"Kenapa harus seperti ini, Kak?" desis Arfeen dengan nada perih. "Seharusnya kau tak menentang garis takdir!" Arfeen menurunkan handphone di pangkuan. Menarik nafas dalam-dalam. Ia sudah berusaha sebaik mungkin, tapi sepertinya ambisi sang kakak memang tak bisa diredam begitu saja!Jadi apakah Lyra juga terlibat kasus Megaproyek? Tapi bukankah saat itu kakaknya juga masih anak-anak? Arfeen menyugar rambutnyavdengan frustasi, apa yang harus ia lakukan sekarang? Menghukum Ferano ataupun yang lainnya sangat mudah baginya, tapi tidak dengan Lyra. Ia bahkan ditugaskan untuk melindungi kakaknya itu. Lalu bagaimana ia bisa menghukumnya? Ada rasa nyeri yang Arfeen rasakan di dalamm dada, ia tak ingin berada dalam situasi seperti ini. Tapi ia tak bisa menyerahkan kekuasaan klan Mahesvara kepada Lyra. "Jordi, kau tahu seluruh kisah hidupku kan?" tanyanya dengan getir. Sebelum Jordi menjawab ia sudah melanjutkan kalimat. "Apa yang harus aku lakukan sekarang?"Rasanya beban di atas pundaknya
"Kenapa Bibi menangis?" tanya Arfeen.Tia lekas menggeleng. Menyeka cairan hangat di pipinya. "Tidak apa-apa, saya hanya ... sedang mengingat mamamu! Dia orang yang baik."Arfeen membenarkan hal itu. Mamanya memang wanita yang baik, jika ia boleh memilih ia tak ingin jatuh cinta kepada Malik Mahesvara. Karena laki-laki itu sudah beristri. Namun kesalahan satu malam telah membuat Anita mengandung Arfeen. Dulu, Anita bekerja sebagai asisten koki di restoran sebuah hotel ternama. Kebetulan malam itu Radika sedang mengadakan pesta anniversary dengan sang istri di hotel itu, Malik memang sudah beberapa kali bertemu dengan Anita. Sejak pertemuan pertama ia sudah jatuh hati pada wanita santun itu. Sayangnya Anita selalu mencoba menghindarinya. Namun malam itu ... Malik terlalu banyak minum, saat hendak pergi ke kamar ia berpapasan dengan Anita. Melihat Malik yang berjalan terhuyung, Anita hanya berniat membantu. Ia membantu Malik sampai ke kamar hotel karena Radika memang menyewa satu h
"Tidak mungkin!" desis Larena tak percaya akan apa yang ada di hadapannya. Perlahan ia mendekat, ia pikir lelaki itu telah menghilang selamanya. Pergi entah ke mana dan sengaja menninggalkannya. Tapi sekarang ia kembali? Kenapa harus kembali di saat seperti ini? Saat dirinya sudah tak lagi sendiri dan mencintai pria lain! Lalu ... kenapa penampilannya sangat menyedihkan seperti itu?"Rena!" desis pria itu memanggil namanya. "Damian! Benarkah ini kau?" tanyanya tetap serasa seperti mimpi. Ada bukir bening yang jatuh dari kelopak matanya yang indah. Di belakang Larena, Belinda juga sangat terkejut sampai menutup mulut dengan telapak tangannya. Ia berharap Damian tak pernah kembali. Tapi kenapa bajingan itu bisa kembali? "Damian!" desis Larena sekali lagi untuk meyakinkan bahwa yang ada di hadapannya adalah benar Damian Atmaja."Ya, ini aku, Rena. Damianmu!" jawab Damian lirih.Larena menutup mulut dengan telapaknya untuk menahan tangis, saat itu juga Damian berhambur memeluknya.
Byurrr!Tubuh Damian terlempar ke laut yang dingin, lelaki itu berteriak meminta tolong juga memaki. Arfeen sama sekali tak merasa kasihan dengan bajingan seperti Damian. Lelaki itu pikir dirinya pantas untuk Larena. Larena terlalu baik dan polos untuknya, ia tidak akan membiarkan Larena jatuh ke pelukan lelaki seperti Damian Atmaja. Meski ia juga seorang bajingan, tapi ia tidak akan menipu wanita baik dan polos seperti Larena. Semua wanita yang pernah bersamanya tahu jika dirinya tak ingin berkomitmen dalam pernikahan. Juga tak boleh mengharapkan cinta. Ia memang tak menghabisi Damian secara langsung, ia masih memberi lelaki itu kesempatan untuk menyelamatkan dirinya meski kemungkinan itu kecil. Itu sebabnya ia menjeburkannya ke laut hidup-hidup. Jika beruntung Damian akan selamat, tapi jika tidak maka dia akan mati entah tenggelam atau dimakan ikan predator. Arfeen memejamkan mata sejenak, ia tak tahu bagaimana nanti harus menghadapi sang istri! Ia hanya bisa berharap Larena t
Tubuh Arfeen membeku dengan ucapan Larena. Bukan hanya Arfeen, bahkan Belinda pun ikut terkejut mendengar hal itu. Ini semua adalah kesalahan, orang tua Larena yang meminta untuk tak menghancurkan hati Larena dengan semua keburukan Damian justru membuat semuanya menjadi rumit. Mereka hanya tak ingin Rena terluka karena selama ini telah dibohongi mentah-mentah oleh Damian Atmaja. Tapi kenyataannya sekarang Damian kembali dan berusaha untuk menghancurkan kebahagiaan Rena. Belinda jadi menyesal karena mengikuti permintaan Vano untuk tak memberitahu Rena tentang Damian. Harusnya sebagai sahabat Rena, ia beritahu saja kalau Damian itu bajingan, sampah! Mungkin Rena sudah membuang pria itu jauh dari hatinya sejak dulu. Dan mungkin saat ini kebahagiaan Rena dan Arfeen tak akan terganggu. "Jangan pernah menyentuhku lagi!" pinta Larena sekali lagi. "Kau istriku, dan selamanya akan begitu." Itulah jawaban Arfeen. Saat memutuskan untuk mencintai Larena, ia berjanji pada dirinya sendiri ba
Lyra menatap tajam Marvin, rupanya sang Om juga berambisi untuk menguasai tanpu kepemimpinan klan Mahesvara. "Jadi Om juga menginginkan tahta klan Mahesvara?" tanya Lyra menyeringai. "Om, Tantra itu seorang pecundang. Dia tidak akan pernah bisa menjadi seorang pemimpin!" "Dan orang ambisius sepertimu juga tidak akan pernah menjadi seorang pemimpin klan!" timpal Tania dengan sinis. Seketika Lyra menoleh Tania, tatapan membunuh terpancar dari matanya. "Apakah menurutmu kalian tidak ambisius? Bukankah kita semua menginginkan tahta Mehasvara? Kalian sama saja Tante! Tapi ... tetap hanya aku yang boleh memiliki tahta itu!" "Kau salah, Lyra. Kau sama sekali tidak pantas, hanya Arfeen yang pantas menjadi pemimpin klan Mahesvara. Dia memang ditakdirkan untuk menjadi seorang pemimpin!" Tantra berbicara dengan yakin. Dulu, ia juga menginginkan tahta mahesvara, ia juga membenci sepupunya itu. Tapi sekarang ia tahu dirinya tidak akan mampu menyaingi Arfeen. Arfeen memang sosok yang patut un
"Apakah ini sudah sangat buruk?" tanya Vano meminta penjelasan. "Ya, aku sedang dalam perjalanan menuju rumah sakit. Tante Tania terluka parah! Kalian temui aku di sana jika ingin aman! Jangan sampai ada yang tahu, bahkan Larena sekali pun!""Kenapa Larena tak boleh tahu?" "Aku tak bisa menjelaskannya sekarang, Pa!""Ok-ok, kami ke sana sekarang!" Vano pun langsung memberitahu Viera dengan rencana Arfeen. "Apa, Pa? Menyamar jadi pelayan? Arfeen sudah gila ya!" "Ma, keadaan sekarang sedang tidak kondusif. Jika Arfeen memintaku lakukan ini, artinya aku sedang terancam. Sejak awal, aku adalah kambing hitam kasus Megaproyek. Sudah pasti aku masih menjadi incaran!""Memangnya ... kasus itu masih bergulir?"Vano menggeleng. "Dari semua yang aku pelajari, kasus Megaproyek hanyalah sejenis alat saja. Untuk saat ini yang bisa melindungi kita hanya Arfeen!"Viera hanya menghembuskan nafas kasar lalu melakukan apa yang diinstruksikan. Vano harus menggambar kumis menggunakan maskara milik V
Randy menelan ludah dengan kesusahan, ia tak ingin pemuda di sisinya itu menghabisinya. "Eum, aku akan memindahkan Nyonya Tania ke ruang rawat. Satu hal lagi, mungkin jika dia sadar nanti ada sedikit trauma yang dirasakan. Jadi kalau bisa jangan ditanyai yang macam-macam!" sarannya lalu bangkit dan meninggalkan Arfeen dengan pikirannya. Tinju Arfeen mengepal dengan geram, ia tahu saat memutuskan untuk menyemai cinta di hatinya ia harus siap untuk terluka. Tapi ia tidak akan rela jika Larena yang harus hancur! Ia harus memikirkan cara agar Larena bisa kembali padanya tanpa harus melukai hatinya. Tapi bagaimana?Di perjalanan ....Vano masih berpacu dengan kecepatan untuk menghindari para polisi yang mengejar. "Pa, mana bantuan Arfeen? Kenapa belum datang?" panik Viera."Memangnya mereka malaikat yang bisa datang sekejap mata? Kau baru beberapa menit yang lalu menelepon Arfeen!" saut Vano. "Nyonya, Tuan. Saya takut!""Aku juga takut, Bi!" saut Viera sedikit galak. Mobil polisi itu