Kletak, Brandi langsung merundukan wajahnya, agar tak kelihatan, saat jendela pintu di tutup istri Paman Ando dari dalam.Untungnya lampu samping tak di nyalakan, sehingga ulah Brandi tak ketahuan, apalagi samping rumah ini tak ada pohon atau rerumputan.Brandi bergeser, kini dia sudah berada di jendela kamar, yang setahunya ini merupakan kamar Audrey.Tak banyak perubahan dengan kamar ini. Cat-nya pun masih sama seperti dulu, malah agak kusam kini.Sesaat dia tersenyum, ingat dulu pernah beberapa kali ke sini, sebelum Audrey menikah dengan suaminya, pilihan ayahnya.Rahasia mereka berdua yang tak di ketahui siapapun, termasuk Paman Ando dan istrinya.Saat mengintip dari gorden yang tak rapat, Brandi senyum sendiri, Aurey terlihat baru saja mandi dan hanya kenakan handuk, anak perempuannya tak terlihat di kamar ini.Audrey menyanggul rambut panjangnya, hingga leher jenjangnya terlihat jelas dan ini menambah kecantikannya saat ini.Tubuh molek Audrey tak banyak perubahan. Walaupun suda
Brandi kini mengintai rumah Syamsudin, ilmu intelijennya ternyata sangat berguna saat ini. Ini juga seolah sebagai ujian pertama bagi Brandi yang di nyatakan lulus bersama 11 orang lainnya, sebagai seorang agen jempolan.Dengan kelihaiannya, tanpa kesulitan Brandi kini mendekati jendela rumah besar dan mewah milik si rentenir ini.Walaupun sekeliling rumah besar ini berpagar tinggi dan tak mudah bagi siapapun bisa masuk, termasuk ada CCTV-nya, tapi itu tak masalah bagi Brandi.Dengan mudah dia menghindari CCTV tersebut dan kini Brandi sudah berindap-indap mendekati jendela rumah Syamsudin.Besarnya rumah Syamsudin membuat Brandi kebingungan kemana harus mencari kamar sang rentenir tersebut.Apesya lagi, rata-rata semua jendela menggunakan teralis, sehingga Brandi tak bisa leluasa masuk.Brandi lalu berjalan menyusuri ke bagian belakang, bermaksud akan masuk ke rumah ini, mencari pintu yang tak terkunci.Anehnya, rumah di bagian dalam ini mirip asrama, ada beberapa kamar-kamar seperti
“Kamu kok berani banget sih ke sini, tau nggak centeng bos Syamsudin itu banyak loh, mana suka bawa golok lagi, bahkan ada yang bawa-bawa pistol segala loh,” bisik Neng Elis lagi, kini bahkan tak lagi takut-takut, dia berani bicara dekat sekali dengan Brandi.Otak Brandi sesaat ‘konslet’ bau parfum dan tubuh hangat Neng Elis membuatnya pusing sendiri.Tiba-tiba Brandi ingat pelajaran ilmu intelijen nya. Dalam kondisi apapun, seorang agen di lapangan wajib manfaatkan segala peluang, itulah pesan instrukturnya dulu di sebuah pelatihan sangat rahasia.“Kamu manis banget,” bisik Brandi mulai lancarkan ‘jurus mabuk’ nya. Sambil menowel dagu Neng Elis.Padahal aslinya Brandi bukanlah pemain wanita, malah dia cenderung pasif dan kurang percaya diri, tapi saat ini berbeda.“Ihh Abang mahh bisa ajah!” sahut Neng Elis pura-pura kaget.Neng Elis kaget benaran saat bibirnya yang merah di sosor Brandi. Singkat saja, tapi bikin istri ke 5 bos Syamsudin ini merinding.Neng Elis sebenarnya spanning t
“Hmm…jadi Abang mau cari barbuknya ya di rumah ini?” bisik Neng Elis, sambil memeluk tubuh kokoh Brandi. Mereka baru saja tuntaskan babak pertama, yang hasilnya 5X1, Elis 5X terbang ke awan dan Brandi 1X.“Iya sayang…di mana biasanya dia simpan berkas-berkas penting itu,” bisik Brandi sambil sengaja makin mesra, hingga Neng Elis makin mabuk kepayang.“Setahuku, dia selalu simpan di brangkasnya yang lumayan gede di ruang kerjanya!” sahut Neng Elis tanpa curiga.“Kamu tau kodenya?” pancing Brandi lagi.“Hmm…nggak tahu, dia tak pernah kasih tahu soalnya!” sahut Neng Elis.“Kalau kamu mau cari tahu, malam ini aku nginap di sini dan kita bisa bercinta sampai pagi, gimana sayang?” kata Brandi sambil meletakan mulutnya di dua bukit kembar Neng Elis, hingga wanita makin kelonjotan.“Benarkah…?” sahut Neng Elis yang kembali panas dingin, ketika perabotannya mulai di belai Brandi, hingga mulai basah lagi.Dan Neng Elis terbeliak kaget, saat kepala Brandi terlihat turun naik di kedua pahanya, s
“Hei bangun…molor saja lo kerjaannya, siapa sih Neng Elis dan Audrey itu? Cepatin sholat subuh ntar kesiangan!” tegur Bonar, sahabat dekat Brandi, sambil mendorong tubuh pemuda ini agar bangun.Brandi kaget bukan kepalang, matanya nanar menoleh kiri dan kanan. “Astagaaaa…aku mimpi!’ katanya lagi sambil berkali-kali menarik nafas panjang, Brandi menatap jam di dinding asrama, yang menunjukan pukul 5.30 subuh.Bonar sampai melongo. “Mimpi apa kamu?” tanya Bonar lagi penasaran.Brandi tak mejawab, ia buru-buru pergi ke belakang cuci muka dan sekalian ambil wudhu, untuk laksanakan kewajibannya.Sambil sarapan pagi, Bonar kadang tertawa tergelak, apalagi saat Brandi cerita dia dalam mimpi di pecat sebagai calon perwira penerbang dan malah menjadi seorang agen.“Agen apaan, mana ada! Kalau mau jadi agen ntuh ada sekolah khususnya. Eeh siapa sih Neng Elis dan Audrey, saat kamu mimpi kamu sering sebut-sebut dua nama itu?” Bonar jadi penasaran.“Hmm ada deh, rahasia, mau tahu saja kamu itu,” e
“Minggu lalu ibu ketemu Audrey loh? Dia nanyain dan titip salam buat kamu!” ucapan Ela mengagetkan Brandi yang baru mau makan malam di kamar hotel ini.“Oh ya, terus dia ngomong apa lagi bu?” tanya Brandi antusias.“Nggak ada, hanya ngomong itu saja. Ingat ya Brandi, kamu kini bukan anak miskin, sisa uang kita pemberian pa Brandon masih 2,5 miliaran lagi. Sisa kita rehab rumah dan beli sawah serta kebun. Lagian kamu juga sudah jadi perwira, keluarga Audrey nggak level lagi buat kita. Pokoknya ibu nggak suka kamu balikan sama anak si Ando itu, walaupun kini Audrey janda, punya anak lagi!” sungut Ela, tak rela anak bujangnya yang kini di tatapnya makin guanteng ini dekati Audrey kembali.Brandi hanya bisa hela nafas, dia memaklumi ibunya masih sakit hati dengan perbuatan Paman Ando di masa lalu.Gara-gara ucapan ibunya yang ketus itu, Brandi sungkan bertanya lagi soal Audrey. Tapi dia lega juga, artinya Audrey belum dinikahi bos Syamsudin, yang dalam mimpinya akan di jadikan istri ke 8.
“Ah bibi bercanda saja, ibu saya asli Sunda, ayah asli Kalimantan, mana ada Arab dan bule,” sahut Brandi lalu tertawa sendiri, bahkan ibunya pun belum pernah sebut dia balsteran seperti yang dikatakan Bibi Dita ini.“Hmm…coba deh kamu berkaca, terus nanti panjangin rambut kamu, pasti kamu percaya apa yang barusan bibi ucapkan!” sanggah Bibi Dita tak mau kalah.“Bu, Abang Brandi ini katanya teman ka Neng Elis?” Endi menyela sambil sodorkan minuman hangat, yang langsung di minum Brandi agar tak salting.“Kamu kenal di mana dengan Neng Elis, apakah kalian teman SMU, kurasa kamu dan anak tertuaku itu seumuran.” Bibi Dita kembali menatap Brandi keheranan, sekian lama tinggal di sini, baru tahu anaknya berteman dengan Brandi. “I-iya bi, aku dan Dita teman SMU eh salah SMP,” sahut Brandi, agar tak makin pusing cari alasan. Brandi lalu menyambung kalimatnya, kapan Neng Elis meninggal dan apa sebabnya. “Soalnya aku lulus SMU masuk Akmil Angkatan Udara bi Dita, makanya kami putus komunikasi,”
Sebelum pamit, Brandi meninggali uang hingga 25 juta rupiah buat Bibi Dita dan Endi. Ibu dan anak ini sampai berkaca-kaca menerima uang ini, apalagi saat ini mereka memang lagi butuh uang.Apalagi setelah Brandi janji akan bantu ‘selesaikan’ hutang dengan tuan Syamsudin, hampir bersujud Bibi Dita saking senangnya.Tanpa Brandi sadari, sifat ‘dermawan’ ini gara-gara melihat gaya Brandon Hasim Zailani yang memang terkenal sangat dermawan.“Anggap saja infak 2,5 persen dari pemberian Om Brandon dulu..! Sebelum pulang ke Jakarta, aku akan bereskan soal utang piutang dengan bunga selangit ini, gila bener si Syamsudin ini, harus di beri pelajaran tu orang!” batin Brandi gemes, sambil jalankan mobilnya kembali pulang ke rumah dan batalkan niat ke rumah Audrey.Brandi tak perlu izin lagi dengan ibunya, tuh ibunya sudah bilang, sisa duit pemberian Brandon kini jadi miliknya.“Yang penting, jangan dihambur-hamburkan yang tak perlu, mau segunung juga tu duit habis,” pesan Ela.Malamnya sekitar j