"Arfeen, jangan membuatku penasaran. Aku juga ingin tahu semuanya!" desaknya karena sang suami seperti tak ingin berbagi informasi dengannya. Arfeen menatap sang istri, "Bukannya aku tak ingin memberitahumu, aku hanya tak ingin kau terlalu kepikiran. Saat ini kau sedang mengandung!" Larena mengerucutkan bibir. "Aku masih bisa menjaga diri, kau sudah memberiku satu pengawal pribadi. Lalu sekarang ada pelayan pribadi. Aku yakin aku akan baik-baik saja!" Arfeen menghela nafas panjang. "Bagaimana kalau ... kau tak perlu memikirkan apa pun. Cukup pikirkan kesehatanmu dan bayi kita. Untuk masalah yang saat ini ada, biarkan aku dan Papa yang menyelesaikannya. Ok!" ia mengelus rambut panjang Larena. Larena tak menjawab. Ada benarnya juga ia memang harus lebih memikirkan kesehatan calon anak mereka. Tapi masalah ini memang cukup mengganggu pikirannya. "O ya, aku ada sesuatu untukmu. Sebenarnya sudah lama aku ingin memberikannya, tapi belum sempat!" ungkap Arfeen. Larena mengerjakan mata b
"Ingat! Kau harus tampak menyedihkan saat menemuinya!""Jangan khawatir, itu salah satu keahlianku.""Istirahatlah, besok adalah hari penting!" perintahnya. Pria itu mengangguk dan kembali ke kamar. Sebenarnya ia sudah tidak betah jika terus berdiam diri di dalam rumah itu, namun ia tak bisa melawan penolongnya. "Apa yang kau rencanakan?" tanya Alvi yang baru saja memasuki rumah itu. Ia langsung menjatuhkan bokongnya di sofa. "Rencana balas dendam pada Arfeen!" jawab Resya lugas. "Kau tak ingin melibatkan aku?""Masih bisa teratasi.""Tapi yang kita hadapi adalah Zagan! Kita tak boleh main-main, Resya.""Aku tahu apa yang aku lakukan, Om." Resya menyipitkan mata. "Apa hubungan Om dengan Lyra Mahesvara?"Alvi sedikit terperanjat, apakah keponakannya tahu hubungannya dengan Lyra?"Kenapa kau bertanya seperti itu?""Lyra itu tak bisa dipercaya, jika dia bisa mengkhianati keluarganya dia juga bisa menjadi ancaman terbesar kita!""Hubunganku dengan Lyra bukan urusanmu. Jangan pernah kau
"Kenapa harus seperti ini, Kak?" desis Arfeen dengan nada perih. "Seharusnya kau tak menentang garis takdir!" Arfeen menurunkan handphone di pangkuan. Menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sepertinya ambisi sang kakak memang tak bisa diredam begitu saja!Jadi apakah Lyra juga terlibat kasus Megaproyek? Tapi bukankah saat itu kakaknya juga masih anak-anak? Arfeen menyugar rambutnyavdengan frustasi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Menghukum Ferano ataupun yang lainnya sangat mudah baginya, tapi tidak dengan Lyra. Ia bahkan ditugaskan untuk melindungi kakaknya itu. Lalu bagaimana ia bisa menghukumnya? Ada rasa nyeri yang Arfeen rasakan di dalamm dada, ia tak ingin berada dalam situasi seperti ini. Tapi ia tak bisa menyerahkan kekuasaan klan Mahesvara kepada Lyra. "Jordi, kau tahu seluruh kisah hidupku kan?" tanyanya dengan getir. Sebelum Jordi menjawab ia sudah melanjutkan kalimat. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?"Rasanya beban di atas pundaknya
"Kenapa Bibi menangis?" tanya Arfeen.Tia lekas menggeleng. Menyeka cairan hangat di pipinya. "Tidak apa-apa, saya hanya ... sedang mengingat mamamu! Dia orang yang baik."Arfeen membenarkan hal itu. Mamanya memang wanita yang baik, jika ia boleh memilih ia tak ingin jatuh cinta kepada Malik Mahesvara. Karena laki-laki itu sudah beristri. Namun kesalahan satu malam telah membuat Anita mengandung Arfeen. Dulu, Anita bekerja sebagai asisten koki di restoran sebuah hotel ternama. Kebetulan malam itu Radika sedang mengadakan pesta anniversary dengan sang istri di hotel itu, Malik memang sudah beberapa kali bertemu dengan Anita. Sejak pertemuan pertama ia sudah jatuh hati pada wanita santun itu. Sayangnya Anita selalu mencoba menghindarinya. Namun malam itu ... Malik terlalu banyak minum, saat hendak pergi ke kamar ia berpapasan dengan Anita. Melihat Malik yang berjalan terhuyung, Anita hanya berniat membantu. Ia membantu Malik sampai ke kamar hotel karena Radika memang menyewa satu h
"Tidak mungkin!" desis Larena tak percaya akan apa yang ada di hadapannya. Perlahan ia mendekat, ia pikir lelaki itu telah menghilang selamanya. Pergi entah ke mana dan sengaja menninggalkannya. Tapi sekarang ia kembali? Kenapa harus kembali di saat seperti ini? Saat dirinya sudah tak lagi sendiri dan mencintai pria lain! Lalu ... kenapa penampilannya sangat menyedihkan seperti itu?"Rena!" desis pria itu memanggil namanya. "Damian! Benarkah ini kau?" tanyanya tetap serasa seperti mimpi. Ada bukir bening yang jatuh dari kelopak matanya yang indah. Di belakang Larena, Belinda juga sangat terkejut sampai menutup mulut dengan telapak tangannya. Ia berharap Damian tak pernah kembali. Tapi kenapa bajingan itu bisa kembali? "Damian!" desis Larena sekali lagi untuk meyakinkan bahwa yang ada di hadapannya adalah benar Damian Atmaja."Ya, ini aku, Rena. Damianmu!" jawab Damian lirih.Larena menutup mulut dengan telapaknya untuk menahan tangis, saat itu juga Damian berhambur memeluknya.
Byurrr!Tubuh Damian terlempar ke laut yang dingin, lelaki itu berteriak meminta tolong juga memaki. Arfeen sama sekali tak merasa kasihan dengan bajingan seperti Damian. Lelaki itu pikir dirinya pantas untuk Larena. Larena terlalu baik dan polos untuknya, ia tidak akan membiarkan Larena jatuh ke pelukan lelaki seperti Damian Atmaja. Meski ia juga seorang bajingan, tapi ia tidak akan menipu wanita baik dan polos seperti Larena. Semua wanita yang pernah bersamanya tahu jika dirinya tak ingin berkomitmen dalam pernikahan. Juga tak boleh mengharapkan cinta. Ia memang tak menghabisi Damian secara langsung, ia masih memberi lelaki itu kesempatan untuk menyelamatkan dirinya meski kemungkinan itu kecil. Itu sebabnya ia menjeburkannya ke laut hidup-hidup. Jika beruntung Damian akan selamat, tapi jika tidak maka dia akan mati entah tenggelam atau dimakan ikan predator. Arfeen memejamkan mata sejenak, ia tak tahu bagaimana nanti harus menghadapi sang istri! Ia hanya bisa berharap Larena t
Tubuh Arfeen membeku dengan ucapan Larena. Bukan hanya Arfeen, bahkan Belinda pun ikut terkejut mendengar hal itu. Ini semua adalah kesalahan, orang tua Larena yang meminta untuk tak menghancurkan hati Larena dengan semua keburukan Damian justru membuat semuanya menjadi rumit. Mereka hanya tak ingin Rena terluka karena selama ini telah dibohongi mentah-mentah oleh Damian Atmaja. Tapi kenyataannya sekarang Damian kembali dan berusaha untuk menghancurkan kebahagiaan Rena. Belinda jadi menyesal karena mengikuti permintaan Vano untuk tak memberitahu Rena tentang Damian. Harusnya sebagai sahabat Rena, ia beritahu saja kalau Damian itu bajingan, sampah! Mungkin Rena sudah membuang pria itu jauh dari hatinya sejak dulu. Dan mungkin saat ini kebahagiaan Rena dan Arfeen tak akan terganggu. "Jangan pernah menyentuhku lagi!" pinta Larena sekali lagi. "Kau istriku, dan selamanya akan begitu." Itulah jawaban Arfeen. Saat memutuskan untuk mencintai Larena, ia berjanji pada dirinya sendiri ba
Lyra menatap tajam Marvin, rupanya sang Om juga berambisi untuk menguasai tanpu kepemimpinan klan Mahesvara. "Jadi Om juga menginginkan tahta klan Mahesvara?" tanya Lyra menyeringai. "Om, Tantra itu seorang pecundang. Dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang pemimpin!" "Dan orang ambisius sepertimu juga tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin klan!" timpal Tania dengan sinis. Seketika Lyra menoleh Tania, tatapan membunuh terpancar dari matanya. "Apakah menurutmu kalian tidak ambisius? Bukankah kita semua menginginkan tahta Mehasvara? Kalian sama saja Tante! Tapi ... tetap hanya aku yang boleh memiliki tahta itu!" "Kau salah, Lyra. Kau sama sekali tidak pantas, hanya Arfeen yang pantas menjadi pemimpin klan Mahesvara. Dia memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin!" Tantra berbicara dengan yakin. Dulu, ia juga menginginkan tahta mahesvara, ia juga membenci sepupunya itu. Tapi sekarang ia tahu dirinya tidak akan mampu menyaingi Arfeen. Arfeen memang sosok yang patut un