"Maaf…!” Dengan tertatih dibantu dua orang Brandi bangkit, tapi dia langsung terguling dan roboh pingsan di sisi tubuh Brandon Hasim Zailani.Brandon yang kaget mendorong perlahan tubuh Brandi yang masih menimpa lengannya, ada darah berceceran kecipratan ke tubuhnya.“Cepat bawa anak muda ini ke rumah sakit, Ali kejar penembak aku itu,” perintah Brandon pada ajudannya, sambil bangkit berdiri dan mengibas-kibaskan pakaiannya.Bersama beberapa anggota kepolisian, ajudan Brandon mengejar dua penembak tadi. Warga yang tadi berdesak-desakan berebut sembako, otomatis membubarkan diri ketakutan.Pengamanan pun diperketat! Aparat bersenjata ambil alih kendali dari Satpol PP yang semula jaga keamanan. Kegegeran ini sampai jadi viral ke mana-mana, sebab ada warga yang sempat memvideokannya dan mengunggahnya ke sosial media. Korban yang merupakan bukan sosok biasa membuat video tersebut cepat naik. Sementara itu, Brandi yang semula pingsan, baru sadar ketika sudah berada di rumah sakit dan hari sud
Bos Syamsudin sumringah. Hari ini, Brandi telah menepati janji untuk melunasi utang berikut bunga. “Aku minta kwitansi tanda lunas,” cetus Brandi kalem.Bos Syamsudin tanpa banyak tanya langsung bikinkan kwitansi tersebut. Saat menyerahkan ke Brandi, dia kaget, baru sadar pemuda tampan jangkung ini kenakan tongkat dan disandarkan di kursi tempatnya duduk.“Kamu kenapa Brandi, jatuh atau kenapa?” tanya Syamsudin heran, kini nada suaranya berubah lebih ramah.“Hanya kecelakaan kecil, tertembak orang tak dikenal." Brandi menyahut enteng.“Tertembak… kamu punya musuh?” tanya Syamsudin lagi kepo sekaligus terperanjat.“Bukan musuhku, tapi akan kupastikan aku akan membalasnya dengan lebih kejam!" wajah Brandi dibuat sangar kemudian. "Akan kucari mereka, dan kalau sudah tertangkap, gantian aku yang akan tembak kepala mereka."Wajah bos Syamsudin langsung berubah pias, dan tak butuh waktu lama, usai memastikan jumlah uangnya pas, mereka pun langsung pamit dari rumah Brandi.Sikap ‘aneh’ bos Syamsu
Pertemuan tak sengaja dengan Audrey siang tadi di pasar, membuka luka lama yang sudah berusaha sekuat tenaga dia lupakan.“Jadi laki-laki itu yang menikahi Audrey dan kini mereka sudah punya anak….” gumam Brandi tanpa sadar, saat dirinya tengah termenung di depan teras.“Ngapain kamu ingat-ingat si Audrey, dia sudah jadi bini orang,” tiba-tiba ibunya menyahut, galak sambil letakan kopi jahe kesukaan Brandi di atas meja.“Anu bu, tadi tak sengaja ketemuan di pasar!” sahut Brandi sambil seruput minumannya.“Sudahlah, kelak bila kamu lulus di Akademi Militer, ibu yakin bejibun wanita cantik antre jadi pacarmu. Kamu tuh ganteng kayak Om Brandon,” ceplos Ela, lalu terkekeh.Brandi tersenyum melihat kelakuan ibunya, semenjak dapat uang kaget dari pria itu, ibunya benar-benar memuji habis Brandon dan selalu bilang wajahnya mirip dengan orang kaya itu.Gara-gara ucapan ibunya itulah Brandi iseng-iseng buka di mesin pencarian ponselnya, nama Brandon Hasim Zailani.Dia kaget saat melihat ada satu fot
Brandi termenung, kalimat Paman Ando terakhir tadi bikin dia kaget. “Audrey mau bercerai…?” Kenapa mereka harus cerai...? pikir Brandi menatap jalanan yang lumayan ramai, sambil hela nafas panjang. “Mikir apa sih, katanya mau ziarah ke makam ayahmu, sono cepatan pergi, ntar keburu sore, n-tuh liat udah mau hujan lagi,” semprot Ela, hingga Brandi pun buru-buru pergi, hindari kebawelan ibunya.Besoknya, Brandi benar-benar terbang kembali ke Surabaya dan langsung masuk ke Akmil.Pelatihan berat pun kembali Brand jalani, di sisa waktu kurang dari 1,7 bulanan lagi sebagai siswa perwira calon penerbang angkatan udara.Brandi lupakan semua soal Audrey dan ingin segera kejar ketertinggalannya selama liburan hampir 2 bulanan.Inilah yang paling Brandi tunggu-tunggu, dia juga sudah mulai pegang kemudi pesawat latih.Mental yang kuat, serta nyali besar, membuat kehebatan Brandi di atas rata-rata teman seangkatannya.Setelah hampir 1 tahun berlatih, Brandi tak takut bermanuver di atas udara, p
Pria muda tampan berbody kokoh ini menatap cermin, dia mencukur kumis dan brewoknya yang tumbuh lebat sampai klimis.Brandi dan 11 orang lainnya sudah selesaikan latihan berat selama 5 bulan dan di perbolehkan pulang untuk liburan selama 3 minggu, menunggu penempatan tugasnya.Tubuh Brandi tidak lagi kurus, tapi semakin berisi dengan otot-otot tubuh yang kokoh.“Ingat..! Kelebihan dan juga jati diri kalian harus di sembunyikan, berlakonlah seolah rakyat sipil biasa,” pesan Mr M buat Brandi dan 11 rekannya.Hari ini Brandi berencana pulang kembali ke kampung halamannya, sekian lama tak jenguk ibunya, dia merasa kangen.Lebih 2 tahun sejak meninggalkan rumahnya yang saat itu sedang di renovasi, rindu pun menyeruak hatinya.Kali ini Brandi tak perlu memakai baju seragam calon perwira lagi. Dia cukup pakai jeans dan kaos, di padu jaket, serta sepatu kets, di tambah ransel.Dan ada satu yang pernah lagi kini ketinggalan…pistol di pinggang.Sebagai agen resmi pemerintah, pistol ini wajib di
“Mungkin hanya mirip bung Aldot!” sahut Brandi buru-buru, tentu saja dia mulai kini tak mau lagi sembarangan sebutkan siapa jati dirinya.“Hmm…benar juga, hanya mirip, kalau boleh tahu apa kerjaan Bung Brandi?” tanya Aldot tiba-tiba.“Aku…kerja di sebuah gym di Jakarta, sebagai instruktur!” sahut Brandi, yang tiba-tiba saja punya ide jawaban begini.Tak mungkin dia jujur apa kerjaannya saat ini. Juga Brandi sedapat mungkin tak ingin kejadian tak enak 2 tahunan yang lalu dengan Aldot, bikin pembicaraan ‘hangat’ mereka berubah kaku.Aldot tertawa kecil, tapi senyumnya agak ‘aneh’. Saat itulah Brandi akui, pemuda ini lebih tampan manis di bandingkan dirinya, bahkan anggapan Brandi kalau Aldot ini angkuh dan sombong berubah 180 derajat.“Ya sudahlah, mau kerja apapun nggak masalah! Aku ditempatkan di Kecamatan Bitahan, sebagai Kapolsek di sana, dulu nama kabupatennya Batupecah, kini setelah pemekaran jadi Kabupaten Tabangin!” Sahut Aldot apa adanya.“Artinya bung Aldot akan bertugas di k
Kletak, Brandi langsung merundukan wajahnya, agar tak kelihatan, saat jendela pintu di tutup istri Paman Ando dari dalam.Untungnya lampu samping tak di nyalakan, sehingga ulah Brandi tak ketahuan, apalagi samping rumah ini tak ada pohon atau rerumputan.Brandi bergeser, kini dia sudah berada di jendela kamar, yang setahunya ini merupakan kamar Audrey.Tak banyak perubahan dengan kamar ini. Cat-nya pun masih sama seperti dulu, malah agak kusam kini.Sesaat dia tersenyum, ingat dulu pernah beberapa kali ke sini, sebelum Audrey menikah dengan suaminya, pilihan ayahnya.Rahasia mereka berdua yang tak di ketahui siapapun, termasuk Paman Ando dan istrinya.Saat mengintip dari gorden yang tak rapat, Brandi senyum sendiri, Aurey terlihat baru saja mandi dan hanya kenakan handuk, anak perempuannya tak terlihat di kamar ini.Audrey menyanggul rambut panjangnya, hingga leher jenjangnya terlihat jelas dan ini menambah kecantikannya saat ini.Tubuh molek Audrey tak banyak perubahan. Walaupun suda
Brandi kini mengintai rumah Syamsudin, ilmu intelijennya ternyata sangat berguna saat ini. Ini juga seolah sebagai ujian pertama bagi Brandi yang di nyatakan lulus bersama 11 orang lainnya, sebagai seorang agen jempolan.Dengan kelihaiannya, tanpa kesulitan Brandi kini mendekati jendela rumah besar dan mewah milik si rentenir ini.Walaupun sekeliling rumah besar ini berpagar tinggi dan tak mudah bagi siapapun bisa masuk, termasuk ada CCTV-nya, tapi itu tak masalah bagi Brandi.Dengan mudah dia menghindari CCTV tersebut dan kini Brandi sudah berindap-indap mendekati jendela rumah Syamsudin.Besarnya rumah Syamsudin membuat Brandi kebingungan kemana harus mencari kamar sang rentenir tersebut.Apesya lagi, rata-rata semua jendela menggunakan teralis, sehingga Brandi tak bisa leluasa masuk.Brandi lalu berjalan menyusuri ke bagian belakang, bermaksud akan masuk ke rumah ini, mencari pintu yang tak terkunci.Anehnya, rumah di bagian dalam ini mirip asrama, ada beberapa kamar-kamar seperti
Beberapa tahun kemudian…!Kita tinggalkan dulu kebahagian Brandi yang kini bina keluarga baru dengan Lula Safitri, istri keduanya dan pasangan ini makin bahagia setelah 3 bulanan kemudian Lula hamil anak pertama mereka, hanya setahun setengah kosong hamil lagi anak kedua.Kita kembali ke Kabupaten Batupecah, di sebuah SMP negeri. Ada satu orang yang punya hubungan istimewa dengan Brandi dan pastinya klan Hasim Zailani.Penampilan remaja tanggung kurus ini biasa saja, bajunya pun kadang lusuh jarang di gosok. Dia bahkan salah satu siswa ‘miskin’ di sekolah ini.Kelebihannya hanya dua, wajah ganteng dan tinggi badan menjulang, hampir 175 cm, di usianya yang baru jalan 15 tahunan. Serta kulitnya yang agak putih kekuningan.Baru juga akan menuju kelas, dia sudah dipanggil 3 orang, yang terkenal sebagai premannya di SMP ini.“Hei Chulbuy, ke sini kau!” bentak salah satu siswa itu. Dengan langkah takut-takut Chulbuy mendekat.“Mana uang saku kamu, kemarin kamu nggak nyetor, apa mau ku hajar
Lula terdiam mendengar dalang pembunuh Fanny adalah Greta, sepulang dari rumah sakit, Brandi menceritakan hal ini, lebih kaget lagi saat tahu Greta kini di rawat di rumah sakit jiwa.“Tak disangka ya Bang, Greta sampai tega dan kejam menyuruh dua eksekutor bunuh ka Fanny yang sedang hamil tua dan hampir saja juga bunuh Abang juga!” kata Lula geleng-geleng kepala, ingat kejadian di jalan tol, ketika dia dan Brandi di kuntit kedua pembunuh itu.“Yahh…mau gimana lagi, sudah takdir Tuhan. Tak terasa juga, bulan depan sudah haul yang pertama bayi kami dan Fanny,” sahut Brandi lirih.“Bang…selesaikan dulu hati Abang dengan Fanny…baru Abang lanjutkan niat untuk…?” Lula sengaja tahan kalimatnya.“Setelah haul yang pertama Fanny dan bayi kami, Abang akan melamar kamu!” kata Brandi tak ada keraguan lagi sambil menatap Lula, sekaligus lanjutkan kalimat terpotong Lula tadi.Lula menatap wajah Brandi, melihat kesungguhan di mata itu, tanpa ragu Lula mengangguk.Karena Lula pun tak mau munafik, seja
“Boleh Om lihat ibu kamu nggak di rumah sakit?” tanya Brandi sambil menatap wajah Radin, yang malah mengingatkannya dengan wajahnya saat kecil, agak mirip dirinya.“Tapi Om, jualan Radin belum habis, kan ini bikinan kak Sonya, dulu ibu yang ngajarin, modalnya banyak loh, hampir 100 ribuan!” sahut Radin polos.“Om yang borong semua jualan kamu, yuks kita ke rumah sakit, ikut mobil Om,” ajak Brandi lagi, kali ini Radin mengangguk, lucunya jaket denim Brandi masih tetap berada di bahunya.“Kamu suka jaket itu Radin?” tanya Brandi, sambi menatap ke bahu ke anak kecil ini.“Suka, eeeh maaf, ini Om jaketnya?” sahut Radin buru-buru kembalikan ke Radin yang sedang pegang setiran, kali ini dia duduk di depan dan Lula sengaja duduk di jok tengah, karena Radin jadi penunjuk jalan.“Nggak usah, simpan saja buat kamu, kan kamu bilang suka, Om masih punya banyak kok!” sahut Brandi lagi dan Radin langsung taruh lagi jaket besar ini di bahunya karena dia masih bocil.Sifat spontan dan polos Radin biki
Lula kaget sekali, namun dia membiarkan saja ulah Brandi yang kini mendekati ke 7 orang ini, justru yang dia khawatirkan adalah ke 7 orang tersebut...!Setelah berjarak hanya 3 meteran, Brandi berhenti dan menatap mereka satu persatu, tentu saja dahinya langsung bergerenyit melihat pemuda yang ‘naksir’ Lula juga ikut dalam rombongan pemuda, jadi pemimpinya pula.Padahal kemarin dia sempat salut dengan pemuda ini, tapi kini langsung pupus, apalagi gaya si pemuda hari ini berubah jadi songong.“Hei kamu orang kota, berani sekali ke sini tanpa lapor dengan kami, penguasa kampung ini,” bentak pemuda ini, sekaligus mengeluarkan sifat aslinya.Lula yang ada di dalam mobil Brandi pun sampai heran, kenapa pria yang naksir dengannya jadi begini sok jagoan.Padahal saat pedekati dengannya, pemuda yang bernama Billy ini sopan sekali dengannya, ternyata Lula kecele.“Oh begitu ya, jadi harus lapor dulu? Nah, aku terlanjur masuk ke kampung di sini, artinya aku hari ini sekalian saja lapor!” sahut B
“Aneh banget si Lula, masa uang pemberianku tak di pakai untuk membantu orang tuanya sendiri?” batin Brandi bingung sendiri dengan sikap Lula ini.Begitu ada kesempatan, Brandi yang penasaran pun ajak Lula bicara berduaan di teras depan. Bibi Mira dan dua adik kemenakannya masih di dalam rumah.“Lula….kenapa kamu tidak ambil uang pemberianku, malah…adikmu berhutang di sebuah warung, untuk beli lauk makan malam kita?” tanya Brandi penasaran.Lula terdiam sesaat, seakan mencari jawaban yang pas!“Bang…jangan marah yaa…jujur aku tak enak pakai uang pemberian Abang itu, terlalu besar dan…bikin aku seolah di beli saja!” sahut Lula.Brandi langsung kaget, tak menyangka Lula akan segitunya berpikir, lama-lama Brandi tersenyum dan tertawa kecil.“Kenapa sampai ada pikiran aku akan beli kamu?” tanya Brandi lagi.“Sekaya-kayanya seseorang, tak masuk akal Bang beri duit segitu besarnya, 30 miliar bukan angka main-main. Pasti ada ada udang di balik batu!” cetus Lula serius, hingga bikin Brandi mak
“Kenapa aku jadi cemen begini, selama janur kuning belum melengkung, artinya masih ada kesempatan,” gumam Brandi.Lalu dengan semangat yang tiba-tiba muncul, Brandi lanjutkan perjalanan menuju ke rumah Lula Safitri, hampir saja dia tadi akan balik lagi ke Jakarta.Baru saja sampai di sebuah tikungan yang menuju rumah Lula, pria muda yang bonceng Lula terlihat sudah pulang dan sempat berselisihan dengan mobil SUV mewah Brandi.Pria ini malah mengangguk hormat saat Brandi sengaja buka kaca mobilnya.“Pemuda yang baik dan sopan, juga lumayan ganteng!” batin Brandi memuji ‘cowok’ yang diyakininya sedang pedekati dengan Lula.Lula yang masih di halaman rumahnya tentu saja heran melihat mobil Brandi dan kini turun dari kendaraan ini.“Abang…tumben ke sini?” tanya Lula sambil sambut Abang angkatnya.“Aku hanya khawatir kalau-kalau kondisi ibu kamu makin memburuk, bagaimana sekarang kesehatannya?” Brandi sengaja berbasa-basi, sekaligus bikin alasan yang masuk akal.“Alhamdulillah makin baik Ba
“Abang Topan, kok diam sihh, eh Abang mau kemana, jangan tinggalin Greta Bang, papa dan mamii sudah mati, kenapa Abang malah ikutan pergiiiii, Greta takut Bangg, Greta kini sendiri, Abang Brandi juga tak peduli dengan Greta…Abangggg!”Tiba-tiba Greta menangis sesengukan, Brandi berbalik dan tak jadi pergi, dia lalu mendekat Greta lagi dan memeluknya erat.Matanya berkaca-kaca, Brandi sekaligus ingat ucapannya pada Greta dulu, saat masih di rumah sakit, setelah sakau di rumah orang tuanya.Dia kala itu janji akan menjaga Greta bak adik sendiri dan janji itu pun pernah dia ucapkan pada Mr M dahulu.Brandi lupa dengan janjinya ke gadis cantik yang malang dan salah didik sejaak kecil ini.Kini semuanya harus dia bayar mahal, Greta jadi gila begini dan istri tercintanya jadi korban, termasuk bayinya dengan Fanny."Ya Tuhann...ini semua salahku, andai dulu Greta ku jaga dengan baik, belum tentu Fanny dan bayi kami jadi korban, Greta hanya butuh perhatian," batin Brandi, sambil kejapkan mata
Brandi malah duduk termangu di sisi ranjang. “Benar kata Lula, aku tak boleh memanfaatkannya…!” batin Brandi sambil mengeluh, sulitnya lepaskan bayangan Fanny dari hati dan otaknya.Tapi sampai kapan dia dan Lula mampu bertahan, sedangkan Lula pernah berujar, hanya akan persembahkan tubuhnya pada suami, bukan pacar apalagi yang tak ada hati!Brandi hari ini berniat langsung ke Mabes Polri, dia ingin tahu bagaimana hasil penyelidikan pihak kepolisian terhadap dua orang yang tewas di mobil yang terbakar hebat tersebut di jalan tol.Tapi dia terpaksa menunda ke sana, saat ke Mabes lagi, banyak pekerjaan yang tak bisa di tunda. Di saat yang sama Lula menelpon ingin pulang kampung, karena ibunya sakit.Kali ini Lula tak perlu lagi memikirkan soal uang, Brandi secara royal langsung transfer hingga 30 miliaran buat Lula. Brandi juga berikan satu mobil mewah buat Lula pulkam ke Sukabumi.“Hmm…kalau gini caranya, aku pensiun dari model pun aman sampai ke anak cucu,” canda Lula sambil memeluk
Candaan Lula tak di tanggapi Brandi, hatinya belum terbuka untuk buka hati buat yang baru, dia beda dengan adiknya Aldot Hasim Zailani, yang cepat move on."Kalau putus, ya cari lagi yang baru Bang, buat apa pusing," itulah jawaban Aldot yang bikin Brandi hanya bisa hela nafas, walaupun dia memang nakal, tapi tak seperti adiknya ini.Brandi malah makin sayang dengan Lula, yang sudah dianggapnya adik sendiri, dia senyum saja dan membiarkan Lula makan sampai kenyang, hingga bersendewa saking kenyangnya.“Bang, kira-kira siapa mereka itu? Apakah ada kaitanya dengan pembunuh mendiang istri Abang?” tanya Lula, sambil ngelap mulutnya.“Ntahlah Lula, kita lihat saja nanti, adikku sedang menyelidikinya!” sahut Brandi sambil menatap gelas minumannya.“Yuks ku antar kamu pulang, ini sudah sore, mana macet lagi, besok saja kita cari rumah buat kamu!” ajak Brandi lagi, Lula mengangguk.Begitu sampai di kos milik Lula, Brandi kaget juga, kos milik Lula ‘sederhana’ saja. Sebagai serang super model