Share

Bab 5: Tak Sengaja Bertemu Mantan Kekasih

Bos Syamsudin sumringah. Hari ini, Brandi telah menepati janji untuk melunasi utang berikut bunga.

“Aku minta kwitansi tanda lunas,” cetus Brandi kalem. Bos Syamsudin tanpa banyak tanya langsung bikinkan kwitansi tersebut. Saat menyerahkan ke Brandi, dia kaget, baru sadar pemuda tampan jangkung ini kenakan tongkat dan disandarkan di kursi tempatnya duduk. “Kamu kenapa Brandi, jatuh atau kenapa?” tanya Syamsudin heran, kini nada suaranya berubah lebih ramah.

“Hanya kecelakaan kecil, tertembak orang tak dikenal." Brandi menyahut enteng.

“Tertembak… kamu punya musuh?” tanya Syamsudin lagi kepo sekaligus terperanjat.

“Bukan musuhku, tapi akan kupastikan aku akan membalasnya dengan lebih kejam!" wajah Brandi dibuat sangar kemudian. "Akan kucari mereka, dan kalau sudah tertangkap, gantian aku yang akan tembak kepala mereka."

Wajah bos Syamsudin langsung berubah pias, dan tak butuh waktu lama, usai memastikan jumlah uangnya pas, mereka pun langsung pamit dari rumah Brandi.

Sikap ‘aneh’ bos Syamsudin dan dua centengnya ini diam-diam jadi perhatian Brandi. Namun hal ini dia simpan dalam hati. “Suatu hari, akan kuselidiki juga mereka. Kayaknya ada sesuatu yang dia sembunyikan!” batin Brandi.

Hasil pendidikan di Akademi Militer Angkatan Udara membuat jiwa intel Brandi mulai terasah secara alami.

Brandi yang masih gunakan tongkat, kini duduk di teras, sambil perhatikan 5 orang tukang bangunan sedang sibuk kerja rehab rumah mereka.

Dengan uang pemberian Brandon, Brandi sengaja rehab rumah mereka lebih besar dan permanen, tidak lagi berbahan kayu, dengan 3 kamar sekaligus. Tanah mereka masih cukup luas untuk perlebar rumah ibunya ini.

Brandi tak mau hambur-hamburkan uang itu, ibunya pesan agar sisanya ditabung. Setelah rehab rumah, kelak mereka berencana beli kebun dan sawah.

“Brandi ini ibu bikin minuman jahe, biar badanmu fit." Ela datang dengan suara cemprengnya. Dia menaruh gelas jahe itu di meja teras, kemudian terpaku sesaat memandang wajah sang anak. "Aiih aku baru nyadar, wajah kamu ini lama-lama mirip si Brandon itu loh?” cetus Ela spontan.

Brandi berdecak. “Ibu ada-ada saja. Emangnya, Ibu pernah punya hubungan panas dengan Om Brandon, sehingga lahirlah aku?" canda Brandi ngomong asal saja. “Hussh sembarangan kamu ngomong, kenalan aja baru di rumah sakit itu…" Ela mengibaskan tangannya ke udara. "Lagian mana ada orang sekaya raya si Brandon itu mau sama gadis desa kayak ibumu ini!” sungut Ela kaget sendiri.

Bahu Brandi mengedik. “Siapa tahu Om Brandon ganti selera dan suka sama ibu saat masih gadis. Lalu saat hamil, ibu ditinggalin dan lahirlah aku,” seloroh Brandi sambil tertawa, lalu meringis kena cubit ibunya.

“Anak semprol, gini-gini ibumu ini setia dengan almarhum ayahmu tauu!” sungut Ela, lalu tertawa lepas.

“Oh ya Bu, almarhum ayah ada keturunan bule ya, kok badanku agak blasteran begini?” tanya Brandi lagi.

Ela kaget dan langsung tak bisa bicara. “Ee... itu… Nggak kok." Ela tergagap menjelaskan. "Anu Brandi, dulu itu ibu ngidam, suka banget lihat bule. Nah mungkin karena itu, pas lahir, kulitnya jadi terang macam bule!” Setelah itu, dia lalu buru-buru masuk ke dalam rumah lagi.

Keanehan kelakuan ibunya ini membuat Brandi kerutkan keningnya.

“Kenapa ibu jadi gugup begitu? Kayaknya ada sesuatu yang ibu sembunyikan?” batin Brandi bingung sendiri.

**

Kesehatan Brandi dari hari ke hari makin membaik. Panjul sahabat karibnya setiap hari menemaninya dan sama kagetnya dengar cerita sahabatnya ini.

Dua minggu kemudian Brandi sudah tak gunakan tongkat lagi, dia bahkan bisa olahraga ringan untuk pulihkan fisiknya. Brandi dapat cuti istimewa dari kampus militernya, hingga satu bulan ke depan, sampai luka tembak di punggungnya dianggap benar-benar pulih.

“Hebat betul Om Brandon, aku sampai dapat cuti tambahan 1 bulan, padahal aturan di akademi sangat ketat!” batin Brandi heran sendiri dengan 'kehebatan' Brandon yang mampu hubungi seorang Laksamana bintang 2.

Suatu hari, Panjul ajak Brandi jalan ke pasar kabupaten. Saat asyik melihat-lihat pakaian di sebuah toko, Brandi tertarik melihat seorang anak kecil perempuan berusia 2 tahunan menangis.

Pelan-pelan diapun mendekat. “Kenapa kamu nangis, ibu kamu mana?” tanya Brandi jongkok dan menenangkan balita mungil dan menggemaskan ini.

“Mama tadi belkelahi dengan papa, mama ditampal papa, katanya mama suka bolos ngabisin duit ajahh, papa kejam, pasti mama disakitin...." sahutnya polos, dengan logat cadel-nya.

“Oh ya…di mana mama kamu sekarang?” kaget juga Brandi.

“Di s-sana...." tunjuknya pada seorang wanita yang terlihat duduk di pojokan toko sambil menutupi wajahnya.

Saat Brandi menoleh, wanita itupun ikut menoleh padanya. Alangkah kagetnya Brandi, ternyata wanita itu adalah Audrey, mantan kekasihnya saat SMU dulu.

Audrey pun sama kagetnya dengannya, tak menyangka akan bertemu Brandi di tempat ini.

Walaupun sudah dua tahun lebih tidak bertemu, Audrey masih mengenali Brandi, sebab dari semuanya... Hanya gaya rambut pria itulah yang begitu berbeda. Audrey buru-buru bangkit, lalu dia menarik tangan anaknya ini. ”Ayo kita pulang!” ajaknya setengah menyeret tangan anak kecil ini.

“Audrey tunggu,” seru Brandi.

Audrey pun menahan langkahnya, wajahnya terus menunduk.

Brandi melihat ada warna merah bekas tamparan di pipi wanita yang tetap cantik ini, walaupun tertutup rambut hitamnya yang lebat.

"Maaf, Brandi, aku buru-buru." Audrey menggendong anaknya dan bergegas berlalu dari hadapan Brandi.

"Jadi... Dia anakmu?!" gumam Brandi saat ditinggal Audrey pergi.

Dari kejauhan Brandi melihat Audrey dihampiri seorang pria. Pria itu terlihat marah dan menunjuk-nunjuk wajah Audrey, tak peduli ini tempat umum.

Brandi yang tidak ingin ikut campur pada masalah yang bukan ranahnya hanya menatap iba sang mantan kekasih.

Namun, sebetulnya... Ada satu hal lain yang mengusik Brandi. Itulah wajah anak kecil mungil yang digendong Audrey. **

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status