Mau tanya dong, kalian suka baca P3 di jam berapa?
Seharian ini Claudia dibuat gelisah. Usai kembali ke kampus setelah makan siang bersama, dia terus memikirkan ucapan Bahtiar yang mengatakan, “Besok pagi Ayahmu akan datang. Kakek akan bicara dengannya mengenai hubunganmu dan Ryuga, Claudia.” Tidak ada tanda-tanda Sang Ayah menghubungi Claudia lagi setelah Bahtiar menelepon Aji. Pun, begitu juga dengan Ryuga yang sampai detik ini tidak ada kabar. Claudia menggelengkan kepalanya. ‘Sudahlah, Clau. Mungkin Ryuga sibuk, jadi tidak sempat menghubungimu.’ Detik berikutnya, ponsel Claudia berbunyi pendek, menandakan ada pesan yang masuk. Wanita itu memutuskan untuk melipir di tepi koridor. Ya, kini Claudia tengah berjalan ke arah parkiran hendak pulang. [Ryuga: Aku merindukanmu, Claudia.] [Ryuga: Aku di parkiran kampus.] Membaca pesan tersebut otomatis membuat kedua sudut bibir Claudia menyunggingkan senyum. Perutnya terasa digelitik ribuan kupu-kupu. Claudia dengan cepat membalas pesan itu. [Claudia: Oke, aku ke sana sekarang, Ryuga
*Siang tadiPenolakan Aji tidak membuat Ryuga mengurungkan niatnya untuk tetap menjadi donatur bagi program baru yang akan dijalankan di desa tempat Claudia tinggal.Pria itu menyerahkan uang tersebut kepada Sekretaris Desa untuk dikelola.“Maafkan saya, Pak Ryuga,” ucap Riel memecah keheningan di dalam mobil. Atas perintah dari Ryuga, keduanya kembali ke kota di hari yang sama.“Tidak perlu, Riel,” dengus Ryuga yang tidak menyukainya ucapan permintaan maaf Riel barusan. Manik hitamnya melirik Riel sekilas. “Itu sama sekali bukan kesalahanmu.”Meskipun begitu, Riel tetap merasa dirinya kurang maksimal. Jarang-jarang hasil pekerjaannya mengecewakan Ryuga.“Apa yang akan Pak Ryuga lakukan selanjutnya?” Riel memutuskan bertanya. Dia akan melakukan pekerjaan lainnya dan berjanji akan memberikan hasil yang memuaskan.Ryuga tidak menangkap konteks pembicaraan Riel mengarah kemana. Namun, dia menyahut dengan suara dalamnya, “Aku akan pergi ke toko perhiasan.” Seringaian tipisnya terbit.Mend
“Aruna …,” rengek Anjani yang merasa terkejut karena diam-diam dia sebenarnya sedang mencuri dengar.Yang lain mungkin tidak mempedulikan pekikan Aruna barusan karena sedang menikmati waktu istirahat. Sementara Anjani sangat “Maaf, Jani he he,” ringis Aruna seraya memperlihatkan cengiran khasnya. Lantas setelah itu, Aruna kembali fokus pada sambungan telepon yang masih menyala, “Halo, Dad. Aruna butuh penjelasan, tapi sebentar … Aruna mau sambil ke luar dulu,” ucapnya dengan ceriwis.Di seberang sana Ryuga terkekeh mendapati Aruna yang tampak bersemangat. Perasaannya yang sedikit terluka oleh penolakan Aji tadi seakan sembuh hanya dengan mendengar suara ceria putrinya.The power of Aruna Lusa Daksa.“Mmm, baiklah,” angguk Ryuga seraya menyunggingkan senyum di sudut bibirnya.Maka, Aruna langsung bangkit dari duduknya. Hal itu tidak luput perhatian dari Anjani. “Mau ke mana, Runa?”Ditodong pertanyaan seperti itu, Aruna menaikkan jari telunjuknya dan mengarah ke pintu ke luar. Dia mel
Udara malam ini terasa dingin di dalam lift apartemen. Namun, entah kenapa rasanya panas sekali untuk Ryuga. Pria itu sampai melonggarkan dasi dan membuka satu kancing atas kemejanya.Tiba-tiba kesiur angin datang dari arah samping. Manik hitam Ryuga mendapati sebuah kipas angin portabel milik Claudia melayang tepat di bawah lehernya.Claudia tersenyum dengan matanya. Wanita itu menggoyangkan pelan kipas portabel berwarna Lilac tersebut sambil mengatakan, “Aku rasa kamu membutuhkan ini, Ryuga.”“Berikan padaku, Claudia,” pinta Ryuga menengadahkan tangan. Sepertinya benda kecil itu lumayan membantu mengurangi rasa gerahnya.Namun, Claudia menolak memberikan. Wanita itu menggelengkan kepala. “Biar aku saja, Ryuga.”Kedua alis Ryuga langsung menukik. Dia tetap menengadahkan tangan. Tapi, Claudia tetap tidak mau memberikan.“Jangan katakan itu saat bersamaku, Claudia,” ucap Ryuga dengan tegas.Claudia memicingkan mata sambil melipat kedua bibirnya ke dalam lantas menggelengkan kepalanya t
Claudia tidak ingin merusak suasana makan malam romantis yang telah disiapkan Ryuga. Demikian, Claudia berusaha untuk menunda keinginannya untuk memberitahu Ryuga tentang apa yang terjadi tadi siang. “Ryuga,” panggil Claudia selagi tangannya menaruh alat makan di piring. Claudia sudah selesai makan. Pandangannya naik untuk menatap Ryuga yang ternyata juga tengah menatapnya. “Mmm?” sahutnya dengan suara yang dalam. “Mau es krim untuk penutup mulut, Claudia?” tawarnya. Ditawari makanan kesukaannya, Claudia mana mungkin menolak. Dia menganggukkan kepalanya. “Mauuuu.” Bibir cherry-nya merespons dengan sedikit maju ke depan, membuat Claudia tampak terlihat lucu. Ryuga balas terkekeh. “Barusan ada apa memanggilku?” Dia sengaja mengalihkan topik untuk suatu hal. “Besok malam, kamu ada kegiatan, Ryuga?” Claudia sengaja menanyakan ini untuk berjaga-jaga jika kakek dan ayahnya meminta Ryuga datang menemui keduanya. “Apa memikirkan seseorang termasuk kegiatan, Claudia?” Alih-alih langsung
Menikah itu menakutkan. Tapi, jika calon pengantin prianya adalah Ryuga Daksa, Claudia tidak akan menolak … lagi. Ini berbeda dari ajakan pertama saat Ryuga mengajaknya menikah hanya karena kesalahannya. Dia mendekati Ryuga dan Aruna yang masih berpelukan. Claudia menggigit bibir bagian bawahnya sebelum menyeletuk pelan, “Ini Mommy nggak ikut dipeluk juga?” Celetukkan Claudia sukses membuat Aruna melepaskan diri dari pelukan Ryuga. Mata besarnya bertukar pandang dengan Ryuga. “Dad …,” panggil Aruna dengan suara lirihnya. Kepala Ryuga mengangguk pelan. Dagu Ryuga mengedik ke samping, menyuruh Aruna untuk menghampiri Claudia. Sudut bibirnya berkedut menahan senyum. Baru ketika Aruna beranjak dari hadapannya, Ryuga menunjukkan gummy smile-nya. Dia terenyuh dengan apa yang Claudia katakan barusan. Pun, Aruna yang kini berhadapan dengan Claudia. Keduanya saling bertukar pandang. Belah bibirnya terbuka, suara Aruna yang serak mengudara, “Aruna boleh panggil Bu Claudia … Mommy?” “Bol
Malam sudah semakin larut. Diana dan Riel sudah berpamitan pulang pada Claudia. Tadinya Claudia ingin memberitahu Ryuga. Namun, Riel mencegahnya.Aruna juga sudah ketiduran di sofa. Claudia baru saja menyelimuti gadis itu dengan jas hitam milik Ryuga.‘Kayaknya Aruna kelelahan,’ pikir Claudia. Wanita itu tidak segera beranjak pergi. Wajah Claudia berhenti tepat di depan wajah cantik Aruna yang tampak tenang dalam tidurnya.Claudia mengukir senyum di bibir cherry-nya selagi jari telunjuknya mencolek hidung Aruna. Dan setelah itu, dahi Aruna tampak mengerut samar. Beberapa detik setelahnya, air wajahnya tampak kembali tenang.‘Gemes banget, Aruna.’ Senyum Claudia semakin lebar. Entah kenapa, ada sensasi menyenangkan yang Claudia rasakan. Jadi, dia kembali mencolek hidung Aruna seraya menahan kekehannya.“Mommy,” gumam Aruna dengan mata yang terpejam.Jantung Claudia berdebar seketika. Dia merasa akan terjengkang mendengar suara Aruna. Tapi, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan gadis i
“Clau, ngelamun aja!” Claudia terperanjat begitu ditegur Idellia. Dia menegakkan tubuh dan meringis pelan. Lantas Idellia mengeluarkan minuman dari kresek putih di tangan dan langsung menyodorkan jus alpukat pada Claudia. “Nih, biar nggak melamun terus minum jus alpukat dulu.” “Terima kasih, Idel,” ucap Claudia sambil menerima jus alpukat miliknya. Idellia hanya mengangguk karena dia harus membagikan jus milik rekan-rekan dosen yang lain. “Yang mau ujian mahasiswa … tapi dosen-dosennya juga ikutan stress,” keluh Lilia di sebelah Claudia mengenai kebijakan terbaru. “Minum jus dulu, Li, biar seger,” timpal Praya mendorong jus apel milik Lilia ke arahnya. Para dosen baru saja selesai rapat mengenai penyesuaian ujian pelaksanaan kenaikan semester yang berbasis projek. Ruangan dosen hari ini penuh. Untungnya, Claudia bisa mendapatkan kursi untuk bersebelahan dengan Lilia dan yang lain. “Pokoknya mahasiswa liburan, dosen juga harus liburan!” seru Zoya dengan penuh tekad. Kepalanya mend