lebih berotot karena tempaan latihan fisik yang ketat.

Kebetulan, hari ini adalah libur semester. Brandi yang telah rindu dengan ibunya berniat pulang kampung.

Perjalanan dari Magelang ke Surabaya naik kereta api menghabiskan hampir 7 jam. Di stasiun Surabaya, Brandi yang mengenakan baju seragamnya mengernyit ketika mendengar riuh-riuh di peron stasiun.

Tertarik, dia pun mendekat dan terlihat seorang wanita cantik yang bersama calon perwira tampan yang baru keluar dari gerbong VVIP.

“Ihh kenapa ini senggol-senggol, mau nyopet apa mau kurang ajar?”

Wanita tersebut marah-marah pada seorang bapak-bapak dari gerbong ekonomi, yang dikatakannya bersikap kurang ajar padanya.

“Maaf neng, bapak terdorong dari belakang oleh penumpang lain. Bukan mau kurang ajar, apalagi mau nyopet!” Si bapak itu kaget dan langsung membela diri.

Si cantik ini lalu dengan manjanya yang si buat-buat lapor ke calon perwira tampan yang sedari tadi sibuk menelepon.

Mendengar aduan dari sang wanita, terlihat aura kemarahan dari sang calon perwira. Tangan pria itu terlihat akan menghajar si bapak. Tepat saat itu, jiwa kesatria Brandi pun bangkit.

“Bung tahan,” tegur Brandi yang sejak tadi melihat kelakuan si wanita itu.

Dua pemuda yang sama-sama calon perwira dan berbaju seragam kesatuan masing-masing ini saling bertatapan tajam, tinggi keduanya hampir sama.

Kulit mereka pun sama terang, seolah-olah keduanya ini turunan blasteran saja.

Wajah mereka pun sama-sama terlihat dingin. Penumpang lain pun sampai terpana, melihat kedua orang yang kini saling berdiri berhadapan.

Puluhan penumpang yang baru turun dari kereta ini pun banyak yang penasaran dan ikut nonton.

“Jangan mentang-mentang calon perwira, kamu bisa seenak hati ikut campur urusan wanitaku ini,” terdengar suara pria itu pelan tetapi mengancam.

“Bukan begitu bung, si bapak ini sudah minta maaf, dia juga tak kurang ajar dengan kekasih si bung, seperti tuduhannya itu!” sahut Brandi juga dengan suara kalem.

Brandi menatap name tag yang berada di dada kanan calon perwira di hadapannya. Hal yang sama juga dilakukan Aldot HZ pada Brandi.

Saat dua pria itu sedang berusaha bertarung dengan pandangan dingin, sang wanita kembali masuk memperkeruh suasana.

“Tahu apa kamu, perwira miskin? Dia sejak tadi menatapku secara kurang ajar!”

“Nona, saya saksinya, dia tak seperti yang kamu tuduhkan, lagian dia sudah minta maaf!” sela Brandi, dia pun ikutan mulai kesal juga.

Brandi bukanlah pria yang suka ikut campur urusan orang. Namun, dia juga bisa gerah ketika melihat ketidaksesuaian terjadi di hadapannya, dan ia hanya diam begitu saja.

Kalimat si wanita tadi rupanya menambah tensi permusuhan antara dua pria tampan berseragam itu. Penumpang sudah terdiam, menunggu adakah pertikaian terjadi?

Namun, sebelum semua itu terlaksana, tiba-tiba datang seorang pria setengah tua dengan pakaian seperti seorang ajudan menghampiri Aldot.

“Tuan muda, Tuan besar Brandon Hasim Zailani dan keluarga Anda telah menunggu!” katanya dengan sikap merendah dan hormat.

Mendengar ucapan ini, si calon perwira yang dipanggil Aldot ini sekali lagi menatap tajam wajah Brandi, lalu menarik tangan wanitanya, menjauhi dari tempat ini.

Sambil berjalan, Aldot menatap Brandi dengan pandangan permusuhan. “Kupastikan, lain kali kamu tak akan selamat, Brandi.”

**

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status