Share

Bab 4: Uang Kaget dari Brandon

"Maaf…!” Dengan tertatih dibantu dua orang Brandi bangkit, tapi dia langsung terguling dan roboh pingsan di sisi tubuh Brandon Hasim Zailani.

Brandon yang kaget mendorong perlahan tubuh Brandi yang masih menimpa lengannya, ada darah berceceran kecipratan ke tubuhnya.

“Cepat bawa anak muda ini ke rumah sakit, Ali kejar penembak aku itu,” perintah Brandon pada ajudannya, sambil bangkit berdiri dan mengibas-kibaskan pakaiannya.

Bersama beberapa anggota kepolisian, ajudan Brandon mengejar dua penembak tadi. Warga yang tadi berdesak-desakan berebut sembako, otomatis membubarkan diri ketakutan.

Pengamanan pun diperketat! Aparat bersenjata ambil alih kendali dari Satpol PP yang semula jaga keamanan. Kegegeran ini sampai jadi viral ke mana-mana, sebab ada warga yang sempat memvideokannya dan mengunggahnya ke sosial media. Korban yang merupakan bukan sosok biasa membuat video tersebut cepat naik. Sementara itu, Brandi yang semula pingsan, baru sadar ketika sudah berada di rumah sakit dan hari sudah malam.

"Argh...." Sesaat kepalanya pusing dan pandangannya masih berkunang-kunang. Punggunggnya berasa berdenyut nyeri.

“Terima kasih anak muda, kamu sudah selamatkan nyawaku. Namaku Brandon Hasim Zailani, siapa namamu?”

Terdengar suara bariton di sisi kanannya, Brandi menoleh, terlihatlah wajah tampan simpatik sambil senyum padanya. “Aku… Brandi Alfonso, tu-tuan Brandon,” sahut Brandi dengan suara terbata.

“Kamu hebat sekali, kena 2 tembakan di punggung, tapi masih selamat. Satu tembakan melenceng dan kena satu polisi yang juga selamat. Tapi kamu tenang saja, pelurunya sudah diangkat, tinggal penyembuhan, tidak ada yang vital kena tubuhmu,” Brandon langsung jelaskan tragedi penembakan sore tadi. “Ohhh…siapa penembak itu tuan?” Brandi langsung bertanya, hatinya penasaran, kenapa Brandon mau dihabisi, apa alasannya, pikirnya. “Orang suruhan musuh-musuhku, tak usah panggil tuan, panggil Om saja yaa. Kamu agaknya seusia anakku.”

Brandon lalu bertanya di mana Brandi tinggal juga pendidikannya. Begitu Brandi sebutkan dia seorang calon perwira penerbang di Akademi militer Magelang, Brandon langsung menganggukan kepalanya. “Pantas tubuh kamu kokoh dan kuat walaupun kurus!” puji Brandon spontan, lalu minta ponselnya pada sang ajudah. Brandi heran, saat melihat Brandon menelpon seseorang, terdengar sayup-sayup suara menyahut dengan kata 'siap… siap' di ujung telpon tersebut.

“Nah, kamu tak usah khawatir sekarang. Aku barusan nelpon sang gubernur Akademi Militer Angkatan Udara, kamu diberi cuti sampai sembuh,” kata Brandon lagi.

Brandi sampai melongo. Setahunya, Gubernur Akademi Militer itu bukan orang sembarangan, berbintang dua dengan pangkat Laksamana Madya Udara…!

Tapi Brandon enteng saja memerintah si Laksamana tersebut, ini baginya sangat luar biasa.

Brando lalu minta Brandi beristirahat dan pria kharismatik ini pun permisi.

**

Besok siangnya… pria itu kembali lagi, bersama ajudannya. Tidak lama, pintu ruang rawat Brandi kembali terbuka.

Dengan kaki gemetaran, Ela, Ibunya Brandi masuk ruang perawatan VVIP dan menghambur memeluk sang anak. Dia menangis tersedu-sedu melihat anak kesayangannya kini terbaring lemah setelah terkena luka tembak di punggung.

“Ya Allaaah, siapa yang melakukan ini padamu Brandi, belum selesai masalah utang piutang, kamu kena musibah. Bagaimana kelak kelanjutan pendidikan Akademi Militer mu itu nakkk…!” ratap Ela sambil menangis.

Saat Ela meratap itu, Brandon yang juga menyimak ketakutan Ela pun mendekat. “Soal pendidikan Brandi, ibu tenang saja. Dia dapat cuti sampai sembuh." Pria itu menjelaskan. Lalu, dahi keriputnya mengerut dalam, dan kembali bertanya, "Untuk masalah utang piutang, maaf kalau boleh tahu, utang apa Bu?”

Ela kaget dan matanya membulat menatap pria tampan yang belum terlalu tua ini, yang tiba-tiba saja nimbrung dan berada di dekatnya dan Brandi. “B-bapak siapa ya…?”

“Aku Brandon Hasim Zailani," sahut Brandon ramah disertai senyum. "Anak ibu ini hebat dan berani. Dia yang telah menolong saya, sehingga dirinyalah yang terkena tembak."

Senyum ramah Brandon berbanding terbalik dengan ekspresi Ela yang berubah gugup. "J-jadi... Anda itu, Tuan Brandon Hasim Z-zailani?"

Melihat reaksi ibunya, giliran Brandi yang kaget. Kenapa ibunya seolah mengenali Tuan Brandon dan sangat terkejut ketika mengetahui orang yang ditolong anaknya adalah Brandon Hasim Zailani.

Brandong mengangguk. "Jadi, kalau boleh tahu, utang apa, Bu?"

Ela gelagapan. “Eh hutang, anu…kami berhutang dengan lintah darat 20 juta, tapi berbunga sehingga kami harus membayar 35 juta.”

Brandon malah tersenyum dan menganggukan kepala, dia lalu menatap Brandi. “Brandi, Om hari ini pamit kembali ke Jakarta, kelak kalau kamu sembuh dan cuti dari Akademi Militer, jalan-jalan nanti ke rumah Om ya, ini kartu dan alamat Om tertulis di situ.”

“Baik Om…!” sahut Brandi, sambil melihat Brandon meletakan sebuah kartu nama di meja samping ranjangnya.

Tiba-tiba Brandon keluarkan sebuah amplop kecil tipis warna coklat dari jaketnya. “Sekali lagi, Om hutang nyawa denganmu, terima ini yaa… jangan ditolak!” Brandon raih tangan Brandi dan serahkan amplop tipis, yang tidak bisa ditolak Brandi. Setelah Brandon dan ajudannya pamit, Ela melirik penasaran pada isi amplop yang diberikan Tuan tadi. Baru 5 menitan Brandon pergi, masuk dokter dan dua perawat yang langsung cek kondisi Brandi. “Semuanya bagus, paling lama 2 hari lagi anda sudah bisa pulang!” kata dokter itu, Brandi terlebih Ela pun lega.

“Dok, bagaimana soal bayaran rumah sakit?” serobot Ela, dokter ini langsung tertawa kecil.

“Semua sudah dibereskan Pak Brandon Hasim Zailani, jangan khawatir!” Dokter ini lalu permisi bersama dua perawatnya.

Hati Ela pun langsung plong. "Alhamdulillah, Ibu kira kita harus bayar lagi ruangan VVIP ini." Dia lalu melirik lagi ke arah amplop yang diletakkan Brandi ke atas meja. “Buka donk amplopnya, Ibu mau lihat,” ceplos Ela penasaran.

“Ibu buka saja sendiri.”

Brandi serahkan amplop coklat itu dan dengan agak tergesa dibuka Ela. “Ih apa ini, isinya hanya kertas, bukan duit…." Sejenak, Ela terlihat kecewa. Tetapi tidak lama, dia memelotot ketika melihat bilangan uang yang tertera di kertas itu. "eh tulisannya… 5 miliar rupiah, apaan ini Brandi?” kata Ela sambi sodorkan kertas tipis itu pada Brandi. Brandi pun ikutan terperanjat. Dan saat dia lihat, ternyata itu sebuah cek dan tertulis angka seperti yang Ela sebutkan tadi. “B-bu…ini c-cek, uangnya 5 miliar, bisa diuangkan kapan pun…!” seru Brandi yang masih belum hilang rasa kagetnya. “A-apaaa… jadi… ini kertas uang, eh maksudnya bisa dijadikan duit gitu?” celpos Ela dengan wajah bengong.

Brandi pun mengangguk, tapi setelahnya dia meringis, saking kagetnya dapat duit segitu besarnya, dia sampai lupa, kalau punggungnya yang tertembak masih belum sembuh.

Ela pun terlonjak kegirangan, dia berkali-kali mencium cek ini. Tak dia sangka, Brandon Hasim Zailani memberi uang hingga 5 miliar rupiah.

“Hutang kita lunas Brandi, kita juga bisa beli sawah dan baikin rumah, ya Allahh, Alhamdulillahhhhh…!” Ela benar-benar bersyukur tak terkira. **

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status