"Mika!" Suara Bariton seorang pria yang cukup Mika kenal membuat tubuhnya membeku. Itu adalah pak Raymond, GM Charleston hotel. Mika tak pernah mendapat bentakan seperti itu dari atasannya. Ia menoleh Raymond. "Pak Raymond!" sapanya menundukkan kepala sejenak dengan senyum manis. Plak! Bukannya sapaan lembut yang ia dapat, tapi justru sebuah tamparan. Mika menyentuh pipinya yang terasa pedas. Iaenatap atasannya itu perlahan. "Pak, kenapa Anda menampar saya?" "Karena kau sudah lancang terhadap tamu penting Tuan Jose!" "T-tamu penting?" beo Mika heran. "Minta maaf pada Presdir Mahesvara!" perintah Raymond. "Apa?! Presdir Mahesvara. Siapa Presdir Mahesvara?" Raymon lekas menoleh Arfeen. "Maafkan atas kelancangan wakil manager front office kami, Presdir. Ke depannya tidak akan terjadi hal semacam ini lagi!" Ia membungkuk dengan hormat. Menyaksikan hal itu tubuh Mika gemetaran. GM Charleston hotel bahkan membungkuk hormat di depan Arfeen. Arfeen adalah mahasiswa termiskin di kam
Jawaban Arfeen membuat Raymond dan Jose berfikir bahwa rekan kerjanya itu ingin bersenang-senang dengan Mika malam ini. Arfeen memang ingin bersenang-senang, namun senang-senang dalam versi Arfeen. "Presdir Mahesvara, apakah Anda membutuhkan tambahan gadis. Kebetulan hotel ini juga memiliki bar, dan bar kami menyediakan hostes!" tawar Jose. Arfeen justru melirik pada Jordi, sekretaris barunya itu sudah cukup berkontribusi hari ini. Tak ada salahnya jika ia memberikan hadiah. "Kau mau satu, Jordi?" "Apa Presdir?" tanya Jordi yang tak mengerti. "Karena kau sudah cukup membantuku hari ini, kau boleh mendapatkan beberapa gadis cantik untuk bersenang-senang malam ini!" "Terima kasih, Presdir. Tapi tidak!" Arfeen menatap sekretarisnya itu, ia pikir pria itu akan menerima dengan senang hati ketika disodori wanita. "Tidak?" Jordi tak menyahut lagi, ia hanya membenarkan posisi kaca matanya menggunakan telunjuk. Usai pertemuan itu, Arfeen pergi ke kampus untuk membayar biaya outbound.
"Apa? Jadi selain menjadi piaraan tante-tante kau juga open BO! Ya Tuhan Arfeen ... kami tak menyangka jika rupanya kau serendah itu!" seru Nita. Dulu ia sempat menyukai Arfeen karena parasnya yang rupawan dan tubuhnya yang tergolong bagus. Namun karena Arfeen miskin dan memiliki pekerjaan rendahan ia jadi membencinya dan lebih memilih Devon. Dan sekarang ketika tahu bahwa Arfeen rupanya serendah itu, Nita kian jijik menatapnya. Berbeda dengan Frita yang justru merasa tertantang. Keluarga Frita yang tergolong salah satu dari 5 keluarga terkaya membuat gadis itu memiliki kehidupan liar. Kehidupan malam dan kehangatan ranjang sudah tak asing baginya. Sejak mengetahui Arfeen menikahi seorang tante-tante, meski wanita yang dinikahi Arfeen itu memang cantik dan anggun. Bahkan menjadi ratu kosmetik yang mampu mengalahkan pesona para gadis muda. Frita memang penasaran terhadap Arfeen. Karena diluar kemiskinan dan pekerjaan rendahannya, Arfeen termasuk sosok pria idaman yang diingink
"Siapa Zagan?" tanya Ervan yang baru pertama kali mendengar nama itu. Mario dan Frita menolehnya. Keluarga Ervan memang kaya, tapi bukan dari 5 keluarga terkaya. Bahkan posisi keluarganya hanya masuk 15 besar saja. Masih di bawah keluarga Jayendra. "Zagan? Zagan itu panggilan untuk seseorang dari klan Mahesvara yang juga menguasai dunia bawah. Ada yang meyakini bahwa Zagan adalah Tuan Muda Mahesvara. Tapi ada juga yang meyakini bahwa dia hanyalah salah satu anggota klan Mahesvara. Tapi kami tahu pasti, bahwa Zagan memang Tuan Muda Mahesvara. Putra mahkota dari klan Mahesvara!""Aku sempat mendengar tentang Tuan Muda Mahesvara yang kembali setelah 6 tahun menghilang. Tapi tentang Zagan ... aku sama sekali tak pernah mendengar namanya!" aku Ervan. "Itu karena keluargamu tak terlibat dalam dunia bawah, tapi bagi kami yang juga memiliki bisnis di dunia bawah ... tentu kami pernah mendengar nama itu!" jawab Mario."Sepertinya ... kita harus berhati-hati dengan Zagan ini, apakah ... sebe
"Tuan?" seru nyaris semua gadis itu. Jordi tak memedulikan mereka semua. "Bukankah Tuan masih ada acara?""Kau benar, Jordi. Aku hampir saja lupa!" sahut Arfeen berdiri. "Arfeen, kau berjanji akan memberitahuku!" sergah Nathan membuat Arfeen menoleh. "Kalau begitu ikutlah denganku!" imbuhnya mulai melangkah. Namun para gadis itu menghalangi. "Arfeen tunggu, jelaskan dulu pada kami? Siapa pria ini? Kau memiliki bodyguard?" berbagai pertanyaan terlontar bersautan. "Maaf Nona-nona, kelas sudah selesai. Sebaiknya kalian juga pulang!" ujar Jordi menghalau mereka. Membuat Arfeen memiliki ruang untuk keluar kelas. Meski masih ada yang mencoba menghalangi, namun kali ini Nathan ikut andil agar Arfeen bisa keluar kelas. Setelah sampai di luar, Arfeen pun berlari menuju parkiran. Nathan mengikuti."Ya ampun!" keluhnya sambil berlari. Jordi pun ikut ambil langkah seribu. Ia tak menyangka akan melewati semua ini. Sudah lama ia bersembunyi pada sosok pria lemah, sekarang ia tak mau lagi te
Mika menatap Frita dengan tatapan tak suka, apalagi gaya Frita yang tampak menggoda itu! Mika tahu seperti apa reputasi Frita terhadap lelaki. Dan ia tak mau berbagi soal Arfeen dengan Frita, jadi ia tak akan membongkar jati diri Arfeen di depan Frita. Apalagi sampai siri kampus tahu siapa Arfeen. Pasti Arfeen akan langsung menjadi incaran para gadis di kampus. Meski Arfeen sudah menikah, tapi sebagai seorang tuan muda pasti akan tetap banyak yang mengejar. "Frita, Arfeen bukan seorang pemuas nafsu. Kau salah jika berfikiran dia seperti itu!" Frita menoleh pada Mika, ia bisa membaca jika Mika sepertinya mulai menyukai Arfeen. Atau diam-diam mereka berdua memang sudah menjalin hubungan tersembunyi? "Kau cemburu, Mika?" tudingnya. "Apakah kau adalah kekasih gelap Arfeen di belakang istrinya?" "Jaga bicaramu!" Frita justru tertawa. "Tak perlu munafik, Mika. Kau tampaknya sangat tidak senang mengetahui bahwa aku akan menghabiskan malam yang panjang bersama Arfeen. Apa itu artinya ji
Frita dan Mika tampak panik. Mika pikir Arfeen mau mengajaknya kencan, sebagai hukuman jika ia harus menyerahkan mahkotanya ia rela. Tapi hal itu untuk Arfeen, bukan untuk para pria yang tak ia kenal. Frita tak menyangka jika Arfeen akan membalas apa yang ia lakukan terhadap pria itu 3 tahun yang lalu. Ia sendiri sudah hampir lupa akan kejadian itu. Frita bangkit dan mundur ketika empat orang itu mendekat. Mika hendak melarikan diri, namun rupanya pintu suda terkunci dan kuncinya entah ada di mana. "Buka pintunya!" teriaknya mengetuk-ngetuk daun pintu. "Kau lupa, Mika. Ruangan ini kedap suara, jadi percuma saja kau teriak!" ujar Arfeen yang tetap duduk santai. Ia bahkan tengah menikmati segelas minuman. Frita sedang menampik dua tangan yang mencoba merengkuhnya. "Pergi! Menjauh dariku!" "Kau sangat cantik sayang!" "Jangan sentuh aku! Gunawangsa akan menghancurkan kalian!" "Masih bisa sombong rupanya!" Frita tetap mencoba meronta, meski saat ini kedua tangannya d
"Kau pergi ke bar?" tanya Larena yang terkejut. "Aduh, Larena ... bukankah suamimu tadi bilang dia mengawal Tuan Muda dari klan Mahesvara itu. Pasti Tuan Muda itu yang bersenang-senang di bar, dulu ... meskipun masih sangat muda tapi dia itu adalah pecinta wanita!" oceh Viera. Ucapan Viera sungguh membuat Arfeen mengeraskan rahang. Mertuanya itu sedang menjelekkan dirinya di depan Larena? Tapi apa yang dikatakan sang mama mertua memang tidak bohong. Ia memang seperti itu kan? Tapi itu dulu, sebelum ia menikah dengan Larena. "Tidak sepenuhnya seperti itu sayang, Tuan Muda hanya ingin memberi pelajaran pada teman kampusnya yang dulu pernah merendahkan dirinya!" saut Arfeen membala diri. "Merendahkan?" "Kalian pasti tahu kan jika Tuan Muda pernah terusir dari klan Mahesvara karena sebuah kesalah pahaman?" "Apa pun itu tapi ... aku tak suka jika kau suka main ke bar!" "Aku hanya mengawal!" "Sepertinya Tuan Muda itu bisa memberikan pengaruh buruk padamu!" "Jangan berpikiran negati