Brandi termenung, kalimat Paman Ando terakhir tadi bikin dia kaget. “Audrey mau bercerai…?” Kenapa mereka harus cerai...? pikir Brandi menatap jalanan yang lumayan ramai, sambil hela nafas panjang. “Mikir apa sih, katanya mau ziarah ke makam ayahmu, sono cepatan pergi, ntar keburu sore, n-tuh liat udah mau hujan lagi,” semprot Ela, hingga Brandi pun buru-buru pergi, hindari kebawelan ibunya.Besoknya, Brandi benar-benar terbang kembali ke Surabaya dan langsung masuk ke Akmil.Pelatihan berat pun kembali Brand jalani, di sisa waktu kurang dari 1,7 bulanan lagi sebagai siswa perwira calon penerbang angkatan udara.Brandi lupakan semua soal Audrey dan ingin segera kejar ketertinggalannya selama liburan hampir 2 bulanan.Inilah yang paling Brandi tunggu-tunggu, dia juga sudah mulai pegang kemudi pesawat latih.Mental yang kuat, serta nyali besar, membuat kehebatan Brandi di atas rata-rata teman seangkatannya.Setelah hampir 1 tahun berlatih, Brandi tak takut bermanuver di atas udara, p
Pria muda tampan berbody kokoh ini menatap cermin, dia mencukur kumis dan brewoknya yang tumbuh lebat sampai klimis.Brandi dan 11 orang lainnya sudah selesaikan latihan berat selama 5 bulan dan di perbolehkan pulang untuk liburan selama 3 minggu, menunggu penempatan tugasnya.Tubuh Brandi tidak lagi kurus, tapi semakin berisi dengan otot-otot tubuh yang kokoh.“Ingat..! Kelebihan dan juga jati diri kalian harus di sembunyikan, berlakonlah seolah rakyat sipil biasa,” pesan Mr M buat Brandi dan 11 rekannya.Hari ini Brandi berencana pulang kembali ke kampung halamannya, sekian lama tak jenguk ibunya, dia merasa kangen.Lebih 2 tahun sejak meninggalkan rumahnya yang saat itu sedang di renovasi, rindu pun menyeruak hatinya.Kali ini Brandi tak perlu memakai baju seragam calon perwira lagi. Dia cukup pakai jeans dan kaos, di padu jaket, serta sepatu kets, di tambah ransel.Dan ada satu yang pernah lagi kini ketinggalan…pistol di pinggang.Sebagai agen resmi pemerintah, pistol ini wajib di
“Mungkin hanya mirip bung Aldot!” sahut Brandi buru-buru, tentu saja dia mulai kini tak mau lagi sembarangan sebutkan siapa jati dirinya.“Hmm…benar juga, hanya mirip, kalau boleh tahu apa kerjaan Bung Brandi?” tanya Aldot tiba-tiba.“Aku…kerja di sebuah gym di Jakarta, sebagai instruktur!” sahut Brandi, yang tiba-tiba saja punya ide jawaban begini.Tak mungkin dia jujur apa kerjaannya saat ini. Juga Brandi sedapat mungkin tak ingin kejadian tak enak 2 tahunan yang lalu dengan Aldot, bikin pembicaraan ‘hangat’ mereka berubah kaku.Aldot tertawa kecil, tapi senyumnya agak ‘aneh’. Saat itulah Brandi akui, pemuda ini lebih tampan manis di bandingkan dirinya, bahkan anggapan Brandi kalau Aldot ini angkuh dan sombong berubah 180 derajat.“Ya sudahlah, mau kerja apapun nggak masalah! Aku ditempatkan di Kecamatan Bitahan, sebagai Kapolsek di sana, dulu nama kabupatennya Batupecah, kini setelah pemekaran jadi Kabupaten Tabangin!” Sahut Aldot apa adanya.“Artinya bung Aldot akan bertugas di k
Kletak, Brandi langsung merundukan wajahnya, agar tak kelihatan, saat jendela pintu di tutup istri Paman Ando dari dalam.Untungnya lampu samping tak di nyalakan, sehingga ulah Brandi tak ketahuan, apalagi samping rumah ini tak ada pohon atau rerumputan.Brandi bergeser, kini dia sudah berada di jendela kamar, yang setahunya ini merupakan kamar Audrey.Tak banyak perubahan dengan kamar ini. Cat-nya pun masih sama seperti dulu, malah agak kusam kini.Sesaat dia tersenyum, ingat dulu pernah beberapa kali ke sini, sebelum Audrey menikah dengan suaminya, pilihan ayahnya.Rahasia mereka berdua yang tak di ketahui siapapun, termasuk Paman Ando dan istrinya.Saat mengintip dari gorden yang tak rapat, Brandi senyum sendiri, Aurey terlihat baru saja mandi dan hanya kenakan handuk, anak perempuannya tak terlihat di kamar ini.Audrey menyanggul rambut panjangnya, hingga leher jenjangnya terlihat jelas dan ini menambah kecantikannya saat ini.Tubuh molek Audrey tak banyak perubahan. Walaupun suda
Brandi kini mengintai rumah Syamsudin, ilmu intelijennya ternyata sangat berguna saat ini. Ini juga seolah sebagai ujian pertama bagi Brandi yang di nyatakan lulus bersama 11 orang lainnya, sebagai seorang agen jempolan.Dengan kelihaiannya, tanpa kesulitan Brandi kini mendekati jendela rumah besar dan mewah milik si rentenir ini.Walaupun sekeliling rumah besar ini berpagar tinggi dan tak mudah bagi siapapun bisa masuk, termasuk ada CCTV-nya, tapi itu tak masalah bagi Brandi.Dengan mudah dia menghindari CCTV tersebut dan kini Brandi sudah berindap-indap mendekati jendela rumah Syamsudin.Besarnya rumah Syamsudin membuat Brandi kebingungan kemana harus mencari kamar sang rentenir tersebut.Apesya lagi, rata-rata semua jendela menggunakan teralis, sehingga Brandi tak bisa leluasa masuk.Brandi lalu berjalan menyusuri ke bagian belakang, bermaksud akan masuk ke rumah ini, mencari pintu yang tak terkunci.Anehnya, rumah di bagian dalam ini mirip asrama, ada beberapa kamar-kamar seperti
“Kamu kok berani banget sih ke sini, tau nggak centeng bos Syamsudin itu banyak loh, mana suka bawa golok lagi, bahkan ada yang bawa-bawa pistol segala loh,” bisik Neng Elis lagi, kini bahkan tak lagi takut-takut, dia berani bicara dekat sekali dengan Brandi.Otak Brandi sesaat ‘konslet’ bau parfum dan tubuh hangat Neng Elis membuatnya pusing sendiri.Tiba-tiba Brandi ingat pelajaran ilmu intelijen nya. Dalam kondisi apapun, seorang agen di lapangan wajib manfaatkan segala peluang, itulah pesan instrukturnya dulu di sebuah pelatihan sangat rahasia.“Kamu manis banget,” bisik Brandi mulai lancarkan ‘jurus mabuk’ nya. Sambil menowel dagu Neng Elis.Padahal aslinya Brandi bukanlah pemain wanita, malah dia cenderung pasif dan kurang percaya diri, tapi saat ini berbeda.“Ihh Abang mahh bisa ajah!” sahut Neng Elis pura-pura kaget.Neng Elis kaget benaran saat bibirnya yang merah di sosor Brandi. Singkat saja, tapi bikin istri ke 5 bos Syamsudin ini merinding.Neng Elis sebenarnya spanning t
“Hmm…jadi Abang mau cari barbuknya ya di rumah ini?” bisik Neng Elis, sambil memeluk tubuh kokoh Brandi. Mereka baru saja tuntaskan babak pertama, yang hasilnya 5X1, Elis 5X terbang ke awan dan Brandi 1X.“Iya sayang…di mana biasanya dia simpan berkas-berkas penting itu,” bisik Brandi sambil sengaja makin mesra, hingga Neng Elis makin mabuk kepayang.“Setahuku, dia selalu simpan di brangkasnya yang lumayan gede di ruang kerjanya!” sahut Neng Elis tanpa curiga.“Kamu tau kodenya?” pancing Brandi lagi.“Hmm…nggak tahu, dia tak pernah kasih tahu soalnya!” sahut Neng Elis.“Kalau kamu mau cari tahu, malam ini aku nginap di sini dan kita bisa bercinta sampai pagi, gimana sayang?” kata Brandi sambil meletakan mulutnya di dua bukit kembar Neng Elis, hingga wanita makin kelonjotan.“Benarkah…?” sahut Neng Elis yang kembali panas dingin, ketika perabotannya mulai di belai Brandi, hingga mulai basah lagi.Dan Neng Elis terbeliak kaget, saat kepala Brandi terlihat turun naik di kedua pahanya, s
“Hei bangun…molor saja lo kerjaannya, siapa sih Neng Elis dan Audrey itu? Cepatin sholat subuh ntar kesiangan!” tegur Bonar, sahabat dekat Brandi, sambil mendorong tubuh pemuda ini agar bangun.Brandi kaget bukan kepalang, matanya nanar menoleh kiri dan kanan. “Astagaaaa…aku mimpi!’ katanya lagi sambil berkali-kali menarik nafas panjang, Brandi menatap jam di dinding asrama, yang menunjukan pukul 5.30 subuh.Bonar sampai melongo. “Mimpi apa kamu?” tanya Bonar lagi penasaran.Brandi tak mejawab, ia buru-buru pergi ke belakang cuci muka dan sekalian ambil wudhu, untuk laksanakan kewajibannya.Sambil sarapan pagi, Bonar kadang tertawa tergelak, apalagi saat Brandi cerita dia dalam mimpi di pecat sebagai calon perwira penerbang dan malah menjadi seorang agen.“Agen apaan, mana ada! Kalau mau jadi agen ntuh ada sekolah khususnya. Eeh siapa sih Neng Elis dan Audrey, saat kamu mimpi kamu sering sebut-sebut dua nama itu?” Bonar jadi penasaran.“Hmm ada deh, rahasia, mau tahu saja kamu itu,” e