Beranda / Horor / Pesugihan Kandang Bubrah / 3. Terjebak dalam Labirin Hutan Misahan

Share

3. Terjebak dalam Labirin Hutan Misahan

Arif merasa seolah hutan ini bukan hanya sekadar tempat biasa, melainkan labirin berbahaya. Tentunya penuh dengan rahasia yang tak terungkap. Dia berusaha untuk kembali ke jalan yang dia lewati. Namun, setiap langkah terasa salah. Bayangan di sekelilingnya bergerak semakin dekat, membuatnya merinding.  

Ssshhh!

Suara desisan itu terdengar lagi, membuat mata Arif membelalak. Bahkan degup jantungnya berderu kencang sampai terdengar di telinga.  

Srek! Srek!

Ditambah suara langkah kaki yang beriringan dengan desisan semakin menggema di telinga Arif.

  

Arif mulai berlari. Dia terjerembab dalam semak-semak, mencoba menemukan arah pulang. Hatinya berdebar kencang, setiap detak jantungnya menggema dalam kesunyian malam. Saat dia berlari, suara langkah kaki di belakangnya semakin mendekat, seolah-olah mengikutinya.   

“Apa ini?!” teriaknya, tetapi suaranya seolah hilang ditelan kegelapan.  

Dalam kepanikannya, Arif melihat ke belakang. Ada bayangan besar muncul di antara pepohonan. Sesuatu yang tidak terlihat sedang mengikutinya. Bayangan itu berbentuk samar, menggerakkan tubuhnya dengan kecepatan yang mengejutkan.  

Arif berlari lebih cepat dan napasnya semakin berat. Rasa takut membuatnya merasa lambat. Dia tahu, jika tidak segera menemukan jalan keluar, dia akan terjebak di sini selamanya.

‘Aku tidak mau terjebak di sini!’ pekiknya dalam hati.

Dengan semua kekuatannya, Arif berlari menuju titik terang yang terlihat di depan, berdoa agar itu adalah jalan keluar.

Namun, saat dia mencapai batas hutan, kakinya terjegal oleh akar pohon yang menjulang. Dia terjatuh, dan saat menoleh, bayangan besar itu kini berdiri di hadapannya, menatapnya dengan mata yang menyala dalam kegelapan. Suara mendesis itu semakin keras, seolah sedang menunggu untuk melahap ketakutannya.

  

“Tidak!”

Itu adalah satu-satunya kata yang bisa Arif ucapkan, sebelum segala sesuatu di sekitarnya menjadi gelap.  

Ketika Arif membuka matanya, cahaya samar membimbingnya ke sebuah tempat yang tidak dikenal. Dia terkejut mendapati dirinya berada di sebuah desa.

Suasana desa itu tampak hidup dengan aktivitas warga yang tampak normal. Anak-anak bermain di jalanan, wanita menenun di beranda, dan pria berdiskusi di bawah pohon besar. Namun, ada sesuatu yang aneh dan tidak beres. Semua tampak serba lamban, seolah waktu berjalan lebih lambat di sini.

‘Di mana ini? Ini seperti berada di dalam mimpi,’ bisiknya dalam hati, tak percaya dengan apa yang dilihatnya.  

Perasaan campur aduk menggerogoti jiwanya. Dia merasa terpesona oleh keindahan arsitektur desa. Namun, ketakutan mengintai di sudut pikirannya.

Arif membaca nama desa yang tertulis di sebuah gapura. "Desa Kandang Bubrah," ucapnya.   

Arif memberanikan diri melewati gapura menuju desa Kandang Bubrah itu. Perlahan tapi pasti, langkahnya mulai menjelajahi desa. Bahkan suara langkahnya menjadi satu-satunya yang memecah kesunyian.  

Dia melihat sekelompok warga menatapnya dengan tatapan kosong, seolah-olah mereka tidak menyadari kehadirannya. Di tengah jalan, dia menemukan sebuah plakat kayu yang terukir tulisan dengan huruf-huruf kuno. Arif berusaha membacanya. Namun kata-katanya tampak kabur, seolah menghindar dari pemahaman.  

“Kira-kira ini apa ya bacaannya?" tanyanya lagi sambil berusaha mengeja.  

Mendekati salah satu bangunan, Arif melihat dindingnya dipenuhi oleh ukiran aneh. Beberapa gambar makhluk mengerikan dan sosok yang tampak menderita, menghiasi permukaan dinding. Arif merasa mual melihatnya, tetapi rasa ingin tahunya mendorongnya untuk terus melangkah.

  

Dia berpikir, “Kenapa semua ini terlihat seperti bagian dari sebuah cerita yang buruk?” Dia tertegun dengan kesan horor yang kental.  

Saat Arif ingin melanjutkan penjelajahannya, tawa lembut yang menggema di antara dinding-dinding kosong membuatnya terkejut.    

“Siapa itu?!” Suara Arif bergema di udara malam.

Namun,l tidak ada jawaban, melainkan hanya bisikan angin yang semakin menggila, seolah merespons ketakutannya. Arif merasakan ada yang memperhatikannya dan aura ancaman mengelilinginya.

Mendekati sebuah pasar kecil di tengah desa, Arif terhenti. Di sana, ada altar besar yang dikelilingi oleh patung-patung aneh. Masing-masing tampak seperti makhluk yang pernah hidup. Di tengah altar, terdapat sebuah kotak kayu tua, berukir indah dengan simbol-simbol aneh.

“Patung itu seperti hidup,” gumamnya lirih, dengan mata penasaran terfokus pada kotak kayu tua.

Arif merasa terpanggil untuk mendekat. Seperti magnet, kotak itu menariknya dan dia merasa bahwa ada sesuatu yang penting di dalamnya. Saat dia meraih pegangan kotak, rasa dingin yang menjalar dari sentuhannya membuatnya terhenyak.

Tiba-tiba, suara tawa tadi kembali terdengar, lebih dekat dan lebih jelas. Arif merasakan bulu kuduknya meremang. Dalam ketegangan, dia menarik napas dalam-dalam dan membuka kotak tersebut.

Namun, saat tutupnya terangkat, kabut gelap mengalir keluar, menyelimuti tubuhnya. Dalam sekejap, Arif merasa terperangkap dalam cengkeraman kegelapan.

“Kau telah datang ke Kandang Bubrah. Apakah kau siap untuk membayar harga yang ditetapkan?” bisik suara lembut, menggema dalam benaknya.

Kegelapan menyelimutinya. Ketika pandangannya mulai memudar, Arif menyadari bahwa pilihan yang telah dibuatnya akan mengubah segalanya.

Kapan dia bisa kembali ke dunia yang dikenalnya? Atau ini adalah awal dari sesuatu yang jauh lebih menakutkan?

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status