Petaka Mendua
Part4"Yusuf tidak berniat menceraikan Karin, dia Istri yang sempurna, nyaris tanpa cela. Namun, hati ini akan amat berdosa, jika terus membayangkan Aisya, yang bukan mahram.""Jadi, kamu berniat memiliki kedua anak kami?" tanya Ibu Hanum dengan suara serak, ia berusaha mengatur laju napasnya."InsyaAllah, Yusuf mampu dan sanggup berbuat adil kepada mereka.""Maaf, mas. Aku tidak berminat, aku tidak mau melanjutkan pernikahan ini lagi. Apalagi, kepada laki-laki yang hatinya tertaut pada wanita lain.""Karin, bukankah Surga istri ada pada ridho suaminya! Bukankah kata Ummi. Pernikahan adalah ikatan suci, lalu mengapa kamu berniat merusaknya, dengan kata perpisahan. Cerai itu di benci Allah, Karin.""Bijak dan terdengar berwibawa kata-kata kamu, Mas. Padahal kamu lupa, kamu lah yang merusak pernikahan ini. Hatimu berkhianat, meskipun kalian tidak berselingkuh secara fisik, tapi jelas! Kalian berselingkuh dengan hati."Rasa amat teriris hati ini."Kakak tidak bisa mengatur hati kami, cinta itu anugerah dari Allah, tidak ada yang salah dengan itu." Aisya berkata dengan suara pelan, ia seakan tidak rela, jika mas Yusuf terpojok."Tidak ada yang salah dari cinta, itu betul. Yang salah itu kalian, tidak bisa menempatkan cinta pada tempatnya.""Sudah cukup! Karin, Bapak yang akan urus perceraian kamu dan Yusuf."Yusuf tercengang mendengar penuturan Bapak. "Jangan Pak, demi Allah jangan, saya begitu menyayangi Karin." Kini ibu mertua mengiba, ia memegang kedua telapak tanganku erat."Maaf, ini keputusan terbaik, anak saya bukan mainan. Semenjak kepergian Ibunya kepada Sang Pemilik Kehidupan. Saya sudah berjanji akan membahagiakannya. Tapi, Yusuf datang mengambilnya dari saya, hanya untuk membuatnya menderita."Hatiku mencelos, mendengar suara serak Bapak, serta sekaan air matanya. Orang tua mana yang tidak sakit hati? Ketika anak yang begitu ia inginkan bahagia, nyatanya di buat menderita.Semua menunduk. "Aisya, bijaklah dalam mencintai seseorang, kamu salah langkah, Nak. Jika Yusuf mencintai kamu, dia tidak mungkin menikahi Karin." Ibu Hanum berkata dengan suara getir."Ibu, Aisya tau ibu mencintai Bapak, namun jangan mengabaikan kebahagiaan Aisya. Bukankah selama ini, Aisya selalu berusaha menjadi anak yang sempurna untuk kalian.""Sempurna itu hanya milik Allah SWT, Ais. Yang kamu lakukan itu obsesi, agar terlihat sholeha dan haus sanjungan." Aku berkata dengan perasaan yang sudah campur aduk."Kak Karin, aku tahu Kakak terluka. Tapi tolong jangan memojokkan Aisya.""Aisya, apa tujuan kamu sebenarnya?" tanya ibu mertua datar."Ummi, bukankah mas Yusuf menikahi kak Karin hanya demi bakti kepada kalian, tolong lihat kami berdua, kami berhak bahagia, Ummi."Aisya mulai terlihat menguatkan keyakinan hatinya, untuk memiliki mas Yusuf."Apa maksudmu? Apakah kamu mau merebut Yusuf dari Karin?" tanya Ibu mertua dengan rahang wajah datar, dan pandangan sinis."Maafkan Aisya Ummi. Bukan maksud untuk tidak sopan! Ini hanya pemikiran Aisya, tolong Ummi mengerti.""Aisya, Yusuf, dan Karin. Setiap orang tua itu, pasti menginginkan yang terbaik untuk anaknya! Begitu juga dengan kami. Tentu kalian paham hal ini, mengapa Ummi memilih Karin."Aisya menunduk malu, satu tamparan keras berupa ungkapan dari Ummi telak menyakiti harga diri Aisya."Aisya, Ibu membesarkan kamu dengan baik, tapi kenapa kamu bisa salah langkah begini, Nak." Ibu Hanum berkata dengan terisak, ia seakan tidak sanggup lagi menanggung malu, akibat kata-kata yang barusan Ummi katakan."Semua bukan hanya salah Aisya, Yusuf juga!" timpal Bapak."Bagaimana Yusuf bisa fokus membina rumah tangganya, jika Aisya selalu saja datang berkunjung?" tanya Abah, yang sedari tadi hanya diam menyimak."Maafkan saya, seharusnya, anak gadis kalianlah yang benar-benar dibenahi tingkahnya. Dari penjelasan Karin, Aisya sudah mendapat penolakan dari tuan rumah, namun mengapa, Aisya seolah tidak mengerti, meski di tolak secara halus!" lanjut Abah.Ibu semakin menunduk, ia terlihat begitu sangat malu. Dan Bapak, ia hanya menatap kecewa kepada Aisya, tanpa berusaha membelanya."Tolong jangan pojokan Aisya, ini semua salah Yusuf, maaf." Mas Yusuf berusaha menyelamatkan harga diri Aisya, yang di koyak habis oleh Abah dan Ummi."Tentu ini juga salah kamu, Yusuf, tidak bisa menjaga hati dan ikatan suci tali pernikahan kalian.""Saya bersedia, menerima apapun yang Karin inginkan." Sejujurnya, aku begitu bahagia, bisa menikahi seorang mas Yusuf. Selain paham Agama, ia dimataku, merupakan imam terbaik, juga pekerja keras. Namun aku tidak menyangka, setan bisa menggoyangkan imannya. Bagaimana denganku, yang masih miskin ilmu. Tetapi masih mampu, menjaga harga diri dan kehormatan."Ummi, Abah, Karin menikah bukan untuk menjadi janda. Namun, untuk bertahan pun sepertinya sudah tidak bisa. Karin sudah tahu lama tentang hati mas Yusuf, Karin sudah berusaha menjadi istri terbaik, namun sepertinya itu tidak cukup untuk mas Yusuf."Aku menarik napas dalam-dalam, kemudian melepaskannya pelan."Mas Yusuf, terimakasih atas kebersamaannya, walau hanya sesaat. Kita akan bertemu di pengadilan, dan Karin rasa, cukup sampai disini pembicaraan kita."Aku beranjak berdiri, tanpa menghiraukan panggilan Ummi yang mengiba lirih, terdengar ia teramat memohon, agar aku memikirkan lagi keputusanku.Dengan cepat, aku masuk ke dalam kamarku. Kamar yang sudah beberapa bulan aku tinggalkan.Maafkan Karin Ummi, hati ini terlalu sakit, untuk bertahan dengan lelaki yang sudah berkhianat hatinya.❤️ Terimakasih ❤️Petaka MenduaPart5Ketukan pelan di pintu kamarku menggema, kuseka air mata, beringsut turun dari ranjang.Kubuka pelan handle pintu kamar, sosok bu Hanum berdiri di depan pintu.Ia memelukku, namun aku tak bergeming."Maafkan Aisya, Nak. Mungkin saat ini dia khilaf, namun Ibu mohon! Jangan akhiri rumah tangga kalian."Tangis Ibu sambungku ini begitu terdengar lirih. Ia melonggarkan pelukannya, kemudian menatapku penuh harap.Aku berusaha tersenyum, meski rasanya sesak didada."Apapun yang terjadi dengan rumah tanggaku, itu murni keputusanku, Bu. Tidak sehat, jika di paksakan pernikahan kami, namun hatinya bukan untukku.""Nak, wajar dalam pernikahan itu ada masalah, tujuannya untuk menguatkan, juga mendewasakan.""Tidak untuk sebuah hati yang sudah tega menipu dan berselingkuh secara batin. Meskipun tidak dengan fisik."Aku menghela napas berat. "Biarkan Aisya mencapa
Petaka MenduaPart6Sepulang Ibu mertua dan Bapak, aku tidak menunggu waktu lama. Hari ini semua harus jelas, agar aku mendapat kepastian."Mas, aku akan mengemasi barang-barangku hari ini, setelah itu, mas pulangkan aku ke rumah Bapak."Mas Yusuf menghela napas berat. "Rin, mas nggak tahu harus seperti apa? Ummi begitu menyayangi kamu! Mereka akan murka pada Mas, jika kita bercerai.""Mas, itu resiko dalam pilihan. Siap nggak siap, mas harus terima itu.""Karin, pernikahan ini belum ada setahun, apakah kamu yakin, ingin mengakhirinya?" tanya Mas Yusuf, dengan suara bergetar."Yakin, insyaAllah ini yang terbaik. Mas jangan egois, menahanku dengan status istri, namun menginginkan Aisya juga. Jujur, itu buruk! Mempermainkan hati wanita, hanya demi menyenangkan hati sendiri.""Mas tidak bermaksud seperti itu, mas mencintai Aisya dengan tulus! Jauh sebelum kita menikah," jawabnya lugas dan sangat jelas.&nb
Petaka MenduaPart7Aisya bersimpuh di depan Ibu. Ibu tak bergeming, wajahnya terlihat begitu berusaha tegar, dengan mata yang terus berkaca-kaca."Aisya, meskipun kamu anak kandungku! Jika kamu berada di jalan yang salah, Ibu tidak akan membela kamu sama sekali.""Bu, tolong jangan sakiti Aisya! Semua ini murni kesalahan, Yusuf."Ibu menatap tajam wajah Mas Yusuf. Sedangkan aku dan Bapak masih terdiam, menatap mereka bertiga."Kamu memang salah! Sangat salah, Yusuf."Ibu menarik napas berat, lalu menghembuskannya dengan kasar."Asal kamu tahu, meskipun aku hanyalah seorang Ibu sambung. Cintaku untuk Aisya dan Karin itu sama! Aku dan Bapaknya, membesarkan mereka berdua dengan cinta. Kamu menyakiti Karin, itu sama menyakitiku."Ibu berkata dengan menepuk-nepuk kasar dadanya, suaranya
Petaka MenduaPart8"Ada apa? Bagaimana hasilnya?" tanya Ibu dari luar.Kubuka pintu, kuperlihatkan hasil tastpack milikku itu."Ya Allah, selamat anakku! Aku ..., Aku akan segera nimang cucu. Terimakasih sayang!" Ibu begitu bahagia, berulang kali ia memelukku.Sedangkan aku, aku bingung harus bagaimana? Antara bahagia dan juga bersedih hati.Bahagianya, aku akan memiliki bayi, rumah ini akan menjadi ramai dengan suaranya. Melihat kebahagiaan Ibu, hatiku semakin dilema."Sayang! Kok kamu terlihat bingung?" tanya Ibu, seraya melonggarkan pelukannya.Aku menunduk. "Bu, anak ini akan besar, tanpa sosok Ayah. Disaat sidang perceraian tengah di gelar, ia malah hadir."Ibu tersenyum simpul. "Anakku, kamu tidak perlu bersedih. Ada Ibu dan Bapak yang akan memberikannya kasih sayang. Dia adalah anugerah, yang patut kamu sukuri."Ibu benar, banyak diluaran sana, yang menginginkan seorang anak, na
Petaka MenduaPart9Dua hari berlalu, kini pagi sekali Ummi datang berkunjung, ia hanya seorang diri. Ummi membawakanku susu Ibu hamil, buah-buahan juga baju- baju untuk Ibu hamil."Kamu harus jaga kesehatan, dan jangan stress ya Nak. Ummi sudah tau segalanya, Yusuf benar-benar mengecewakan."Aku memegang telapak tangan Ummi. "Tidak apa-apa, jangan di bahas lagi, Ummi. Kita buka lembaran baru, demi dia!" kataku, sambil menunjuk keperut buncitku."Karin, kamu sudah siap? Nak."Ibu yang dari belakang langsung terkejut, melihat kehadiran Ummi sepagi ini."Bu Hajjah," sapa Ibu."Mau kemana? Sudah pada cantik?" tanya Ummi dengan ramah."Mau ke pasar subuh, Ummi. Menyiapkan keperluan sore ini, untuk tujuh bulanan Karin.""Ikut dong! Ummi kan pengen juga terlibat mengurus calon cucu."Aku dan Ibu tersenyum. Kemudian kami bertiga naik angkutan umum, menuju pasar subuh.
Petaka MenduaPart10Hati manusia memang mudah berubah. Perpisahan yang nyaris sudah 6 bulan lamanya, ternyata tidak membuat Mas Yusuf fokus pada Aisya istri barunya.Bisa saja, kini baru dia menyadari, bahwa hatinya, sudah tertaut kepadaku. Namun sayangnya, semua sudah terlambat."Ummi, to--long ..., biar bagaimanapun, Aisya sekarang menantu Ummi."Aisya berkata dengan serak, ia menarik napas dalam, kemudian menghembuskannya pelan, seraya menyeka air matanya."Aisya juga berharap, Ummi bisa menyayangi Aisya," lirihnya.Ummi menarik napas dalam-dalam, serta menatap dingin wajah Aisya, yang sedari tadi menunduk."Aisya, bagaimana kamu bisa meminta kasih sayang saya? Sedangkan kamu dan Yusuf, menikah tanpa restu kami? Apakah kamu merasa itu sudah benar?" tanya Ummi, masih dengan ramah, namun penuh penekanan."Maaf Um, Aisya tahu kami bersalah. Tetapi semua sudah terjadi, Aisy
Petaka MenduaPart11"Bismillah walhamdulillah was sholaatu wassalam'ala Rasulillah," ucap Pak Ustadz."Talak saat hamil itu sah, hanya saja masa iddahnya berakhir saat wanita itu melahirkan."Mas Yusuf terdiam, namun ia menatap nanar kearahku."Bagaimana Nak Yusuf? Apakah itu cukup membantu?" tanya Ustadz."Iya Ustadz, terimakasih!" ucap mas Yusuf."Makanya Suf, jangan marukloh! Istri cantik model si Karin disia-siakan, heran."Lagi-lagi Bu Daung kembali menyerang mas Yusuf, dengan kata-kata pedasnya."Aaaaa ...." Terdengar suara teriakan dari belakang, Ibu berdiri dari duduknya, dan berlari kecil menuju ke belakang. Aku dan Ummi pun menyusul Ibu."Astaghfirullah," lirih Ummi, melihat Aisya pingsan. Sepertinya ia terpleset, ketika menuju kamar mandi.Ibu memeluk Aisya, sambil terisak. Sedangkan Ummi kembali ke dalam memanggil mas Yusuf."Ra
Petaka MenduaPart12Aku beristirahat di kamar, ditemani Ummi, yang memilih untuk menginap di rumah Bapak."Apa ini? Nak." Ummi bertanya, sambil memegang kotak kado, yang diberikan Mas Alif tadi kepadaku."Kado Umm, belum lihat isinya!" sahutku ramah, sambil menyibak seprei, menyiapkan tempat tidur untuk kami beristirahat.Ummi meletakkan kembali, kemudian menyusulku untuk merebahkan diri. Aku sengaja tidak ingin membukanya sekarang, menjaga perasaan Ummi."Karin, kalau kamu menikah lagi, Ummi tetap bisa kan nemuin kamu, dan cucu Ummi nantinya!" kata Ummi, dengan raut wajah sendu.Aku bergelayut manja di lengan Ummi. "Ummi, sampai kapanpun juga, Ummi tetap kesayangan Karin. Ummi bebas mau datang kapanpun, Karin akan selalu menyambut kedatangan Ummi dengan senang hati." "Terimakasih, anakku. Meskipun Yusuf menyakiti hati Karin, Karin tetap membuka hati buat kami, sekali lagi makasih ya, sayang," ucapnya Ummi dengan nada serak."Sudah ih, jangan sedih- sedih begitu! Nanti cucu Ummi ceng