Claudia tidak ingin merusak suasana makan malam romantis yang telah disiapkan Ryuga. Demikian, Claudia berusaha untuk menunda keinginannya untuk memberitahu Ryuga tentang apa yang terjadi tadi siang. “Ryuga,” panggil Claudia selagi tangannya menaruh alat makan di piring. Claudia sudah selesai makan. Pandangannya naik untuk menatap Ryuga yang ternyata juga tengah menatapnya. “Mmm?” sahutnya dengan suara yang dalam. “Mau es krim untuk penutup mulut, Claudia?” tawarnya. Ditawari makanan kesukaannya, Claudia mana mungkin menolak. Dia menganggukkan kepalanya. “Mauuuu.” Bibir cherry-nya merespons dengan sedikit maju ke depan, membuat Claudia tampak terlihat lucu. Ryuga balas terkekeh. “Barusan ada apa memanggilku?” Dia sengaja mengalihkan topik untuk suatu hal. “Besok malam, kamu ada kegiatan, Ryuga?” Claudia sengaja menanyakan ini untuk berjaga-jaga jika kakek dan ayahnya meminta Ryuga datang menemui keduanya. “Apa memikirkan seseorang termasuk kegiatan, Claudia?” Alih-alih langsung
Menikah itu menakutkan. Tapi, jika calon pengantin prianya adalah Ryuga Daksa, Claudia tidak akan menolak … lagi. Ini berbeda dari ajakan pertama saat Ryuga mengajaknya menikah hanya karena kesalahannya. Dia mendekati Ryuga dan Aruna yang masih berpelukan. Claudia menggigit bibir bagian bawahnya sebelum menyeletuk pelan, “Ini Mommy nggak ikut dipeluk juga?” Celetukkan Claudia sukses membuat Aruna melepaskan diri dari pelukan Ryuga. Mata besarnya bertukar pandang dengan Ryuga. “Dad …,” panggil Aruna dengan suara lirihnya. Kepala Ryuga mengangguk pelan. Dagu Ryuga mengedik ke samping, menyuruh Aruna untuk menghampiri Claudia. Sudut bibirnya berkedut menahan senyum. Baru ketika Aruna beranjak dari hadapannya, Ryuga menunjukkan gummy smile-nya. Dia terenyuh dengan apa yang Claudia katakan barusan. Pun, Aruna yang kini berhadapan dengan Claudia. Keduanya saling bertukar pandang. Belah bibirnya terbuka, suara Aruna yang serak mengudara, “Aruna boleh panggil Bu Claudia … Mommy?” “Bol
Malam sudah semakin larut. Diana dan Riel sudah berpamitan pulang pada Claudia. Tadinya Claudia ingin memberitahu Ryuga. Namun, Riel mencegahnya.Aruna juga sudah ketiduran di sofa. Claudia baru saja menyelimuti gadis itu dengan jas hitam milik Ryuga.‘Kayaknya Aruna kelelahan,’ pikir Claudia. Wanita itu tidak segera beranjak pergi. Wajah Claudia berhenti tepat di depan wajah cantik Aruna yang tampak tenang dalam tidurnya.Claudia mengukir senyum di bibir cherry-nya selagi jari telunjuknya mencolek hidung Aruna. Dan setelah itu, dahi Aruna tampak mengerut samar. Beberapa detik setelahnya, air wajahnya tampak kembali tenang.‘Gemes banget, Aruna.’ Senyum Claudia semakin lebar. Entah kenapa, ada sensasi menyenangkan yang Claudia rasakan. Jadi, dia kembali mencolek hidung Aruna seraya menahan kekehannya.“Mommy,” gumam Aruna dengan mata yang terpejam.Jantung Claudia berdebar seketika. Dia merasa akan terjengkang mendengar suara Aruna. Tapi, tidak ada tanda-tanda yang menunjukkan gadis i
“Clau, ngelamun aja!” Claudia terperanjat begitu ditegur Idellia. Dia menegakkan tubuh dan meringis pelan. Lantas Idellia mengeluarkan minuman dari kresek putih di tangan dan langsung menyodorkan jus alpukat pada Claudia. “Nih, biar nggak melamun terus minum jus alpukat dulu.” “Terima kasih, Idel,” ucap Claudia sambil menerima jus alpukat miliknya. Idellia hanya mengangguk karena dia harus membagikan jus milik rekan-rekan dosen yang lain. “Yang mau ujian mahasiswa … tapi dosen-dosennya juga ikutan stress,” keluh Lilia di sebelah Claudia mengenai kebijakan terbaru. “Minum jus dulu, Li, biar seger,” timpal Praya mendorong jus apel milik Lilia ke arahnya. Para dosen baru saja selesai rapat mengenai penyesuaian ujian pelaksanaan kenaikan semester yang berbasis projek. Ruangan dosen hari ini penuh. Untungnya, Claudia bisa mendapatkan kursi untuk bersebelahan dengan Lilia dan yang lain. “Pokoknya mahasiswa liburan, dosen juga harus liburan!” seru Zoya dengan penuh tekad. Kepalanya mend
Ketika Claudia mencoba berdiri, dia kehilangan keseimbangan tubuh sehingga membuatnya jatuh ke lantai.Kedua tangan dan lututnya sama-sama menyentuh lantai yang dingin. Claudia merutukki kecerobohannya. “Aish … Clau, tidak bisakah lebih berhati-hati sedikit?!”Untung saja dia masih berada di dalam ruangan tangga darurat sehingga tidak ada yang menyaksikan kebodohannya itu. Seandainya Ryuga melihatnya terjatuh barusan, Claudia yakin pria itu akan bersikap berlebihan.Seakan belum puas, batin Claudia bersuara. ‘Bagaimana mau melindungi Aruna kalau melindungi dirimu saja tidak bisa, Claudia?!’Begitu mendapatkan konfirmasi dari Ryuga jika Natasha Blair dan Asha Blair adalah orang yang sama, Claudia segera ingin menemui Aruna.Mendadak saja ingatannya teringat akan cerita Ryuga semalam. ‘Aku tahu ini terdengar konyol, tapi Aruna sempat diculik Natasha bersamaan saat aku kecelakaan, Claudia.’Suara ringisan ke luar dari mulutnya saat Claudia mencoba bangkit berdiri. Dia tidak mempedulikan
Dibesarkan oleh Ryuga sejak kecil, Aruna memiliki kemiripan sikap yang sama persis dengan Daddy-nya. Gadis itu tumbuh menjadi pribadi yang berani menghadapi sesuatu.Maka, setelah meyakinkan Claudia jika dirinya baik-baik saja, Aruna memutuskan untuk kembali ke kelas. Namun, baru setengah jalan, langkahnya terhenti karena suara seseorang yang sudah lama tidak didengarnya.“Lama tidak bertemu, Aruna Lusa.” Suara itu bersumber dari arah samping tembok tangga yang di pijaknya.Tanpa harus menolehkan wajah untuk melihat siapa sosok tersebut, Aruna melanjutkan langkah untuk kembali ke kelas.Sosok itu hanya bisa mendengus. “Bisa-bisanya Aruna mengabaikan Mommy-nya?!”Sementara Claudia sendiri kembali ke ruangan dosen dengan langkah gontai. Rekan-rekan dosennya masih berada di sana karena jam menunjukkan jam istirahat. “Eh, Clau,” sapa Idellia yang menyadari kedatangannya. Yang lain hanya menoleh tanpa menyapa.Claudia kembali duduk di tempatnya. Dia segera menyeruput jus alpukat miliknya
Entah sebuah kebetulan atau sudah ditakdirkan, saat Ryuga sampai di kelas Aruna, pintu itu terbuka dari dalam. Sosok yang membukakan pintu tersebut terdiam setelah melihat keberadaan Ryuga.Natasha Blair.Untuk beberapa saat, manik hitam Ryuga sama sekali tidak berpaling dari mata besar yang terlihat mirip dengan mata besar milik putrinya, Aruna.Sudut bibir Natasha naik, menyunggingkan senyum. “Wow, aku tidak percaya kamu bisa datang secepat ini … Ryuga.”Mahasiswa yang masih di dalam kelas tampak penasaran melihat ke arah pria tampan yang berdiri di luar pintu bersama dosen tamu mereka. Pun, termasuk Aruna setelah Anjani memaksanya.“Ssst! Lihat deh, Run. Bu Asha lagi ngobrol sama Om-om cakep.”Semula Aruna tidak menghiraukan. Menurut Aruna, tidak ada orang lain setampan Ryuga dan Dirga–yah, setidaknya itu dulu. Jadi, gadis itu tidak tertarik. Dia hendak mengambil ponsel untuk menghubungi Claudia. Namun, gerakan Aruna tertahan oleh Anjani.“Ish!” Merasa gemas dengan ketidakacuhan Ar
Awalnya Ryuga tidak percaya dengan balasan pesan dari Claudia yang dibacakan oleh Aruna. Apa Ryuga tidak salah mendengar Claudia menyuruhnya untuk pulang tanpa bertemu terlebih dahulu?“Kalau Daddy nggak percaya, coba lihat saja pesannya,” ucap Aruna menyodorkan ponsel ke hadapan wajah Ryuga. Dia paling kesal kalau sudah mendapati kedua alis Ryuga menukik seperti itu.Rasa-rasanya Aruna ingin menyetrikanya supaya lurus setiap saat.Manik hitam Ryuga menatap ponsel Aruna dengan serius. Baru beberapa detik, layar tampilan ponsel itu berubah menampilkan nama ‘Om Yel Yel’ yang menelepon Aruna.Melihat itu, kedua alis Ryuga hampir menyatu. “Ada apa Riel meneleponmu?”Tanpa persetujuan Aruna, Ryuga mengambil alih ponsel putrinya dan langsung mengangkatnya. Aruna hanya bisa terdiam, menunggu dengan sabar.“Ini aku, Riel,” ucap Ryuga mengawali pembicaraan setelah menaruh ponsel milik Aruna di telinga kanannya. “Ada keperluan apa menelepon Aruna?”Suaranya terdengar ketus. Aruna menebak jika R
Ketegangan pagi itu tidak hanya terjadi pada sepasang ayah dan anak, melainkan juga terjadi pada sepasang suami istri di kediaman keluarga Waluyo.“Tidak bisakah kamu membatalkan agar tidak jadi pergi, Yel?”Istri mana yang tidak marah apabila suaminya baru saja pulang beberapa jam, harus kembali pergi meninggalkannya seorang diri … ditambah dengan keadaan hamil besar.Lilia memperhatikan baik-baik Riel yang sudah siap dengan pakaian berkudanya. Ya, Riel akan pergi berkuda bersama rekan-rekan bisnisnya.“Membatalkannya?” ulang Riel lantas menggelengkan kepala. “Itu tidak mungkin. Aku sudah merencanakannya lama dengan teman-temanku.”Setelah Riel kembali untuk menggantikan sang ayah memimpin perusahaan, dia mulai memiliki kesibukan-kesibukan di luar pekerjaan utama sehingga tidak memiliki banyak waktu untuk menemani Lilia sehingga berujung … mengabaikannya tanpa sadar.“Bagaimana dengan aku, Yel?” tanya Lilia dengan pandangan yang meredup. Perlahan, dia menundukkan pandangan dan mengus
“Daddy!” Sebuah protesan dilayangkan Aruna tepat saat dia diinterograsi Ryuga di ruang tamu bersama Pras. Ya, suara lain itu milik Ryuga. Bukan milik hantu penunggu rumah ataupun kucing jadi-jadian. “Semua yang Daddy tuduhkan pada Kak Pras salah besar,” ucapnya dengan tegas. Aruna sudah menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Namun, ekspresi Ryuga menunjukkan jika dirinya tidak percaya. Kedua alis Ryuga berkedut samar. “Oh, kamu membelanya, Aruna?” Mata besar Aruna memicing menatap ke arah Daddy-nya. Besok-besok, Aruna harus memberikan saran pada Aji untuk memasang CCTV di dalam rumah agar kejadian seperti ini bisa terekam oleh bukti. “Bukan begitu, Daddy …,” geleng Aruna dengan suara yang putus asa. Aruna frustasi. Mencoba menghilangkan ketakutannya, dia berucap, “Mommy mana? Cuma Mommy yang bisa bersikap netral dan tidak kekanakan seperti Daddy.” Aruna tidak peduli lagi jika kemarahan Ryuga bertambah dua kali lipat. Saat Ryuga mengeluarkan tanduk tak kasat mata di kepalanya, Arun
Selang beberapa menit di kamar mandi, Aruna baru ke luar dengan wajah yang sudah tampak lebih segar. ‘Nggak perlu panik, Na. Itu cuma Kak Pras ‘kan? Bukan Kak Sam aktor terkenal?’ batinnya mencoba menenangkan diri. Tidak dipungkiri jika debar itu hadir dalam dadanya saat melihat Pras bersama Aland tadi. Wajahnya dibiarkan setengah basah. Tidak ada poni yang menghiasi dahi Aruna. Rambutnya terurai, sedikit berantakan. Namun, justru itu daya pikat alaminya. Mata besar Aruna celingukan melihat ke arah ruang tamu yang sudah tidak ada siapa-siapa. “Ke mana perginya beruang kembar itu?” Satu alis Aruna naik, keheranan. Yang Aruna maksud dengan beruang kembar itu Pras dan Aland. Rasa-rasanya julukan beruang kembar sudah cocok untuk keduanya. Detik setelah gumaman itu mengudara, knop pintu dibuka dari luar. Satu sosok beruang yang Aruna cari muncul. Dia melangkah masuk dan mengambil asbak kecil yang ada di atas meja. Belum sempat Aruna bertanya, suara berat pemuda di hadapannya lebih du
Ternyata Ryuga benar. Dia sama sekali tidak salah mendengar. “Mas Ryuga?” ulang Ryuga lalu menusukkan ujung lidahnya di salah satu pipi. Dia mengurungkan niat–sebenarnya Ryuga hanya sekadar menggoda Claudia. Mendapati Ryuga yang merangkak mendekatinya, Claudia buru-buru meraih selimut dengan susah payah untuk menutupi tubuhnya yang polos. Setengah dari wajahnya sudah hampir tertutupi selimut, hanya saja Ryuga berhasil menariknya turun sebatas leher. “Ulangi, Claudia,” pintanya dengan suara yang rendah. Claudia menaikkan pandangan, menatap Ryuga, sebab tangan suaminya itu mengangkat dagunya. Seluruh wajah Claudia memanas. Bibir cherry-nya perlahan disentuh Ryuga dengan cara yang sensual. “Baiklah, jika memang Nyonya Daksa ini tidak mau bicara, aku menganggapmu tidak ingin melanjutkan– “Ja-hat!” Mendengar Claudia merutuk, sudut bibir Ryuga tertarik ke atas. Demi apapun, Claudia tampak menggemaskan. Apalagi Claudia yang menghindari kontak mata dengan manik hitamnya. “A–aku masih b
Warning: Mature content! Bagi yg kurang nyaman untuk baca, bisa skip bab ini okayyyy. Thank u … di atas ranjang.Namun, bukan berarti kehadiran calon anaknya yang sebentar lagi akan lahir tidak diinginkan oleh Ryuga. Dia sudah sangat menantikannya.“Lebih turun sedikit lagi, Claudia,” pinta Ryuga berbisik pelan di telinga istrinya itu dengan suaranya yang dalam. Tangannya membelai sisi pinggang atas Claudia yang terasa lembut.Pada kehamilan Claudia yang sudah menginjak tujuh bulan, Claudia tampak lebih berisi di beberapa bagian tubuh, salah satunya di bagian dada. Tangan Ryuga sudah bergeser pada bagian itu. Menekan lalu menggoda cherry di dada Claudia menggunakan dua jarinya.Satu lenguhan pelan mengudara. “Engh~”Dia
Mas RyugaMungkin sudah ratusan kali–oke, bagi Claudia itu berlebihan, rasanya sudah puluhan kali dia merapalkannya baik dalam hati maupun isi pikirannya. Bibirnya terlalu kelu untuk memanggil Ryuga demikian.Lidahnya terlalu kaku. Sisi dalam diri Claudia berbisik, ‘Semua akan terbiasa. Jadi, dicoba dulu, Clauuuu!’“Ryuga dan Aland belum pulang, Clau?”Celetukkan itu membuat Claudia mengerjapkan mata lantas menatap Sang Ayah yang sudah tampil rapi di hadapannya. “Ha? O–oh, belum, Yah. Sepertinya sebentar lagi,” jawab Claudia menduga-duga.Dia mengalihkan pandangannya ke arah jam dinding yang kini menunjukkan baru pukul tujuh pagi. Sekitar satu setengah jam lalu, Aji mengatakan jika Ryuga dan Aland ke luar untuk lari pagi.Baru Claudia ketahui setelah menikah jika Ryuga akan pergi berolahraga minimal satu kali dalam seminggu. Claudia menolehkan wajahnya lagi ke arah Aji. “Ayah sudah harus pergi sekarang?”Aji menganggukkan kepalanya. “Rasanya ada yang kurang kalau belum Ayah pastikan s
Pras mengantarkan Aruna pulang sesuai jam yang sudah ditetapkan Aji. Tidak ada keanehan. Sepanjang makan malam pun, Aruna bahkan tak segan memamerkan manik-manik yang dibelikan Pras di Pasar Sabtu. Namun, sekitar hampir jam setengah sembilan malam, gadis itu mulai terbatuk-batuk dan kesulitan bernapas. Asma Aruna … kambuh. Dan di saat-saat seperti itu, kekhawatiran Ryuga datang dua kali lipat. Pria itu cekatan memastikan kebutuhan Aruna terpenuhi. Claudia tidak diperbolehkan membantu, hanya menemani Aruna yang berbaring di ranjang tidur. Lagi-lagi Claudia dibuat terpesona. Dia beberapa kali kedapatan menggigit bibir bawahnya, menginginkan sesuatu dari suaminya itu. Akan tetapi, dengan cepat Claudia menepis jauh-jauh pemikirannya. ‘Ish, mikir apa, sih, kamu, Clau?!’ “Mom, tidur dengan Aruna, ya, malam ini?” pinta gadis itu sambil memeluk lengan Claudia. Hal itu membuat fokus Claudia teralihkan. Dia tidak langsung mengiakan. Malah melemparkan pandangan pada Ryuga yang ternyata sudah
Ryuga menjeda ucapannya, dia belum sepenuhnya selesai. “Coba saja kalau kamu berani, Al.”Suaranya yang terdengar tegas dengan manik hitam yang menyorot tajam membuat Aland perlahan menarik kembali kepalanya ke dalam dan menutup pintu rapat-rapat setelah memberikan cengiran khasnya.‘Ya mana berani kalau sama Om Ryuga.’ Aland berani menghadapi masalah lain di luar sana, tapi jika menyangkut kakak iparnya, Aland rasanya sudah menyerah duluan.Pemuda itu meneguk ludahnya dalam-dalam. “Om Ryuga kapan nggak kelihatan seremnya, sih, Mbak?” keluhnya sambil berjalan mendekati Claudia. Jari telunjuk Aland mengambang, menunjuk ke arah perut besar kakak perempuannya. “Curiga … anaknya bakal mirip Om Ryuga banget kalau sudah dewasa.”Claudia mengelus perutnya dengan sayang. Bibir cherry-nya tersenyum mendengar Ryuga dalam keadaan marah pun masih peduli padanya. “Kok mesti dicurigai segala, Al? Wajar kalau mirip Ryuga, ‘kan memang Daddy-nya.”Mendaratkan bokongnya kembali di ranjang tidur, Aland
“Ryuga Ryuga.”Tidak ingin membuat suaminya itu cemburu dan berakhir salah paham, Claudia mengangkat kedua tangannya dan menyentuh pipi Ryuga agar mendongak supaya bertukar pandangan dengannya.Sepasang manik hitam Ryuga yang menyorotnya tajam cukup berhasil membuat Claudia terintimidasi. Claudia meneguk ludahnya dalam-dalam. Dia membatin, ‘Satu-satunya yang tahu soal Dokter Valky hanya Ayah …. Apa saja yang Ayah katakan pada Ryuga?’Claudia yakin sekali dengan soal yang satu itu. Kecil kemungkinan jika Aland yang memberitahu soal Dokter Valky.“Tolong dengarkan penjelasanku dulu, ya?” pinta Claudia dengan suara yang lembut. Karena jika dilihat dari ekspresi Ryuga yang tampak kesulitan, sepertinya akan sulit mengajaknya untuk bicara.Ryuga menggelengkan kepala. Dia sudah mendengarnya dari Aji. Kira-kira begini, “Ayah baru ingat jika dulu sebelum Claudia pergi ke kota untuk melamar sebagai dosen, Dokter Valky sempat ditugaskan di Desa ini.”Mendengar informasi itu, Ryuga menyimaknya de