Share

BAB 5

Author: Izzy_Mochii
last update Last Updated: 2021-11-18 12:08:20

"Apa kamu David?" tanya Rita meletakkan jari telunjuk di bawah bibirnya.  

"Umm ... iya, Tante," jawab David. Dengan tangan masih bergelantungan di gagang pintu. 

"Ikut tante, yuk! Mama kamu menyuruh tante untuk menjemputmu,” ajak Rita. 

David merasa kebingungan saat ada wanita yang tak dikenal, mengajaknya. 

"Ayah bagaimana? Tadi Ayah keluar katanya mau membelikan aku makanan, Tante,” tanya David.

“Mungkinkah pria yang dia temui sebelumnya adalah yah dari anak ini?” pikir Rita dalam batin bertanya.

"Oh, gitu. Ayah juga ada bersama Ibu kamu, kebetulan tadi Ayahmu ketika di jalan bertemu sama tante dan Ibumu, dan Tante disuruh menjemputmu karena mereka lagi membicarakan sesuatu dan tidak bisa diganggu." Rita berbicara dengan tenang agar ucapan bohongnya tidak ketahuan. Perlahan dia memegang lembut tangan David. 

"Gitu, ya." David mengetuk bibirnya dengan jari telunjuk. 

"Mau ikut, nggak? Nanti makanannya habis, loh," rayu Rita kepada David. 

"Iiih, nggak mau. Tunggu David sebentar, Tante! David mau membereskan buku dulu,” rengek David karena ia begitu polos. 

"Udah, nggak usah, nanti Ayah dan Ibumu terlalu lama menunggunya,” tegas Rita. Menarik tangan David.  

"Iya, deh, Tante." Tanpa kecurigaan David hanya menuruti apa kata Rita. Lalu menutup pintu rumahnya mengikuti Rita berjalan. Lalu Rita segera menggenggam tangan anak tersebut. 

Sampai akhirnya di dalam taksi, David asyik menatap jalanan dari luar jendela. Hal itu pun dimanfaatkan Rita untuk membius David dengan sebuah sapu tangan yang sudah diberi obat bius. Hingga akhirnya, David tak sadarkan diri. 

 

Harry baru saja kembali setelah dirinya sudah membeli makanan untuk anaknya. Namun, melihat bahwa David tidak ada lagi di dalam rumah. Hanya menyisakan buku yang masih berhamburan di lantai. 

"David, David!” teriak Harry. 

"Anak ayah ke mana? Jangan main petak umpet malam-malam begini.” Harry masih berteriak sambil mencari anaknya. 

"David ….?" Harry mulai panik. 

"Nak jangan bersembunyi seperti itu, cepatlah!” serunya mulai dengan nada cemas. 

Harry yang mencari David di sekitar rumah tidak menemukan hasil. Dirinya panik dan putus asa. Dan, ketika sampai di gang rumahnya, seseorang memanggilnya dengan keras. 

"Pak Harry kenapa teriak-teriak?" tanya seorang Ibu yang merupakan tetangganya sendiri kebetulan melintas melewatinya. 

"Saya mencari David, Bu,” jawab Harry. 

"Loh, tadi saya lihat dia berjalan sama seorang perempuan dan naik taksi.” Jawaban Ibu tersebut, mengejutkan Harry. 

"Perempuan?" tanya lelaki itu. 

"Iya, dari jauh saya melihat seperti David dan seorang wanita, saya pikir itu Yulianna," jawabnya.  

“Mungkinkah itu Yulianna?” Batin Harry bertanya. 

"Terima kasih, Bu .…" Harry bergegas meninggalkan tetangganya setelah mengucapkan terima kasih lalu melanjutkan pencarian. Kemudian, merogoh saku mengambil ponsel jadul dan segera menghubungi Yulianna, istrinya. 

***

Saat ini, di dalam salah satu kamar hotel yang mewah, Yulianna dirundung ketakutan sebab ada sebuah bayangan yang menyelinap masuk ke kamarnya. Bayangan itu pun sering kali muncul, hilang, begitu seterusnya. 

Merasa mungkin Yulianna salah melihat dan hanya pikirannya saja, dia pun mengusir ketakutan itu dan memutuskan untuk menonton TV saja sambil menikmati semua makanan yang terdapat di kulkas serta beberapa bir. 

Tengah asyik menonton, ponselnya berdering, mengetahui bahwa Harry suaminya menelepon, dia segera mengangkatnya. 

 [Ya, kenapa kau menghubungiku?] tanya Yulianna. 

 [Apa David bersamamu?] Harry balik bertanya dari seberang sana. 

[Tidak] jawab Yulianna singkat.

[Aku dengar ada wanita yang membawanya barusan] ujar Harry. Pikirnya, Yulianna akan mengetahui. 

[Oh, mungkin dia yang mengambilnya] Yulianna terkesan santai, mengatakan kesalahannya. 

[Apa maksudmu, Yulianna?] Firasat Harry sudah tidak enak. 

[Aku menjualnya!] Yulianna langsung mengatakan. 

[Bicara apa kau? Bagaimana mungkin kau tega melakukan itu?]  tanya Harry. Betapa terkejutnya mendengar pengakuan sang istri. 

[Aku membuat anak itu agar bermanfaat buat aku sebagai ibu yang sudah membesarkannya] Sudah melakukan hal buruk, Yulianna masih sempat bertekak dengan suaminya. 

[Kau sudah tidak waras, Yulianna!] Tentu saja Harry merasa kesal. Sudah tak tahu lagi di mana otak Yulianna, bisa melakukan hal sekejam itu.  

[Ke mana mereka membawa David, cepat katakan!] tekan Harry. 

[Mana aku tahu, kau cari saja sendiri!] Yulianna berkata ketus. 

Bola mata Yulianna berputar dan segera mengakhiri panggilan tersebut. Tanpa menjawab pertanyaan suaminya. "Lelaki bodoh, dasar tidak berguna!" Yulianna mengumpat Harry. 

Yulianna yang masih menggerutu, tanpa sadar ada yang sedang mengintainya. Melihat waktu sudah pas, kedua lelaki itu mendekat dan tiba-tiba sebuah tusukan jarum suntik menembus kulit leher Yulianna.  

Dirinya terkejut, dengan rasa sakit mencoba berbalik badan dan kini melihat dua orang berjas hitam terasa familier. "Sedang apa kalian dan kenapa bisa masuk seenaknya di kamarku?" tanya Yulianna sambil menahan rasa sakit. Memegang lehernya. Teringat ada bayangan tadi, mungkin dua lelaki inilah pelakunya. 

"Tenanglah, kami berdua hanya menjalankan tugas," jawab salah seorang berjas hitam tersebut.  

"Tugas?" Yulianna mengernyitkan alis. Merasa bingung. 

"Ya, tugasnya sederhana." Lelaki itu malah memberikan jawaban yang membuat Yulianna tambah bingung. 

“Katakan yang jelas apa maksud kalian!” sungut Yulianna. Urat lehernya sampai tertarik karena keluar emosinya. 

"Bersenang-senang denganmu, tentu saja," ucap mereka dengan lirikan meremehkan. Diiringi dengan senyum licik. 

"Apa maksud pembicaraan kalian?" Yulianna merasa tak paham. 

Dua lelaki itu berjalan mendekat, refleks Yulianna mundur ke belakang. Melihat tatapan mereka, Yulianna yakin mereka ada niat buruk. 

"Apa kalian sudah gila? Pergi sana! Kalau tidak, aku akan menghubungi polisi! ancamnya. 

Ketika hendak menghubungi polisi, dengan cepat salah satu pengawal itu meraih ponsel yang berada di tangan Yulianna dan membantingkannya ke lantai hingga hancur berantakan. Yulianna pun tersentak dan kemudian berlari menuju pintu untuk keluar menyelamatkan diri. Akan tetapi, salah satu pengawal dengan cepat menangkap tubuh Yulianna.

Yulianna mencoba melawan dengan memberikan pukulan, tetapi ditangkis oleh pengawal itu. Pukulan Yulianna sangat lambat dan tidak bertenaga, jadi mudah saja bagi Hon menangkis serangan itu. 

"Lepaskan!" teriak Yulianna berusaha melepaskan pergelangan tangannya yang sudah berada di genggaman laki-laki bertubuh kekar itu.  

Melihat ada sebuah vas bunga, Yulianna pun meraih dan melemparkannya ke arah Hon memakai satu tangannya yang bebas. Namun, masih dengan mudah juga Hon mengelak. Hon kini meraih kedua tangan Yulianna dan digenggamnya erat-erat. 

Yulianna masih mencoba melancarkan aksi perlawanan dengan sebuah tendangan tepat ke selangkangan Hon. Hampir saja mengenai Hon karena lelaki itu refleks menghindar dan hanya mengenai pahanya. 

“Kau terus saja memberontak, ya!” umpat Hon. 

Merasa geram, Hon melayangkan sebuah tamparan hingga akhirnya Yulianna terjatuh. 

Sebuah tamparan keras yang telah mendarat di pipi Yulianna, kini membuat sebuah memar dan pendarahan di sudut bibirnya. 

Yulianna yang mengusap darah tersebut sambil menangis. Meringis bersedih dirinya meminta ampun karena tidak berdaya menghadapi dua pria berbadan kekar sedang mengintimidasi dirinya. 

"Aku mohon lepaskan aku, apa pun yang kalian inginkan, aku akan menurutinya," pinta Yulianna di antara ketakutan. 

Related chapters

  • Petarung Tangguh!   BAB 6

    Senyum kecut tampak dari kedua pria itu, salah satu dari mereka mengangkat tubuh Yulianna dan melemparkannya ke atas ranjang. "Diam! Kami akan mengajakmu bersenang-senang dan kemudian membuatmu tertidur untuk selamanya," ujarnya tertawa dengan nada yang menakutkan. Benar dugaan Yulianna, mereka mempunyai niat yang buruk. Yulianna mendengar perkataan itu pun langsung mendapati dirinya ketakutan yang sangat getir. Bibirnya gemetar dan kini dia di antara penyesalan telah berhubungan dengan Rita. Dia tahu, mereka adalah orang suruhan Rita sebab pernah melihatnya."Kumohon jangan bunuh aku! Apa pun silakan kalian lakukan, tapi jangan bunuh aku," lirih Yulianna dengan suara hampir yang tak bisa terdengar.Hon mengabaikan permohonan itu. Dirinya yang sudah tidak sabar langsung melepas bathrobe dari tubuh Yulianna dan membuangnya ke lantai. Kini yang terlihat hanya tubuh polos Yulianna di hadapan Hon dan rekannya, membuat mereka dipenuhi hawa nafsu yang meningkat.Yulianna tak sempat membero

    Last Updated : 2021-11-18
  • Petarung Tangguh!   BAB 7

    Dengan sigap, Hon menekan kedua tangan Yulianna. "Ternyata kau sudah sadar kembali,” ucap Hon.Wanita itu yang mengingat dirinya telah dilecehkan, hanya bisa pasrah dan kenapa dirinya masih hidup dan mendapatkan pelecehan sampai saat ini. Yulianna menyadari bahwa tempat kali ini juga berbeda dan bukan di kamar hotel. Melawan pun dirinya tak ada guna karena kalah tenaga.Yulianna hanya bisa menahan tangis. Merasa jijik dengan tubuhnya sendiri. Guncangan hebat wanita itu rasakan. Saat menoleh ke arah kiri, tanpa sengaja Yulianna melihat sebuah pisau cutter dan beberapa alat tulis di atas meja. Perlahan, tangan terjulur untuk mengambil benda itu tanpa diketahui oleh Hon. Yulianna meraih sebuah cutter.Tentu saja lelaki itu tak sadar karena dia terlena akan kenikmatan dunia. Merasakan sudah waktu yang tepat, dengan gerakan cepat, Yulianna menancapkan pisau itu ke arah Hon.“Matilah kau!” Yulianna menekan kuat dan dalam benda berujung runcing itu. “Argghhh.” Hon berteriak menahan kesakita

    Last Updated : 2021-11-18
  • Petarung Tangguh!   BAB 8

    Merasa khawatir dengan keadaan Yulianna, dirinya menghampiri sang istri dan bertanya di mana diri David berada. "Apa yang telah terjadi? Kenapa dirimu kotor begini dan pakaianmu robek, ceritakan! Dan di mana David berada?" Harry bertanya secara terus-menerus kepada diri Yulianna. "Maafkan aku yang kotor dan hina ini, Suamiku .…" Hanya tangisan yang terdengar dari mulut Yulianna, dia secara terus menerus mengumpat diri sendiri dan meminta maaf karena selama ini dirinya sangat kejam kepada Harry dan David. “Dasar anak kurang ajar, beraninya kamu pulang setelah apa yang kamu perbuat?” Yansen membentak Yulianna, seketika amarahnya meledak.“Ayah, cukup. Lebih baik kita tanyakan kepadanya langsung di mana posisi David berada,” cegah Harry.Yansen hanya berpaling, wajahnya tidak sanggup melihat anak kandungnya sendiri yang sudah sangat keterlaluan baginya.Harry memeluk tubuh istrinya dan menutupi tubuh Yulianna dengan jaket miliknya, bertujuan agar dapat menenangkan hati dan perasaan sed

    Last Updated : 2021-11-18
  • Petarung Tangguh!   BAB 9

    David bergeming dari tempatnya.“Pergi kau dari sini!” Nada bicara Imannuel mulai naik satu oktaf. “Kau yakin tak akan menyesal?” tanya David. Mencoba mengingatkan kembali. “Menyesal? Ada keluarga Luchio yang melindungiku. Aku bahkan tak takut untuk berperang,” jawabnya. Berhenti menyantap makanan dan minum lalu mengelap mulut memakai serbet.“Penyesalan adalah neraka terjahanam saat masih hidup,” sinis lelaki berambut klimis itu kepada David. “Immanuel, aku ke sini untuk memberi kesempatan bertobat, bukan berperang!” tukas David. “Ya. Terserah.” Roman muka berang tampak dari Immanuel karena kehadiran David sangat mengusik acara santap makan siangnya.“Thank you!. Dasar orang asing sialan!” Immanuel mencibir, marahnya memuncak lantas membalikkan meja, berdiri bersiap menghajar David.“Hei, Immanuel! Kau akan mendapatkan balasan karena menghina orang asing. Dasar makhluk tak berakal!” Seringai senyuman terlihat dari wajah David.“Hei, Bocah! Kau mengataiku? Kau bicara apa tadi?” Ge

    Last Updated : 2021-11-18
  • Petarung Tangguh!   BAB 10

    “Aku tidak membunuhmu lebih cepat karena empat orang suruhanmu menghalangiku sebelumnya dan ini akan menjadi yang terakhir. Aku akan meninggalkan Italia, dan tak akan pernah kembali. Jangan mencariku,” ujar David. “Karena kau tidak akan bisa lakukan itu, dirimu akan meledak. Selagi kau masih di dalam sana. Hei, Alex! Kau memang tak pantas menjadi bos,” seru David. Alex tercenung mendengar ucapan David. Seketika semua balai milik Alex hancur karena ledakan bom. Semuanya luluh-lantak menjadi tanah. Termasuk Alex yang sudah hancur berkeping-keping karena tak sempat menyelamatkan diri. David yang ternyata menelepon sudah di dalam pesawat exclusive, menghancurkan sim card yang dia keluarkan dari smartphone-nya agar tidak bisa dilacak.Lelaki itu membuka topeng silikon. Ternyata selama misi berlangsung, David selalu mengenakannya. Terlihat wajah asli yang tampan dan masih terlihat muda Dalam perjalanan David memejamkan mata untuk beristirahat dari misi yang melelahkan.David dijuluki Cod

    Last Updated : 2021-11-18
  • Petarung Tangguh!   BAB 11

    "Ya?” tanya David, menoleh. "Ini hadiah untukmu, Kau bisa bersekolah. Pokoknya kau tahunya beres dan bisa punya kehidupan baru sebagai remaja pada umumnya," jawab Mayor Sean sambil menyerahkan semua berkas data identitas kepemilikan David secara khusus untuknya."Apa ini?" tanya David yang kebingungan. Menatap berkas-berkas tersebut. "Kau ini, ya! Walaupun bertanya seperti itu, wajahmu pun tak berekspresi, kau bisa pulang,” jawab Mayor Sean.David mengangkat kepalanya. Mengerjap mata berkali-kali. "Pulang?" David tidak percaya."Ya, ke Indonesia, kamu bisa menginap di rumahku di sana,” ucap Mayor. "Kau mempunyai rumah di Indonesia, Mayor?" tanya David."Ada, nanti kau tinggal bersama Kakek dan Adik perempuanku," jawab Mayor Sean. "Wah ... Mayor punya saudara perempuan, ya?" Kapten Jimmy memotong ucapan Sean."Ada," jawab Sean singkat."Kau jangan mencoba-coba berniat jadi adik ipar, ya, David." Jimmy mencekik ringan leher David menggunakan lengan ."Eh, tidak," ucap David mengulas

    Last Updated : 2021-12-27
  • Petarung Tangguh!   BAB 12

    "Oh, ya, satu lagi, Letnan memohon maaf karena tidak bisa ikut serta dalam perayaan ini. Kau tahu kan beliau sedang sibuk menjalankan tugasnya,” tambah Sean. "Inilah yang dinamakan keluarga itu?" David bertanya."Tentu saja, kau ini memang cerdik, tapi aku lupa kau tetaplah anak remaja yang masih polos." Sean menepuk jidatnya sambil tertawa."Ingat, kami semua adalah keluargamu, David.” Jimmy ikut menyela."Jasamu selama ini sangat besar dan berarti bagi kami semua,” tambah sang Kapten. Tak hanya Jimmy, semua orang ikut berbicara kepada David."Oh, iya, David, hubungi kami sesampainya di sana, jangan lupakan kami,” ujar Sean. "Iya, benar,” sahut yang lain.David tersenyum sambil mengangguk. "Beritahu kami apakah saudari Mayor Sean itu cantik atau tidak?" Wright bertanya dengan mengedipkan matanya."Hey, kau mau mencoba jadi besanku, Perwira Wright? Jessica, adikku pasti sangat cantik, bukan saja cantik, melainkan dia terkenal karena kecerdasannya di dunia pendidikan," ujar Sean."W

    Last Updated : 2021-12-28
  • Petarung Tangguh!   BAB 13

    "Dari pembicaraan di kantor guru, aku juga mendengar dia pindahan dari luar negeri," ucap seorang siswi. "Apa, luar negeri? Bule, ya?" terka siswi lainnya. "Kau tidak sedang bercanda, kan?" Salah seorang dari mereka, bertanya. "Tidak, tidak, aku tidak sedang bercanda,” jawabnya. "Ah, tercium akan banyak yang rajin masuk sekolah,” timpal seorang siswa. Mendengar gosip pagi hari para siswi yang heboh dengan isu kedatangan murid baru dari luar negeri. "Uwah! Membayangkannya, sepertinya aku nggak bakal bisa tidur hari ini,” ujar Siswi. "Anak pindahan di kelas tiga? Itu pasti dia!" Jessica hanya mendengarkan dan dapat menyimpulkan sesuatu saat beberapa teman sekelasnya sedang asyik bergosip. Jessica mendengar celotehan para siswi sambil menggambar sesuatu di buku tulis, mengingat suatu peristiwa saat dia bersama kakeknya menunggu David di bandara. "Kak David pasti sudah masuk kelas sekarang,” batin Jessica. Gadis itu pun hanyut dalam lamunan. Satu tangan menopang dagu. Memutar k

    Last Updated : 2021-12-28

Latest chapter

  • Petarung Tangguh!   BAB 38

    Gerakan David yang lincah dapat menghindari pukulan lalu menggerakkan tangan dengan cepat meraih belakang kepala Paul dan menghantam wajah pemuda itu ke lantai. Dalam sekali dorongan, Paul tergeletak dan pingsan seketika. "Sialan!" Larry berteriak. "Ayo, kali ini kita jangan sampai kalah lagi! Maju semua!" sambungnya dalam kemarahan dan tidak mau menerima penghinaan dari David. David yang dipenuhi marah tidak lagi memperdulikan hal lain dan menghantam mereka satu per satu sampai benar-benar terluka. Tiba giliran Larry, mendaratkan kayu mengarah ke David. Bukannya mundur, David malah maju selangkah dan berhasil menghindarinya, kemudian dengan satu entakkan memukul tangan Larry mengakibatkan senjata terlepas. David hendak melancarkan pukulan, tetapi Kevin ingin menyerangnya dari belakang, justru hal tersebut disadari oleh David. Memutar badan sambil menendang wajah Larry dan bergerak ke samping, dia berhasil menghindari serangan Kevin.Menangkap pergelangan tangan Kevin, kemudian d

  • Petarung Tangguh!   BAB 37

    Tujuan hidup David sudah ditentukan dengan melindungi orang sekitarnya, bukan membunuh manusia tak bersalah, seperti masa lalu kehidupan yang pernah dia jalani. Setelah menghubungi Victor beralasan ingin mengurus sesuatu hal yang penting dan meminta maaf karena menggunakan kurir untuk mengirim selai pesanan. David berencana pergi ke sekolah mengambil barang milik Jessica yang sempat tertinggal, kemudian memberi perhitungan. David berjalan dengan penuh marah, mengotak-atik ponsel menghubungi seseorang untuk mencari informasi tentang Kevin ataupun Lisa. "Siapa lagi kalau bukan Adi, pasti dia tahu sesuatu tentang mereka." David menggerutu, mengepalkan tangannya geram. Pembicaran yang singkat antara David dan Adi melalui telepon. Setelah mengetahui informasi, David pergi menemui Kevin, sedangkan Adi yang belum tahu permasalahannya, kembali ke sekolah mengambil barang pribadi milik Jessica, atas permohonan David. Tiba di sebuah base camp 'tempat berkumpul Kevin and genks ketika bolos m

  • Petarung Tangguh!   BAB 36

    "Pelan-pelan, Kak," sambungnya spontan hendak memegang tangan David yang sangat telaten merawat luka di wajahnya."Ya … ini udah pelan, kok, bagaimana bisa kamu mendapatkan luka sebanyak dan separah ini?" David menjawab dan kemudian bertanya kepada Jessica."Aku tadi terjatuh ketika mau berangkat ke sekolah," jawab Jessica tertunduk dan menggigit bibirnya sedikit. "Jadi … kamu tadi terjatuh ketika hendak pergi ke sekolah? Benarkah?" tanya David kembali. "Aku lari terburu-buru, tidak memperhatikan jalan dan tersandung." Bibir Jessica gemetar karena gugup. "Begitukah?" David sangat memahami luka jatuh tidak akan separah ini. Jessica membisu dipenuhi rasa bersalah karena sudah membohongi David. David sudah tau bahwa Jessica menutupi kejadian sebenarnya, tetapi dia bersikap tenang seperti biasanya. Salah satu watak David adalah terbiasa selalu tenang dalam keadaan genting apa pun. Pengalaman yang mengajarkannya untuk bisa mengontrol pikiran dan emosinya. "Lebih parah dari tertabrak

  • Petarung Tangguh!   BAB 35

    "Apa kau melihat wajah orang yang memukulmu, Jessica?” tanya Kepala Sekolah mencoba membela Lisa berharap mengetahui kebenaran sesungguhnya. Kepala Sekolah yang tidak mau kehilangan salah satu donatur terbesar harus segera menyelesaikan permasalahan yang diperbuat oleh Lisa dengan menutupi kasusnya. "Mukanya memang tertutup, tapi aku yakin itu benar Lisa," teriak Jessica, dia harus meyakinkan diri sendiri agar tidak tersudut atas perilaku semua orang yang tidak percaya kepadanya. "Apa yang kau lakukan? Kau memanggil Polisi dan Kepala Sekolah untuk menuduh anak saya sebagai kriminal, begitu? Terus juga tanpa bukti yang jelas!" Ningsih, ibu kandung Lisa angkat bicara berdiri dari tempat duduk. Dengan ciri khas gaya elegan rambut pendek sebahu, memakai anting berlian yang berkilau dan aksesoris perhiasan mewah lain menghiasi penampilan. Seolah ingin menunjukkan dan memamerkan siapa dirinya. Ningsih bukan menegur anaknya yang bersalah, justru menambah keruh keadaan dan tetap ingin memb

  • Petarung Tangguh!   BAB 34

    “Jessica pulang secepat ini?” gumamnya. Dia masuk ke dapur mencari selai yang dikatakan kakek. Namun, sebelum dia pergi lagi, dia melihat pintu kamar Jessica yang tertutup. “Mungkin dia sangat lelah, sebaiknya aku tidak mengganggunya.” David berpikir akan langsung kembali ke toko. Dia keluar melihat kembali sepatu Jessica yang tergeletak tidak beraturan, dia berniat menaruhnya di rak sepatu. Namun, matanya terfokus melihat ada bercak darah di sepatu Jessica. David menyentuh bercak merah dan menciumnya memastikan bahwa itu benar darah. Dia terbelalak dan kembali menaiki anak tangga dengan cepat lalu mengetuk pintu kamar Jessica. “Jessica ....” “Jessica, buka pintunya! Kau pulang lebih awal?” tanya David menutupi rasa curiganya. “Jessica!” serunya lagi memanggil.Namun, tanpa ada jawaban dari dalam. “Jessica, aku tahu kau di dalam, buka pintunya!” pinta David sedikit berteriak. “Kak, aku sangat lelah, aku ingin istirahat sebentar, kebetulan sekolah memang pulang cepat, nan

  • Petarung Tangguh!   BAB 33

    Sementara itu di sekolah sedang jam istirahat, Jessica memutuskan untuk ke perpustakaan. “Jessica!” seru Evelyn. Jessica hanya berbalik badan memandang Evelyn dengan perasaan cemasnya. “Aku minta maaf soal kejadian kemarin, Kakak kamu jadi kena suspensi,” jelas Evelyn. Jessica masih terdiam tanpa respons.“Kevin dan yang lain tidak sengaja membuat Kakakmu terkena hukuman suspensi,” sambung gadis itu. “Aku tidak mempermasalahkannya,” Jessica sangat gugup karena perasaannya makin tidak keruan. “Untuk menebusnya, aku mentraktirmu di kafe depan,” ungkap Evelyn. “Tidak perlu, Evelyn!” Jessica mencoba menolak ajakan Evelyn. “Ayolah, kau tidak menghargaiku kalau begitu!” Evelyn memasang raut wajah kecewanya. “Baiklah.” Jessica pasrah mencoba percaya kepada Evelyn karena ucapan yang sepertinya tulus. “Ayook!” Evelyn menggandeng Jessica berjalan keluar gerbang sekolah. Semula Jessica tidak merasa curiga, tetapi hingga pada akhirnya di suatu gang kecil, Evelyn beralasan bahwa ponseln

  • Petarung Tangguh!   BAB 32

    “Kakek, apa yang mendorongmu membuka toko kue?” tanya David dengan memperhatikan Victor yang sedang mengolah bahan kue. “Kue yang manis, lembut, memanjakan lidah mampu merangsang perasaan hati dan pikiran menjadi positif, David,” jelasnya meminta David mencoba kue buatannya. “Kau tahu, David? Menghiasnya juga dibutuhkan cinta, di dalamnya tidak hanya manis, dia penuh dengan kasih sayang.” Victor memberi toping cream pada setiap pancake buatannya. David penasaran karena aroma yang menggoda, mencoba mengambil kue dan memakannya. “Enak, Kek,” pujinya. “Tentu saja, sesuatu yang dimulai dari hati yang tulus akan membuahkan hasil yang maksimal,” jelas Victor. “Kakek kenapa tidak terjun dalam bisnis lain?” tanya David, masih mengunyah kue. “Tidak, aku ingin melihat senyuman di wajah setiap orang dengan hal kecil, seperti itu contohnya. Kau tau, gigitan kecil membuatnya tersenyum bahagia.” Victor menunjuk ke arah salah satu pelanggan wanita dan putrinya yang sedang menikmati kue. “Mere

  • Petarung Tangguh!   BAB 31

    “Kakek butuh istirahat, besok harus ke toko, kan?” tanya Jessica. “Ahh, benar, tapi besok aku akan mempunyai partner untuk membantuku.” Kakek melirik David. “Kakak, kan, sekolah besok, eh ....” Jessica menutup mulutnya teringat bahwa David mendapat suspensi dari sekolah. Dia sontak menunduk terlihat murung merasa bersalah kembali. “Tentu, Kek, ini sebuah keberuntungan, aku bisa membantumu di toko seharian penuh besok.” David memahami perasaan Jessica mulai berbicara dengan nada semangat. “Baiklah, ayo kembali ke kamar. Kamu besok sekolah, kan, Sayangku, dan kau David, harus membantuku di toko.” Victor berkata sambil berdiri meregangkan otot-otot di tubuhnya. “Selamat malam cucu-cucuku,” lanjut Victor lalu meninggalkan mereka. “Selamat malam, Kek,” ucap David dan Jessica bersamaan. Mereka berdua pun berjalan menuju kamarnya masing-masing. “Jessica,” lirih David memanggil Jessica. “Iya, ada apa, Kak?” tanya Jessica menoleh. “Bagaimana dengan besok?” Tanya David.“Tentu saja be

  • Petarung Tangguh!   BAB 30

    “Tidak perlu. Ini sangat enak,” ujar David. Berkata yang sebenarnya. “Benarkah? Jangan dipaksakan jika memang tidak menyukainya,” tambah Kakek. “Tidak, Kek, ini sungguh enak, aku hanya baru merasakannya.” David melanjutkan suapan berikutnya. Memang benar, makanan itu terasa enak di lidah David yang baru pertama kali menyantapnya. “Tentu saja, hot pot ini sudah terkenal dengan kelezatannya dan juga cara memasaknya yang berbeda," papar Jessica. Mengulas senyum tipis. Jessica meneguk segelas air dan mengelap bibirnya lalu berdiri menuju wastafel. “Hei, kami baru saja mulai dan kau sudah menghabiskannya?” ledek Kakek tertawa untuk Jessica. Jessica hanya tersipu malu. Sedikit menundukkan kepalanya. “Kau tau, David? Jessica itu hanya kecil tubuhnya, tapi bisa menghabiskan makanan dalam jumlah besar," sahut Kakek. Berbicara kepada David, tetapi melirik ke arah Jessica.“Kakek, berhentilah dan cepat makan! Kau bisa tersedak,” cibir Jessica dengan nada manja. Belum juga selesai berbicar

DMCA.com Protection Status