"Oi, apakah kalian memperhatikan bahwa tomat Abdul Rozak tiba-tiba tumbuh begitu cepat dan baik?" Setiap orang yang melewati ladang tomat Abdul Rozak pasti akan terkejut ketika melihat tomat yang unggul dan bulat seperti lentera merah. "Iya, aku juga menyadarinya. Aneh. Meski sebelumnya tomatnya tidak cukup baik, tapi sekarang sesempurna ini. Lihat, batang tomatnya sebesar pohon. Buahnya besar dan bulat." "Keluarga mereka selalu mendapatkan panen tomat yang bagus. Beberapa restoran di Kota Greenland dan Kabupaten Greenland memesan tomat dari mereka." "Benar, kalau tidak, mereka tidak akan menanam tomat setiap tahun! Tapi panen terbaru ini sungguh luar biasa. Melihat tomat-tomat itu membuat mulutku berair." Seorang penduduk desa mengulurkan tangan untuk mengambil tomat. "Aku akan mengambil satu untuk dicicipi!" "Oi, sedang apa kalian?" Nani Suryani pergi untuk memeriksa ladang tomat ketika dia melihat kerumunan orang di sana. Dia juga memperhatikan seseorang memetik tomatnya.
Amanda Santika tidak dapat mempercayai matanya sendiri. Dia melihat seorang mayat yang tergeletak sudah dibungkus dengan kain kafan tak bernyawa di hadapannya adalah Raka putranya sendiri."Tidak... Raka... Ini ibu, Nak. Ibu sudah kembali!" teriak Amanda Santika bersimpuh di sisi ranjang rumah sakit dan menutupi wajahnya saat dia menangis!Suara tangisannya dipenuhi rasa tidak percaya, putus asa, dan rasa bersalah yang luar biasa. Hanya dalam waktu lima tahun telah berlalu sejak anaknya dilahirkan. Amanda Santika jarang memikirkan putranya, selain melihatnya ketika anaknya lahir. Itu adalah sebuah tamparan yang keras di dalam hidupnya yang tidak pernah memperhatikan putranya. "Ibu! Tenanglah kakak sudah ada di sini," ucap seorang pria muda tersentak kaget menghampiri wanita yang sudah cukup tua dan Amanda Santika. Kemudian, seorang wanita yang sudah cukup tua memarahi Amanda Santika dengan berkata, "Apakah yang kamu tahu hanyalah menangis? Amanda Santika! Apa gunanya menangis sekara
Amanda Santika memegang ponselnya, dan menatap layar ponselnya dengan mebelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat. “Apa? Waktu dan tanggal sekarang telah berubah!” gumam Amanda Santika dengan terkejut seolah-olah tidak percaya. Amanda Santika ingat betul jika kemarin adalah pemakaman Raka, tepat pada 11 Oktober 2028. Namun waktu yang ditampilkan di layar adalah 19 Juli 2022!“Apa? Sekarang tanggal 19 Juli 2022? Mungkinkah telepon aku rusak?” tanya Amanda Santika kebingungan sambil menggaruk kepalanya. Amanda Santika segera memeriksa masuk ke dalam akun ponselnya, dan kemudian dia menyadari ada hal lain yang tidak beres. Itu bukan ponsel miliknya, setidaknya dia ingat jika dia memiliki ponsel pintar!Ponsel yang dipegang oleh Amanda Santika adalah ponsel yang dia beli saat pertama kali mendapat gaji pertama dalam pekerjaannya. Dia tidak punya banyak uang, jadi dia membeli ponsel bekas yang murah hanya untuk menjawab panggilan ketika dibutuhkan.Bahkan setelah
“Ah... Aku harus mengabaikan ketidaknyamanan di sekujur tubuhku,” gumam Amanda Santika segera meninggalkan kamar hotelnya. Amanda Santika tahu bahwa kehidupan sulit menantinya di perusahaan.Di kehidupan sebelumnya, pikirannya kosong ketika dia terbangun di hotel. Itu karena dia baru saja tidur dengan seorang pria yang merupakan jebakan dari dua orang brengsek itu. Dia tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi dia sangat malu karena tindakannya itu.Ketika Amanda Santika bangun dan melihat darah dan bintik-bintik merah lainnya di tempat tidur, dia diliputi rasa takut, ngeri, dan rasa bersalah yang besar terhadap pacarnya. Dia telah kehilangan kesuciannya, dan ini merupakan pengkhianatan serius terhadap pacarnya.Amanda Santika pingsan di tempat tidur dan mulai menangis sampai teleponnya berdering. Ketika dia melihat nama di telepon, dia menangis semakin keras.“Raiden,” kata Amanda Santika membaca identitas penelepon di ponselnya. Amanda Santika tidak tahu sudah berapa lama be
Maulana terkejut. Gadis itu mengenakan kacamata model yang menutupi separuh wajahnya. Namun, dia tahu Amanda Santika sangat cantik.Sesaat kemudian, sudut bibir Maulana melengkung, dan dia setuju menganggukan kepalanya dengan berkata, "Baiklah, aku akan membantumu."Maulana menyeka debu dari pakaiannya dan mengikuti gadis itu ke dalam perusahaan Grup Solusi Sinergi. Mereka baru saja melangkah melewati pintu ketika dia mendengar keributan."Hei! Bukankah ini Amanda Santika? Di mana dia menemukan wajah yang pria jelek ini?""Dia melacurkan dirinya sendiri tadi malam, tapi dia datang ke perusahaan seolah-olah tidak terjadi apa- apa. Bagaimana dia akan menghadapi pacarnya Raiden?" hardik salah satu karyawan suruhan Wayan untuk mengintimidasi Amanda Santika. "Benar. Manajer Raiden terlalu baik untuknya. Siapa pun bisa melihatnya. Tapi dia masih belum puas. Dia menjual dirinya kepada pria hidung belang! Dasar pelacur!" hina karyawan gadis dipenuhi rasa cemburu ketika dia mengatakan ini.“P
Lailah Latifah mengincar untuk merendahkan Amanda Santika karena mereka berasal dari sekolah yang sama. Mereka magang di perusahaan yang sama dan diterima di waktu yang bersamaan. Mereka juga menyukai orang yang sama. Artinya kemanapun mereka menjadi pusat perhatian, orang-orang akan membandingkannya. Baik di sekolah atau di perusahaan, tetapi Amanda Santika lebih unggul daripada Lailah Latifah. Inilah mengapa Lailah Latifah sangat membenci Amanda Santika.Namun, alasan utamanya sebenarnya adalah Raiden. Lailah Latifah sangat mencintai Raiden ketika mereka masih di sekolah. Dia bahkan mengaku pada Raiden, tapi sayangnya dia ditolak.Amanda Santika tidak mengetahui hal ini karena dia hanya menatap Raiden dan yang lainnya tidak penting.Di kehidupan sebelumnya, Amanda Santika dijatuhkan harga dirinya oleh Lailah Latifah ketika dia sampai di perusahaan. Kejadian malam sebelumnya sudah mengguncangnya.“Apakah kalian yakin jika wanita yang berada di foto itu adalah diriku?” tanya Amanda S
“Raiden si Brengsek!” pekik Amanda Santika dan semua orang tercengang dengan pilihan kata-kata Amanda Santika.Semua orang tahu bahwa Amanda Santika dan Manajer Raiden adalah berpacaran. Raiden memperlakukan Amanda Santika dengan sangat baik, meskipun Amanda Santika tidak begitu menarik. Hal itu membuat para wanita di perusahaan itu iri dan cemburu. Raiden sangat teliti dalam cara dia menyatakan cintanya pada Amanda Santika.“Kenapa Amanda Santika mengucap hal itu? Bukankah dia bersama Raiden berpacaran?” tanya salah satu karyawan wanita secara berbisik kepada temannya namun tetap terdengar oleh Amanda Santika. “Entah aku juga tidak tahu,” sahut teman karyawan wanita tersebut.Di tempat kerja, Raiden tidak bisa menjaga Amanda Santika di sisinya, jadi dia meminta teman-temannya untuk menjaga Amanda Santika dengan baik. Dia akan dengan sabar mengajarinya jika dia memiliki sesuatu yang dia tidak mengerti.Di luar jam kerja, Raiden juga selalu perhatian pada Amanda Santika. Amanda Santik
Walaupun Raiden dan Wayan menjebak Amanda Santika dengan pria itu, Raiden sangat marah atas pengkhianatan tersebut ketika dia melihat kemerahan di leher Amanda Santika. Raiden sangat marah sampai dia menampar Amanda Santika! Rasanya Amanda Santika benar-benar mengkhianatinya.Kemarahan Raiden menutupi pikiran jernihnya. Telapak tangannya mengayun dengan cepat ke arah pipi Amanda Santika. Maulana secara spontan menghentikan tangan Raiden untuk menampar pipi Amanda Santika yang kedua kalinya. "Siapa kamu?" Raiden bertanya dengan memasang ekspresi marah dan tatapan tajam yang mengintimidasi ketika seorang pria menghentikannya. Dia belum pernah melihat pria itu sebelumnya, jadi Raiden merasa kebingungan melihat wajah Maulana. Setiap orang yang melihat Maulana pasti terpesona karena penampilannya yang menawan dan sikapnya membela wanita yang luar biasa.“Mungkinkah dia adalah klien perusahaan ini?” ucap Raiden di dalam hatinya dan menahan diri untuk tidak melampiaskan rasa marah karena di
"Oi, apakah kalian memperhatikan bahwa tomat Abdul Rozak tiba-tiba tumbuh begitu cepat dan baik?" Setiap orang yang melewati ladang tomat Abdul Rozak pasti akan terkejut ketika melihat tomat yang unggul dan bulat seperti lentera merah. "Iya, aku juga menyadarinya. Aneh. Meski sebelumnya tomatnya tidak cukup baik, tapi sekarang sesempurna ini. Lihat, batang tomatnya sebesar pohon. Buahnya besar dan bulat." "Keluarga mereka selalu mendapatkan panen tomat yang bagus. Beberapa restoran di Kota Greenland dan Kabupaten Greenland memesan tomat dari mereka." "Benar, kalau tidak, mereka tidak akan menanam tomat setiap tahun! Tapi panen terbaru ini sungguh luar biasa. Melihat tomat-tomat itu membuat mulutku berair." Seorang penduduk desa mengulurkan tangan untuk mengambil tomat. "Aku akan mengambil satu untuk dicicipi!" "Oi, sedang apa kalian?" Nani Suryani pergi untuk memeriksa ladang tomat ketika dia melihat kerumunan orang di sana. Dia juga memperhatikan seseorang memetik tomatnya.
Pagi itu, Abdurrahman Wahid menerima kabar dari kepala desa bahwa sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa tanah mereka di belakang gunung. Namun, mereka ingin tahu bagaimana cara menghitung biaya sewanya. Sebagian kecil tidak memberikan jawaban konkret. Sejumlah keluarga langsung menolak. Mereka lebih memilih membiarkan tanahnya membusuk daripada menyewakannya kepada keluarga Abdurrahman Wahid. Oleh karena itu, Abdurrahman Wahid dan Amanda Santika memutuskan untuk pergi ke rumah kepala desa untuk mengetahui detailnya dan membuat rencana. Abdurrahman Wahid menyerahkan sebungkus rokok kepada kepala desa dan bertanya, "Kepala desa, apa yang dikatakan penduduk desa?" Kepala desa mengambil rokok dan sedikit mengernyit, "Abdurrahman, Amanda Santika, sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa. Tanah di sana berpasir. Kalian bisa menanam kacang tanah, ubi jalar, atau buah naga, tetapi lahannya jauh dari desa. Jika biaya sewanya masuk akal, kamu akan menyelamatkan mereka dari
Nanang Avianto dan teman-temannya mengikuti sekelompok anak-anak itu ke gunung. Sepanjang perjalanan, mereka kembali diperlihatkan betapa pintarnya Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar. Mereka tidak memakan apa pun yang ditanam penduduk desa, dan mereka hanya merumput di pinggir jalan.Oki Fahmi mengantar Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar ke pegunungan.Nanang Avianto dan kedua temannya menemukan lebih banyak hal menarik ketika mereka sampai di pegunungan. Mereka menemukan sarang burung di pohon, buah beri liar, dan jamur gunung."Jamur apa ini? Indah sekali!" Nanang Avianto memperhatikan jamur berwarna merah cerah. "Ini seperti batu merah delima. Bolehkah aku memakannya?"Oki Fahmi memutar matanya lalu berkata, "Jika kamu ingin mati, maka kamu bisa memakannya!" Mata mudanya dipenuhi dengan rasa jijik, "Tidakkah kamu tahu bahwa semakin berwarna jamur, semakin beracun jamur tersebut? Apakah kamu benar-benar teman sekelas Kak Salman Alfarisi? B
Ketiganya berkonflik saat melihat tomat mereka yang ditolak oleh seekor sapi. Anak sapi itu tidak mau memakan tomatnya, dan mereka tidak bisa membuangnya. Jadi siapa yang akan memakannya? Mereka sangat terpukul. Nanang Avianto tiba-tiba berseru, “Tunggu, tunggu. Apakah anak sapi itu memutar matanya ke arah kita? Apakah kamu melihatnya?” Selain Amanda Santika, semua orang menoleh ke arah Si Cokelat Kecil. “Ya. Kamu kali ini benar, Nanang. Anak sapi itu memutar matanya dengan jijik ke arah kamu!” Bambang tersentak, “Apakah dia sejenis anak sapi ajaib yang dimiliki oleh Kak Amanda Santika?” Syarif tertawa, “Apakah kita berada di dunia khayalan?” Kemudian, dia menoleh ke arah Amanda Santika dan memuji, “Kak Amanda Santika, Si Cokelat Kecil sangat pintar!” Oki Fahmi dan anak-anak lainnya mengikuti mereka. Pada saat itu, Oki Fahmi berkata, “Itu bukan apa-apa. Si Cokelat Kecil adalah pahlawan yang menyelamatkan induknya, ketika induknya dimasukkan ke rumah jagal Si Cokelat Kecil mena
Oki Fahmi berjalan keluar dengan kepala menunduk dan mengaku demi keringanan hukuman, lalu berkata, "Kak Amanda Santika, maafkan aku. Aku terlalu main-main bersama teman-teman dan lupa mengawasi Si Cokelat. Aku membiarkan dia makan tomat di kebun milik Paman Abdul Rozak." Salman Alfarisi menambahkan penjelasannya, "Kak, Si Cokelat Kecil sudah makan tomat dan kecambah tomat Paman Abdul Rozak." Amanda Santika segera memahami segalanya. Dia berjalan menuju Abdul Rozak lalu berkata, "Paman Abdul Rozak, karena sapiku telah memakan sayuran dan buah-buahan milik Paman, maka aku harus memberikan ganti rugi kepada Paman." Abdul Rozak tersenyum, "Ini hanya beberapa buah-buahan dan kecambah. Tidak perlu ganti rugi. Tapi..." Dia melirik ke arah Oki Fahmi, "Anak itu telah gagal sebagai penggembala sapi. Syukurlah, Si Cokelat Kecil memakan tomat di kebunku. Jika dia telah menerobos masuk ke rumah penduduk desa lain, mereka mungkin tidak akan begitu memaafkan." Amanda Santika langsung menger
Nama panjang Oki adalah Oki Fahmi, anak kecil yang menggembalakan kedua sapi milik Amanda Santika. Oki Fahmi menundukkan kepalanya dan mengikuti di belakang Paman Abdul Rozak. Paman Abdul Rozak memegang seekor anak sapi di tangannya. Oki Fahmi memohon, “Paman Abdul Rozak, bisakah kita tidak pergi ke rumah bibiku? Aku berjanji akan mengawasi Si Cokelat mulai sekarang! Aku tidak akan membiarkan dia melakukan ini lagi!” Si Cokelat adalah nama yang diberikan Oki Fahmi pada anak sapi itu. Oki Fahmi merasa frustrasi. Si Cokelat biasanya sangat patuh. Dia tahu apa yang boleh dimakan dan apa yang tidak boleh dimakan. Namun, ketika Oki Fahmi sedang pergi berburu sarang burung bersama teman-temannya, Si Cokelat mengunyah sebidang bibit muda. Dan dia tertangkap basah. Jantung Oki Fahmi berdebar kencang. Dia malu menghadapi Amanda Santika. Dia telah mengecewakannya. Dia takut sepupunya tidak mengizinkannya menggembalakan sapi lagi. Kemudian, dia akan kembali menerima pukulan dari ayahnya.
Keesokan paginya, Pak Abdurrahman pergi mencari kepala desa. Nama kepala desanya adalah Abu Bakar. Dia tinggal di sebuah bangunan megah dua lantai di tengah-tengah desa. Ketika Abu Bakar melihat Pak Abdurrahman, dia tersenyum dan berkata, "Pak Abdurrahman, jarang sekali kamu datang menemuiku. Apa yang tujuan kamu menemui aku?" Pak Abdurrahman tersenyum dan berkata, "Pak Abu Bakar, saya perlu bicarakan sesuatu dengan kamu." Abu Bakar selalu senang melihat keluarga Pak Abdurrahman karena Amanda Santika telah mengharumkan nama Desa Padi dengan menjadi pencetak prestasi terbaik di desanya. Abu Bakar dipuji oleh para pemimpin kota dan kabupaten Greenland. Abu Bakar tersenyum dan berkata, " Mari masuk dan duduk di dalam rumahku!" Setelah memasuki rumah Abu Bakar, Pak Abdurrahman langsung berkata, "Pak Abu Bakar, putriku Amanda Santika ingin menyewa beberapa bidang tanah di belakang gunung. Pak Abu Bakar, dapatkah kamu membantu saya menanyakan, apakah penduduk desa bersedia menyewakan
“Bibi, biarkan aku, Bambang dan Syarif membersihkan meja dan piring ini,” kata Nanang Avianto menawarkan jasanya. “Terima kasih, anak-anak baik. Bibi merasa terbantu dengan kehadiran kalian,” balas Ibu Amanda dengan bahagia. Teman-teman Salman Alfarisi membagi tugas mereka, ada yang membereskan meja dan ada juga yang mencuci piring. Setelah ketiga siswa disuruh bersih-bersih, Amanda Santika berdiri dan berkata, “Kita perlu mengadakan pertemuan keluarga.” Ayah dan Ibu Amanda mengangguk. Salman Alfarisi mengantar teman-temannya ke kamarnya. Teman-temannya penasaran dengan ‘pertemuan keluarga’ ini, tapi mereka tahu itu terlalu tidak sopan jika ikut campur. Mereka menyadari bahwa mereka cukup iri pada Salman Alfarisi. Di asrama, Salman Alfarisi berasal dari keluarga termiskin. Namun, setelah tinggal bersama Keluarga Amanda, mereka menyadari bahwa Salman Alfarisi adalah yang paling bahagia di antara mereka. Bagi ketiga teman Salman Alfarisi, ibu mereka sibuk bersosialisasi dengan ora
Ketiga teman Salman Alfarisi itu dikejutkan dengan berbagai hidangan lezat yang dihidangkan di atas meja. Semua hidangan yang dimasak oleh Keluarga Amanda tampak seperti makanan rumahan biasa. Ketiga teman Salman Alfarisi berasal dari latar belakang keluarga yang kuat, dan mereka sering mengunjungi hotel bintang lima di Kabupaten Greenland. Namun, tak satu pun makanan yang memiliki aroma yang sangat lezat jika dibandingkan dengan hidangan sederhana di atas meja. Mereka tidak menyangka masakan sayur sederhana bisa begitu sangat harum, hingga membuat mereka mengeluarkan air liurnya. Aromanya yang menyegarkan nafsu makan mereka, dan juga membuat mereka merasa sangat lapar. Nanang Avianto melihat masakannya dan berkata dengan serius, "Kak Amanda Santika, bau hidangan ini sangat enak sekali. Sepertinya kakak pandai memasak!" Kemudian, Nanang Avianto menoleh ke arah Salman Alfarisi, yang baru saja tiba. Dia berteriak, "Salman Alfarisi, kamu sangat beruntung karena kakak kita dan ibu