Sheila enggan untuk melaksanakan prosesi akad nikah ini. Tapi, bagaimana lagi dirinya harus rela mengorbankan masa muda nya demi menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya.
Jika saja malam itu Aliando tidak menyusup ke kamarnya mungkin saat ini, Sheila tengah berada di tempat kerja. "Huh," helaan napas Sheila keluarkan demi menyalurkan rasa kesal di dalam dadanya. "Sheila, ya ampun.. Anak Ibu, cantik sekali." puji Maria, wanita yang sudah melahirkannya. Gadis cantik itu hanya menoleh sekilas pada sang ibu. Ini adalah pernikahan terpaksa yang harus dirinya jalani, tapi... Bisa 'kan dia kabur begitu saja? "Sayang.. Jangan cemberut gitu dong. Senyum kek, kamu harus bisa menerima pernikahan ini, Shei. Bagaimana pun juga Ibu dan juga Papa kamu ingin yang terbaik buat kamu, Ibu yakin Aliando laki-laki baik," kata Maria. Sheila hanya tersenyum sebagai jawaban. Ya, walaupun dia menolak untuk di nikahkan. Tapi, ini adalah keputusan kedua orang tuanya. Tok. Tok. Tiba-tiba saja salah satu kru yang melaksanakan acara pernikahan mengetuk pintu memberi tahu jika proses Ijab Qobul akan segera di laksanakan. Meminta mempelai wanita segera memasuki area pelaminan. Tentu saja Maria sangat bahagia dia pun menggandeng putrinya keluar dari kamar. Deg. Debaran jantung Sheila tidak menentu dia sangat gugup sekali ketika menuruni undakan tangga karena setiap mata memandang pada dirinya bersama sang ibu. 'Tenang Shei, lo gak usah gugup,' hanya batinnya yang bisa menenangkan dirinya sendiri. "Sheila sangat cantik ya, aura pengantinnya keluar." bisik salah satu undangan yang merupakan tetangganya. "Iya. Uda gitu calon suaminya juga tampan, sepedan sama dia," timpal yang lain. Tatapan Aliando tidak lepas dari kedua bola mata Sheila yang nyaris sempurna cantiknya. Berjalan menghampirinya kemudian duduk di sebelah. "Al, kondisikan matamu," bisik sang papa yang berada di kursi saksi pernikahan. Aliando kikuk merasa malu dibisikan seperti itu oleh ayahnya sendiri. "Bagaimana nak, Al. Apa sudah siap?" tanya pak penghulu. "Saya siap. Pak," jawabnya begitu tegas. Sementara Sheila gadis itu meremas jari jemarinya karena merasa gugup. Meskipun begitu dia berjanji dalam hatinya akan menerima pernikahan ini dengan tulus dan berjanji akan menjadi istri yang baik untuk laki-laki di sampingnya. Penghulu tersebut mengarahkan Aliando dan juga Hartawan untuk saling menjabat, "Saudara Aliando Pramata Xavier, saya nikah dan kawinkan engkau dengan putri kandung saya Sheila Aurelly Hartawan, dengan mas kawin seperangkat perhiasan emas putih di bayar tunai." "Saya terima nikah dan kawinnya Sheila Aurelly Hartawan dengan mas kawin tersebut di bayar tunai." dengan tegas lelaki itu mengucap ijab Qobul. "Bagaimana saksi?" tanya penghulu. Dari kedua belah pihak menganggukkan kepala, "Sah" jawabnya serentak. "Alhamdulilah, barakallah....," penghulu tersebut memanjatkan doa setelah selesai ijab Qobul. Setelah menandatangi surat surat dokumentasi jika pernikahan mereka terdaftar secara sah di kantor urusan agama. Aliando di suruh untuk memasangkan cincin pernikahan yang sudah di sediakan oleh ibunya. "Ayo Al, pasangkan cincinnya pada istrimu," ujar Yunita, Ibunda Aliando. "Tapi, ma...," Aliando berdecak dia tidak ingin menyentuh tangan istrinya. "Ayo, Al. Dia istrimu sekarang." titahnya lagi. Mau tidak mau Aliando pun memasangkan cincin tersebut pada gadis yang berstatus istri. "Mana tangan, lo." ujar Aliando. Meraih tangan Sheila. "Gak usah, biar gue pasang sendiri aja." Sheila menarik paksa cincin itu dari tangan suaminya. Dia menyematkan cincin tersebut di jari manisnya sendiri. Melihat sikap Sheila seperti itu membuat Aliando tidak peduli. Dia sendiri memasangkan cincinnya di jari manisnya. Karena tidak ada prosesi yang lain mereka pun langsung saja duduk di kursi pelaminan yang sudah di sediakan. Para tamu undangan mulai memadati area untuk bersalaman mengucapkan selamat pada kedua mempelai. Walaupun hanya akad dan resepsi seadanya saja tetapi sangat ramai yang datang. ** Beberapa jam berlalu acara pesta pernikahan pun selesai keluarga dari pihak laki-laki pun satu persatu berpamitan karena acara sudah selesai di laksanakan. Tinggalah keluarga inti saja yang masih bersenda gurau mencoba mengakrabkan diri karena mereka merasa belum kenal satu sama lain. "Menginap saja, bu. Kami masih memiliki kamar kosong," tawar Maria pada besan perempuannya. "Terimakasih, bu Maria, saya dan suami pamit dulu. Al, jaga istrimu baik-baik." ujar Yunita pada putranya. "Iya, ma." hanya itu jawaban Aliando. Kedua orang tua Al pun akhirnya pergi dari kediaman Hartawan. Sementara yang lainnya masih sibuk dengan tugas nya masing-masing. Pasangan pengantin tersebut justru di boyong ke kamarnya untuk segera beristirahat. "Uh, akhirnya selesai juga," ujar Sheila ketika sudah berada di dalam kamarnya. Perempuan itu sedikit menggerakkan otot-ototnya merasa kaku karena berdiri seharian. Melepaskan satu persatu aksesoris yang menempel di rambutnya. "Capek banget, ya." tiba-tiba saja pria itu berbicara berdiri di belakang Sheila. Deg. Sontak saja Sheila menghentikan aktifitas menghapus makeup nya karena di perhatikan seperti itu oleh pria asing menurutnya. "Ngapain lo natap gue kaya gitu?" tanya Sheila sinis. "Suka-suka gue lah, lo kan uda jadi istri gue." jawab Aliando kemudian berlalu menuju kamar mandi. "Tolong ya siapin gue kopi. Gue mau kerja!" teriak Aliando dari dalam kamar mandi membuat Sheila hanya bisa menggelengkan kepala merasa jengkel dengan tingkahnya. "Dasar tidak punya sopan santun. Nyuruh teriak-teriak di kamar mandi lagi, iew." gumam Sheila melanjutkan menghapus riasan wajah. Dirasa sudah selesai membersihkan makeup Sheila melihat jam di dinding hampir satu jam lelaki berstatus suaminya itu masih belum keluar juga. Ia khawatir takut terjadi sesuatu mengingat mereka belum saling mengenal satu sama lain. Tok Tok. "Al!! Al, lo gak apa-apa 'kan?" teriak Sheila mengetuk pintu kamar mandi. Merasa tidak ada jawaban dari dalam membuat Sheila merasa bingung apa yang harus dirinya lakukan. Tok. Tok. Kembali Sheila mengetuk pintu tidak lama Aliando keluar dengan wajah tanpa dosa. "Berisik banget sih, kangen ya sama gue. Sampe di gedor pintunya." ujar Aliando tanpa merasa bersalah. "Apa, kangen? Hey! Gue cuman khawatir sama lo, mandi apa tidur lo di dalam lama bener kaya cewek!" Sheila merasa jengkel dengan lelaki tersebut tidak mau berdebat ia memilih masuk ke dalam saja. Demi menghilangkan rasa jengkel di dada ia memilih menyalakan shower membiarkan air itu mengguyur dari atas hingga ke bawah. Tidak lama Sheila keluar sudah dengan pakaian lengkap rambut sebahunya dia biarkan tergerai karena memang masih basah. Leher jenjang putihnya begitu terekspos membuat Aliando yang tengah duduk di kursi meja rias hanya bisa menelan salivanya sendiri. "Mana kopinya?" Tanya Al kemudian. "Iya, ini gue mau bikin. Sabar kenapa sih," gerutunya. Sheila pun segera keluar dari dalam kamar menuju dapur. Tentu saja rambut basah Sheila menjadi pusat perhatian semua orang yang berada di dalam rumah. Tidak terkecuali dengan kedua orang tua Sheila sendiri. Mereka senyum-senyum setiap melihat Sheila berjalan. "Maaf bu, di depan ada tamu." tiba-tiba saja pelayan di rumah Hartawan memberi tahu pada sang nyonya rumah. "Siapa, bi?" "Den Angga," PRANK! Semua orang menoleh pada Sheila yang memecahkan gelas. "Biar bibi yang bersihkan, non." ujar pelayan satunya. Tangan Sheila bergetar membuat perempuan itu menatap ibunya berkaca-kaca. "Biar papa yang menemui Angga,"Di Paksa MenikahKeesokan harinya pun tiba seperti biasa Cindy selalu saja pulang pagi membuat Albert semakin murka dengan kelakuan anak perempuan nya."Kerja apa sih, kamu! setiap hari pulang pagi mau jadi apa kamu!" Hardik Albert ketika melihat sang putri sempoyongan keluar dari mobil."Pa, aku model pa... berapa kali aku jelasin ke papa.""Model apa, sampai pagi begini baru pulang?""Kamu berhenti dari kerjaan kamu, atau kamu Papa jodohkan dengan laki laki pilihan papa!"DegMendengar hal itu membuat Cindy menghentikan langkahnya."apa apaan aku gak mau ya di jodoh jodohkan. lagian aku uda punya pacar pa!" "Pacar apa yang membuat kamu jadi pulang pagi setiap hari seperti ini?"Belum sempat perdebatan itu berlanjut Sinta sang mama menghampiri anak juga suami nya yang kini sedang beradu argumen.Sinta memberikan kode pada Cindy agar segera naik ke dalam kamar nya untuk menghindari amukan dari Albert.
PertemuanFlachbackAlbert kini menunggu seseorang di sebuah resoran mewah yang sudah di pesan oleh Ita sang sekertaris.Pria paruh baya itu duduk dengan tenang menanti calon menantunya untuk dia temui saat ini.Tibalah dua orang berbaju hitam dengan tubuh tegap juga atletis itu menghampiri Albert juga sekertarisnya.Ita terkaget juga terheran heran melihat kedua pemuda yang seperti nya pengawal pribadi itu menghampiri Albert dan membisikan sesuatu di telinga nya."Ta, bisa tolong belikan sesuatu untuk istri saya di sebrang restoran ini?"Ita menoleh dan menatap Albert dengan bingung namun karna Albert memberikan kode untuk dirinya segera pergi dari tempat itu Itapun akhirnya menganggukan kepalanya.Setelah punggung sang sekertaris Ita itu sudah tidak terlihat lagi barulah muncul sosok pria muda dengan rahang yang tegas juga bola mata coklat dengan bulu mata yang lentik serta pakaian yang rapi dengan stelan
Pria Miskin"Kami dan keluarga datang kesini dengan maksud dan tujuan ingin meminang anak dari bapak Albert Marga Margaretta untuk menjadi calon istri dari keponakan saya yang bernama Assaque Emirkhan Assad." Ujar om Emir yang menyampaikan niat baik kedatangan mereka.Albert baru menyadari jika pria yang dia temui bersama keluarganya itu memang benar calon menantunya yang dia temui beberapa hari yang lalu.Tapi mengapa panampilan Emir sangat jauh berbeda dari Emir yang pertama kali dia temui, apa dia memang sedang menguji putrinya?"Alhamdulilah, trimakasih Bapak Satya yang sudah mewakili dari keluarga besar untuk menyampaikan berita bahagia ini. Saya selaku Ayah kandung Cindy menerima sepenuhnya Assaque Emirkhan Assad menjadi pendamping putri saya, namun saya pun harus menanyakan terlebih dahulu pada putri saya. Apakah kamu mau menerima Assaque Emirkhan Assad sebagai calon suamimu, Nak?"Deg DegCindy saat ini yang sudah duduk berhada
PrologPada saat bangun pagi Sheila yang kaget dengan keadaan dirinya yang ternyata tidur tidak sendiri melainkan dengan seorang laki laki yang bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu, siapa laki laki yang kini ada di samping nya itu?Sheila melihat ke dalam selimutnya sendiri apakah pakaian nya masih lengkap atau ah sudahlah membayangkan nya saja Sheila tidak sanggup, perlahan Sheila mengangkat selimut nya dengan mengedipkan mata nya satu takut jika dirinya benar benar dalam ke adaan tidak memakai pakaian.Belum juga Sheila melihat ke dalam selimut nya dari luar sudah terdengar suara ketukan pintu, mungkin itu kebiasaan sang mama yang selalu membangunkan putri nya yang selalu kesiangan untuk berangkat kuliah.Tok... Tok..."Shei, bangun Shei uda jam berapa ini!!!" Teriak suara wanita paruh baya yang terdengar sangat nyaring."Emh!" Suara lenguhan bariton sexy itu membuat Sheila yang masih berada di samping pr
Pria Miskin"Kami dan keluarga datang kesini dengan maksud dan tujuan ingin meminang anak dari bapak Albert Marga Margaretta untuk menjadi calon istri dari keponakan saya yang bernama Assaque Emirkhan Assad." Ujar om Emir yang menyampaikan niat baik kedatangan mereka.Albert baru menyadari jika pria yang dia temui bersama keluarganya itu memang benar calon menantunya yang dia temui beberapa hari yang lalu.Tapi mengapa panampilan Emir sangat jauh berbeda dari Emir yang pertama kali dia temui, apa dia memang sedang menguji putrinya?"Alhamdulilah, trimakasih Bapak Satya yang sudah mewakili dari keluarga besar untuk menyampaikan berita bahagia ini. Saya selaku Ayah kandung Cindy menerima sepenuhnya Assaque Emirkhan Assad menjadi pendamping putri saya, namun saya pun harus menanyakan terlebih dahulu pada putri saya. Apakah kamu mau menerima Assaque Emirkhan Assad sebagai calon suamimu, Nak?"Deg DegCindy saat ini yang sudah duduk berhada
PertemuanFlachbackAlbert kini menunggu seseorang di sebuah resoran mewah yang sudah di pesan oleh Ita sang sekertaris.Pria paruh baya itu duduk dengan tenang menanti calon menantunya untuk dia temui saat ini.Tibalah dua orang berbaju hitam dengan tubuh tegap juga atletis itu menghampiri Albert juga sekertarisnya.Ita terkaget juga terheran heran melihat kedua pemuda yang seperti nya pengawal pribadi itu menghampiri Albert dan membisikan sesuatu di telinga nya."Ta, bisa tolong belikan sesuatu untuk istri saya di sebrang restoran ini?"Ita menoleh dan menatap Albert dengan bingung namun karna Albert memberikan kode untuk dirinya segera pergi dari tempat itu Itapun akhirnya menganggukan kepalanya.Setelah punggung sang sekertaris Ita itu sudah tidak terlihat lagi barulah muncul sosok pria muda dengan rahang yang tegas juga bola mata coklat dengan bulu mata yang lentik serta pakaian yang rapi dengan stelan
Di Paksa MenikahKeesokan harinya pun tiba seperti biasa Cindy selalu saja pulang pagi membuat Albert semakin murka dengan kelakuan anak perempuan nya."Kerja apa sih, kamu! setiap hari pulang pagi mau jadi apa kamu!" Hardik Albert ketika melihat sang putri sempoyongan keluar dari mobil."Pa, aku model pa... berapa kali aku jelasin ke papa.""Model apa, sampai pagi begini baru pulang?""Kamu berhenti dari kerjaan kamu, atau kamu Papa jodohkan dengan laki laki pilihan papa!"DegMendengar hal itu membuat Cindy menghentikan langkahnya."apa apaan aku gak mau ya di jodoh jodohkan. lagian aku uda punya pacar pa!" "Pacar apa yang membuat kamu jadi pulang pagi setiap hari seperti ini?"Belum sempat perdebatan itu berlanjut Sinta sang mama menghampiri anak juga suami nya yang kini sedang beradu argumen.Sinta memberikan kode pada Cindy agar segera naik ke dalam kamar nya untuk menghindari amukan dari Albert.
Sheila enggan untuk melaksanakan prosesi akad nikah ini. Tapi, bagaimana lagi dirinya harus rela mengorbankan masa muda nya demi menikah dengan laki-laki yang sama sekali tidak dia kenal sebelumnya. Jika saja malam itu Aliando tidak menyusup ke kamarnya mungkin saat ini, Sheila tengah berada di tempat kerja. "Huh," helaan napas Sheila keluarkan demi menyalurkan rasa kesal di dalam dadanya. "Sheila, ya ampun.. Anak Ibu, cantik sekali." puji Maria, wanita yang sudah melahirkannya. Gadis cantik itu hanya menoleh sekilas pada sang ibu. Ini adalah pernikahan terpaksa yang harus dirinya jalani, tapi... Bisa 'kan dia kabur begitu saja? "Sayang.. Jangan cemberut gitu dong. Senyum kek, kamu harus bisa menerima pernikahan ini, Shei. Bagaimana pun juga Ibu dan juga Papa kamu ingin yang terbaik buat kamu, Ibu yakin Aliando laki-laki baik," kata Maria. Sheila hanya tersenyum sebagai jawaban. Ya, walaupun dia menolak untuk di nikahkan. Tapi, ini adalah keputusan kedua orang tuanya. Tok. To
PrologPada saat bangun pagi Sheila yang kaget dengan keadaan dirinya yang ternyata tidur tidak sendiri melainkan dengan seorang laki laki yang bahkan dirinya sendiri pun tidak tahu, siapa laki laki yang kini ada di samping nya itu?Sheila melihat ke dalam selimutnya sendiri apakah pakaian nya masih lengkap atau ah sudahlah membayangkan nya saja Sheila tidak sanggup, perlahan Sheila mengangkat selimut nya dengan mengedipkan mata nya satu takut jika dirinya benar benar dalam ke adaan tidak memakai pakaian.Belum juga Sheila melihat ke dalam selimut nya dari luar sudah terdengar suara ketukan pintu, mungkin itu kebiasaan sang mama yang selalu membangunkan putri nya yang selalu kesiangan untuk berangkat kuliah.Tok... Tok..."Shei, bangun Shei uda jam berapa ini!!!" Teriak suara wanita paruh baya yang terdengar sangat nyaring."Emh!" Suara lenguhan bariton sexy itu membuat Sheila yang masih berada di samping pr