Ketiganya berkonflik saat melihat tomat mereka yang ditolak oleh seekor sapi. Anak sapi itu tidak mau memakan tomatnya, dan mereka tidak bisa membuangnya. Jadi siapa yang akan memakannya? Mereka sangat terpukul. Nanang Avianto tiba-tiba berseru, “Tunggu, tunggu. Apakah anak sapi itu memutar matanya ke arah kita? Apakah kamu melihatnya?” Selain Amanda Santika, semua orang menoleh ke arah Si Cokelat Kecil. “Ya. Kamu kali ini benar, Nanang. Anak sapi itu memutar matanya dengan jijik ke arah kamu!” Bambang tersentak, “Apakah dia sejenis anak sapi ajaib yang dimiliki oleh Kak Amanda Santika?” Syarif tertawa, “Apakah kita berada di dunia khayalan?” Kemudian, dia menoleh ke arah Amanda Santika dan memuji, “Kak Amanda Santika, Si Cokelat Kecil sangat pintar!” Oki Fahmi dan anak-anak lainnya mengikuti mereka. Pada saat itu, Oki Fahmi berkata, “Itu bukan apa-apa. Si Cokelat Kecil adalah pahlawan yang menyelamatkan induknya, ketika induknya dimasukkan ke rumah jagal Si Cokelat Kecil mena
Nanang Avianto dan teman-temannya mengikuti sekelompok anak-anak itu ke gunung. Sepanjang perjalanan, mereka kembali diperlihatkan betapa pintarnya Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar. Mereka tidak memakan apa pun yang ditanam penduduk desa, dan mereka hanya merumput di pinggir jalan.Oki Fahmi mengantar Si Cokelat Kecil dan Si Cokelat Besar ke pegunungan.Nanang Avianto dan kedua temannya menemukan lebih banyak hal menarik ketika mereka sampai di pegunungan. Mereka menemukan sarang burung di pohon, buah beri liar, dan jamur gunung."Jamur apa ini? Indah sekali!" Nanang Avianto memperhatikan jamur berwarna merah cerah. "Ini seperti batu merah delima. Bolehkah aku memakannya?"Oki Fahmi memutar matanya lalu berkata, "Jika kamu ingin mati, maka kamu bisa memakannya!" Mata mudanya dipenuhi dengan rasa jijik, "Tidakkah kamu tahu bahwa semakin berwarna jamur, semakin beracun jamur tersebut? Apakah kamu benar-benar teman sekelas Kak Salman Alfarisi? B
Pagi itu, Abdurrahman Wahid menerima kabar dari kepala desa bahwa sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa tanah mereka di belakang gunung. Namun, mereka ingin tahu bagaimana cara menghitung biaya sewanya. Sebagian kecil tidak memberikan jawaban konkret. Sejumlah keluarga langsung menolak. Mereka lebih memilih membiarkan tanahnya membusuk daripada menyewakannya kepada keluarga Abdurrahman Wahid. Oleh karena itu, Abdurrahman Wahid dan Amanda Santika memutuskan untuk pergi ke rumah kepala desa untuk mengetahui detailnya dan membuat rencana. Abdurrahman Wahid menyerahkan sebungkus rokok kepada kepala desa dan bertanya, "Kepala desa, apa yang dikatakan penduduk desa?" Kepala desa mengambil rokok dan sedikit mengernyit, "Abdurrahman, Amanda Santika, sebagian besar penduduk desa bersedia menyewa. Tanah di sana berpasir. Kalian bisa menanam kacang tanah, ubi jalar, atau buah naga, tetapi lahannya jauh dari desa. Jika biaya sewanya masuk akal, kamu akan menyelamatkan mereka dari
"Oi, apakah kalian memperhatikan bahwa tomat Abdul Rozak tiba-tiba tumbuh begitu cepat dan baik?" Setiap orang yang melewati ladang tomat Abdul Rozak pasti akan terkejut ketika melihat tomat yang unggul dan bulat seperti lentera merah. "Iya, aku juga menyadarinya. Aneh. Meski sebelumnya tomatnya tidak cukup baik, tapi sekarang sesempurna ini. Lihat, batang tomatnya sebesar pohon. Buahnya besar dan bulat." "Keluarga mereka selalu mendapatkan panen tomat yang bagus. Beberapa restoran di Kota Greenland dan Kabupaten Greenland memesan tomat dari mereka." "Benar, kalau tidak, mereka tidak akan menanam tomat setiap tahun! Tapi panen terbaru ini sungguh luar biasa. Melihat tomat-tomat itu membuat mulutku berair." Seorang penduduk desa mengulurkan tangan untuk mengambil tomat. "Aku akan mengambil satu untuk dicicipi!" "Oi, sedang apa kalian?" Nani Suryani pergi untuk memeriksa ladang tomat ketika dia melihat kerumunan orang di sana. Dia juga memperhatikan seseorang memetik tomatnya.
Amanda Santika tidak dapat mempercayai matanya sendiri. Dia melihat seorang mayat yang tergeletak sudah dibungkus dengan kain kafan tak bernyawa di hadapannya adalah Raka putranya sendiri."Tidak... Raka... Ini ibu, Nak. Ibu sudah kembali!" teriak Amanda Santika bersimpuh di sisi ranjang rumah sakit dan menutupi wajahnya saat dia menangis!Suara tangisannya dipenuhi rasa tidak percaya, putus asa, dan rasa bersalah yang luar biasa. Hanya dalam waktu lima tahun telah berlalu sejak anaknya dilahirkan. Amanda Santika jarang memikirkan putranya, selain melihatnya ketika anaknya lahir. Itu adalah sebuah tamparan yang keras di dalam hidupnya yang tidak pernah memperhatikan putranya. "Ibu! Tenanglah kakak sudah ada di sini," ucap seorang pria muda tersentak kaget menghampiri wanita yang sudah cukup tua dan Amanda Santika. Kemudian, seorang wanita yang sudah cukup tua memarahi Amanda Santika dengan berkata, "Apakah yang kamu tahu hanyalah menangis? Amanda Santika! Apa gunanya menangis sekara
Amanda Santika memegang ponselnya, dan menatap layar ponselnya dengan mebelalakkan matanya karena tidak percaya dengan apa yang dia lihat. “Apa? Waktu dan tanggal sekarang telah berubah!” gumam Amanda Santika dengan terkejut seolah-olah tidak percaya. Amanda Santika ingat betul jika kemarin adalah pemakaman Raka, tepat pada 11 Oktober 2028. Namun waktu yang ditampilkan di layar adalah 19 Juli 2022!“Apa? Sekarang tanggal 19 Juli 2022? Mungkinkah telepon aku rusak?” tanya Amanda Santika kebingungan sambil menggaruk kepalanya. Amanda Santika segera memeriksa masuk ke dalam akun ponselnya, dan kemudian dia menyadari ada hal lain yang tidak beres. Itu bukan ponsel miliknya, setidaknya dia ingat jika dia memiliki ponsel pintar!Ponsel yang dipegang oleh Amanda Santika adalah ponsel yang dia beli saat pertama kali mendapat gaji pertama dalam pekerjaannya. Dia tidak punya banyak uang, jadi dia membeli ponsel bekas yang murah hanya untuk menjawab panggilan ketika dibutuhkan.Bahkan setelah
“Ah... Aku harus mengabaikan ketidaknyamanan di sekujur tubuhku,” gumam Amanda Santika segera meninggalkan kamar hotelnya. Amanda Santika tahu bahwa kehidupan sulit menantinya di perusahaan.Di kehidupan sebelumnya, pikirannya kosong ketika dia terbangun di hotel. Itu karena dia baru saja tidur dengan seorang pria yang merupakan jebakan dari dua orang brengsek itu. Dia tidak tahu bagaimana hal itu bisa terjadi, tapi dia sangat malu karena tindakannya itu.Ketika Amanda Santika bangun dan melihat darah dan bintik-bintik merah lainnya di tempat tidur, dia diliputi rasa takut, ngeri, dan rasa bersalah yang besar terhadap pacarnya. Dia telah kehilangan kesuciannya, dan ini merupakan pengkhianatan serius terhadap pacarnya.Amanda Santika pingsan di tempat tidur dan mulai menangis sampai teleponnya berdering. Ketika dia melihat nama di telepon, dia menangis semakin keras.“Raiden,” kata Amanda Santika membaca identitas penelepon di ponselnya. Amanda Santika tidak tahu sudah berapa lama be
Maulana terkejut. Gadis itu mengenakan kacamata model yang menutupi separuh wajahnya. Namun, dia tahu Amanda Santika sangat cantik.Sesaat kemudian, sudut bibir Maulana melengkung, dan dia setuju menganggukan kepalanya dengan berkata, "Baiklah, aku akan membantumu."Maulana menyeka debu dari pakaiannya dan mengikuti gadis itu ke dalam perusahaan Grup Solusi Sinergi. Mereka baru saja melangkah melewati pintu ketika dia mendengar keributan."Hei! Bukankah ini Amanda Santika? Di mana dia menemukan wajah yang pria jelek ini?""Dia melacurkan dirinya sendiri tadi malam, tapi dia datang ke perusahaan seolah-olah tidak terjadi apa- apa. Bagaimana dia akan menghadapi pacarnya Raiden?" hardik salah satu karyawan suruhan Wayan untuk mengintimidasi Amanda Santika. "Benar. Manajer Raiden terlalu baik untuknya. Siapa pun bisa melihatnya. Tapi dia masih belum puas. Dia menjual dirinya kepada pria hidung belang! Dasar pelacur!" hina karyawan gadis dipenuhi rasa cemburu ketika dia mengatakan ini.“P