Sepanjang perjalanan menuju kampus, Aruna menutup mulutnya rapat-rapat. Biasanya pasti Aruna akan sangat berisik dan mengganggu ketenangan Dirga.
‘Ini Dirga betulan nggak ada inisiatif ngajak aku ngomong duluan?’ Aruna membatin sambil menatap punggung Dirga dengan senyum yang terlihat sedih.Sementara Dirga sendiri menyadari jika Aruna bersikap berbeda. Mungkin gara-gara hal di dapur tadi. Dirga sedikit menyesal dengan perbuatannya yang dipergoki secara tak sengaja oleh Claudia.Dirga takut Claudia berpikir lain-lain tentang dirinya.Sampai keduanya tiba di parkiran, Aruna menyodorkan helm tanpa suara cerianya. Keduanya sempat bersinggungan mata.“Aku pulangnya minta dijemput daddy aja.” Padahal Aruna hanya mengetes Dirga.Namun, dengan entengnya Dirga mengiyakan. “Ya udah.”Aruna sangat kesal mendengarnya. Dia menghentakkan kaki ke tanah dan memprotes, “Kamu nggak coba maksa aku buat pulang sama kamu, Dirga?!”Seumur hidupnya, Claudia banyak menghabiskan waktu bertahun-tahun dengan Claire, teman dekatnya dari semasa SMA. Banyak hal yang telah dilalui oleh keduanya.Maka saat melihat dua sosok mahasiswa yang sedang tertawa-tiwi: yang satu terlihat bersikap manja dengan menggelayuti lengan sahabatnya, yang satunya lagi berusaha menepis, itu membuat Claudia teringat bagaimana dirinya dan Claire di masa lalu.‘Sadarlah, Claudia! Kamu hanya merindukan kenangannya saja!’ tekan Claudia dalam batinnya.Dia merengut, menanti dengan sabar kedatangan Ryuga yang akan menjemputnya Sabtu siang ini. Belasan menit lalu Ryuga mengirimkan pesan akan segera tiba di kampus. Jadi Claudia memutuskan menunggu Ryuga di gedung fakultas tempat dia mengajar.
Walaupun hanya pertunangan kontrak, Claudia merasa Ryuga memperlakukannya dengan baik dan tampak layaknya tunangan sungguhan.Pertanyaan sebelumnya yang ditanyakan Claudia dijawab tegas oleh Ryuga, “Sudah kubilang sebelumnya jika kamu berbeda, Claudia.”Seolah-olah Ryuga dapat menerima kepribadian Claudia dengan perbedaan yang ada pada dirinya sendiri. Tapi, perbedaan yang ada di antara keduanya terlalu kontras.‘Untuk apa aku memikirkan pantas atau tidak? Ryuga bilang, itu urusannya. Tugasku hanya menerima.’Lagipula menolak Ryuga adalah sebuah hal yang sia-sia. Pria itu selalu tampak mengintimidasi dan memaksakan kehendaknya. Seperti yang satu ini; pakaian yang dikenakan Claudia adalah pilihan Ryuga. Dress beludru berwarna maroon di bawah lutut yang tampak pas di tubuhnya. Malam ini Claudia tidak perlu repot-repot mendandani dirinya sendiri karena Ryuga mempermudah persiapan Claudia.“Sudah siap bertemu keluargaku, Claudia?”Di sampingnya, sosok Ryuga muncul dengan pakaian yang sen
Ini namanya bunuh diri. Claudia baru saja menyadari jika apa yang dilakukannya barusan adalah kebodohan.“Kyaaakk~ apa yang kamu lakukan, Claudia!’ rutuknya pada diri sendiri. Dia pasti tampak konyol di mata pasangan ayah dan anak itu. Alih-alih menunjukkan kepercayaan diri, dia malah bisa saja merusak reputasinya sendiri.Claudia memutar kepalanya ke belakang, melihat Ryuga. Bibirnya berucap tanpa suara, “A-aku harus gimana?” Tak lupa, wajahnya juga memelas. “Tolong aku, Ryuga.”Bibir tipis Ryuga menyeringai. Dia memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana dan menghampiri Claudia dengan santai.Di saat yang bersamaan, Aruna juga mendekat setelah beberapa saat mematung. Dia terkejut mendapati dosen baru yang juga kenalan Dirga, tiba-tiba saja berada di mansion keluarganya.“Daddy,” panggil Aruna pelan. Gadis itu menatap Ryuga serius. Sejurus kemudian, tiba-tiba Aruna melemparkan satu pukulan lemah di dada Ryuga.“Daddy jahat banget, sih, sama Aruna ….”Melihat itu jelas Claudia ter
Dan persis apa yang dikatakan Aruna, semua keluarga Ryuga sudah berkumpul dan menunggu kehadiran keduanya di meja makan panjang yang letaknya ada pada halaman belakang.Wajah-wajah yang Claudia lihat di dokumen yang Ryuga berikan, kini dia melihatnya secara langsung. Orang tuanya Ryuga: Rudi dan Emma, Eyang Ila, bahkan Tante Ratih dan keluarga kecilnya.Aruna berdeham lalu menyeletuk, “Calon mommy Aruna datangggg~!”“Aruna,” tegur sesosok wanita yang rambutnya hampir memutih. Eyang Ila membenarkan bingkai kacamatanya yang turun lalu menatap pada sosok di samping Aruna.Eyang Ila tersenyum, pun yang lain menyambut hangat kedatangan Claudia. Terkecuali Tante Ratih, yang senyumnya kelihatan sedikit dipaksakan.“Selamat datang, Nak.” Emma, ibunya Ryuga yang berbicara.Claudia mengangguk sopan serta senyum yang tak lepas dari bibirnya. “T-terima kasih, Tante.”“Duduklah,” ucap Ryuga menarik salah satu kursi untuk Claudia tepat di sebelahnya.Claudia tak langsung duduk di sana. Dia sempat b
‘Aku menyukai Claudia.’ ‘Itu sebabnya aku memilihnya.’ Claudia memejamkan matanya erat-erat. Lantas saat membuka mata, dia menemukan dirinya tengah berdiri di depan cermin kamar mandi tamu. “Ryuga sungguh pria berbahaya,” ucap Claudia menggelengkan kepalanya pelan. Dia mempunyai segala cara untuk membuat Claudia tak berkutik. Ryuga bahkan membuat Claudia menginap di kediaman keluarga Daksa. Itu tidak ada dalam rencana. Ryuga hanya mengundangnya untuk makan malam. Tapi, mengapa pakai acara menginap segala? Wanita itu ke luar dari kamar mandi dengan wajah tertekuk. Namun, dia berjengkit kaget saat menemukan sesosok gadis yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi. “Aruna,” pekik Claudia seraya memegangi jantungnya yang hampir copot. Ya, gadis itu Aruna. Dia menunjukkan wajah penuh penyesalan. “Bu Claudia, maaf aku mengganggu. Tapi, ada yang pengen aku obrolin,” ringis Aruna. Satu tangannya mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Claudia langsung mengiakan, “Ayo, Aruna. Ibu jug
Melalui ekor matanya Ryuga melirik sekilas. Claudia tahu-tahu sudah ada di sebelahnya, ikut bersedekap dada dan memandang lurus ke depan. Entah bagaimana piyama milik Aruna begitu pas saat dikenakan Claudia.Wanita itu mengembuskan napas beratnya. “Aku … tidak masalah.”Ya, apa masalahnya? pikir Claudia. Buru-buru Claudia menolehkan wajahnya ke arah Ryuga, “Tolong jangan salah paham, Ryuga. Aku nggak berusaha mengambil hatinya Aruna.”Namun, Ryuga malah tersenyum. Di mata Claudia, senyum itu seperti tengah mengejeknya. Jadi, Claudia meyakinkan sekali lagi, “Aku serius. Lagipula Aruna kekasihnya Dirga—Claudia menjeda ucapannya. Dia teringat ucapan Aruna sebelumnya bahwa Ryuga mengetahui soal Dirga.Alisnya menekuk, “Ryuga,” panggil Claudia.Ryuga menyadari kala Claudia menyerukan namanya tidak secanggung dulu. Dan itu artinya sebuah kemajuan?“Ryuga.” Claudia memanggil lagi. Namun, Ryuga tidak merespons sama sekali. Dia tak bergeming di tempatnya.‘Pria ini kenapa?! Cosplay jadi patun
Esok harinya, Claudia sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia memberanikan diri ke luar dari kamar tamu dan menuju ke satu tempat: kamar Ryuga.Pria itu sempat menunjukkan kamar yang ditempatinya semalam, “Kalau butuh apa-apa, kamu bisa datang ke kamarku, Claudia.” Kedengarannya tampak wajar, bukan? Tapi Ryuga menambahkan ucapannya, “Tenang saja, Aruna ada di kamar lain.”Memang bukan salah Ryuga jika Claudia salah menafsirkan ucapan pria itu. Hanya saja ucapan Ryuga terdengar ambigu bagi Claudia.Jarak antara kamar Ryuga dan kamarnya lumayan cukup jauh. Kamar Ryuga ada di sayap kanan sedangkan kamar Claudia di sayap kiri. Sepanjang jalan ke sana, Claudia mengedarkan pandangannya untuk melihat arsitektur bangunannya yang elegan.Sesampainya di depan kamar Ryuga, Claudia tidak langsung masuk. Dia menaikkan ponsel, mencari nomor Ryuga lalu meneleponnya. Claudia menunggu, tapi tidak ada jawaban.“Apa Ryuga masih tidur?” tebak Claudia. Semalam Claudia juga kesulitan tidur karena mengingat pelu
“Sorry sorry, Aruna nggak maksud ganggu beneran!” Untuk pertama kalinya, Aruna tak sengaja hampir menyaksikan daddy-nya ‘bermesraan’ dengan seorang wanita tepat di depan mata. Dia agak menyesal harus datang di waktu yang tidak tepat. Lihat bagaimana Claudia kelabakan menatap ke arahnya setelah menjauhkan diri dari Ryuga. Wajah Ryuga tampak kesulitan, “Kenapa, Na?” tanyanya dengan suara yang sedikit serak. “Aruna pikir Bu Claudia hilang, soalnya nggak ada di kamar waktu Aruna cari. Jadi, Aruna mau tanya Daddy dan yah … ternyata Bu Claudia ada di sini,” jelas Aruna meringis sambil mengusap tengkuknya. “A-ah i-iya, Ibu ke sini karena ada yang mau ibu omongin sama daddy kamu.” Claudia melirik Ryuga dengan canggung. ‘Ayolah, buat pembelaan Ryuga!’ harap Claudia dalam hatinya. Namun, harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. “Claudia tidak mungkin hilang, Aruna,” kekeh Ryuga. “Dia tidak akan bisa ‘kabur’– Manik hitam Ryuga menatap Claudia yang juga tengah menatapnya, lalu melanj
“Sudah dua bulan ….”Pagi itu tiba-tiba saja Aruna bernyanyi dengan suara yang sumbang. Mata besarnya menatap Ryuga dan Claudia bergantian. Kepalanya miring ke arah kiri. Dia pun menyeletuk, “Kapan Aruna bisa tidur bareng Daddy sama Mommy Clau?”Dua bulan waktu yang cukup bagi Ryuga dan Claudia memiliki waktu berdua. Apalagi beberapa kali Aruna mengungsikan dirinya menginap di mansion agar orang tuanya bisa bebas berpacaran. Bukankah Aruna cukup pengertian?Sekarang, Aruna juga ingin bermanja-manja pada Ryuga dan Claudia. Masa bodoh dengan umur. Toh, Aruna setuju ‘Umur hanyalah angka.’Kemudian gadis itu bertopang dagu menggunakan kedua tangan. Mata besarnya mengerjap beberapa kali seraya memasang wajah yang penuh harap layaknya emoji.Claudia yang melihat itu terkekeh pelan. Dia menaikkan satu tangannya di atas meja makan untuk bertopang dagu. Dia berpikir sejenak, “Mmm, tanya Daddy saja, Aruna,” jawab Claudia sambil melirik Ryuga penuh maksud.“Kalau Mommy sendiri, malam ini juga ay
Ada pun, di sisi lain seorang gadis muda juga wajahnya ikut memanas dibalik selimut yang dikenakan. Beberapa detik lalu, dia mendengar suara yang memanggilnya dari luar kamar. “Anjani Ruby.”DEGSuara berat itu lagi-lagi mengudara di dalam kamar hotel yang ditempatinya. Anjani menahan napas dibalik selimut. Itu … jelas-jelas bukan suara Aruna.“Gue tahu lo nggak sakit, lo cuma menghindar dari gue ‘kan?”Mata Anjani memejam erat-erat dengan debar jantung berdebar keras mendengar celetukkan suara berat familier itu di luar kamar. Anjani merasa gamang, haruskah dia menyudahi aksi menghindarinya ini?‘Tapi, aku terlalu malu untuk menunjukkan wajah di hadapan Aland hiyaaaa!’ batin Anjani menjerit. Bahkan sangking malunya, dia tidak sanggup menceritakan hal itu pada Aruna tadi. Sangking malunya, Anjani bahkan memutuskan tidak ikut dalam acara resepsi pesta Ryuga dan Claudia.Gadis itu hanya bisa berguling-guling di atas ranjang tidur sambil memikirkan kejadian di kolam renang yang terus b
Malam itu acara resepsi berjalan lancar dan terkendali. Para tamu undangan terus berdatangan dan memberikan ucapan selamat pada kedua pengantin. Kebanyakan tamu-tamu yang hadir didominasi oleh kenalan Rudi dan Aji. Pun, Ryuga sendiri hanya mengundang kolega bisnis yang dia percaya. Kini, Tirta datang beserta istri untuk memberikan ucapan selamat. Sosok Tirta memeluk Ryuga erat-erat. “Selamat sekali lagi, Ryu.” Terdengar nada suara Tirta yang mengatakannya penuh keharuan. Akhirnya setelah sekian lama menduda, teman dekatnya itu pun menikah. Keharuan lain dirasakan Tirta karena menyaksikan sendiri perjalanan kisah cinta Ryuga dan Claudia yang cukup berliku. Ryuga menyunggingkan senyum tipisnya. Dia balas menepuk punggung Tirta. “Mmm, terima kasih, Ta.” Selagi masih berpelukan, Tirta berkesempatan untuk berbisik di telinga Ryuga, “Kamu akan suka hadiah dariku, Ryu. Jangan lupa digunakan sebaik-baiknya dengan Claudia!” Mendengar ucapan Tirta, tampaknya Ryuga tahu apa yang dihadiahkan
Beberapa jam kemudian, saat malam menjelang acara resepsi dimulai, Aruna yang baru selesai dirias langsung tergopoh-gopoh melangkah menuju sebuah ruangan yang sudah dipersiapkan menjadi ruang tunggu pengantin.‘Pokoknya harus sempat ketemu Mommy Clau dulu!’ batin Aruna bertekad. Sebab sudah dipastikan nanti malam dia tidak akan bertemu dengan ibu sambungnya.Di sisi lain, Aruna senang karena akhirnya Ryuga dan Claudia menikah sehingga bisa hidup bersama. Di sisi lain, Aruna juga ingin memiliki banyak waktu bersama Claudia lebih lama. Tapi, Aruna lihat-lihat Ryuga sering kedapatan tidak mau berbagi Claudia dengannya.Aruna memasang senyum lemah begitu menemukan Ryuga dan Riel yang tengah mengobrol di depan ruangan pengantin. Tangannya terangkat, melambaikan tangan. “Daddy!” seru Aruna. Mata besarnya memicing, “Mommy Clau mana, Dad?” sambungnya sambil celingukan.Ditodong pertanyaan seperti itu, Ryuga langsung menjawab, “Masih di dalam, Aruna,” tunjuknya sambil mengangkat jari dan menga
Di sisi lain restoran, terdapat dua kolam renang dalam hotel Azzata. Satu berada di luar dan satu berada di dalam. Kolam renang privat di dalam ruangan terhubung dengan toilet dan ruangan ganti. Meskipun di luar juga terdapat fasilitas yang sama. Tapi, tadi … Anjani pergi ke kamar mandi yang berada dalam untuk menyelesaikan urusan pribadinya. Siapa sangka dia akan menemukan dua sosok pemuda yang sedang berenang berduaan?! Tanpa menyapa, Anjani terburu memasuki salah satu bilik kamar mandi. ‘Ada hal penting yang lebih darurat!’ Begitu Anjani ke luar dari toilet sekitar sepuluh menit kemudian, dia bermaksud menyapa dua sosok pemuda yang dikenalinya itu. Namun, pandangannya hanya bisa menangkap satu sosok pemuda saja yang masih di area kolam renang. ‘Loh, kok cuma Aland aja, sih? Perasaan tadi sama Dirga ‘kan?’ batin Anjani terdiam di depan pintu kamar mandi. Sesaat, dia merasa gamang untuk meneruskan langkah. Jantungnya berdebar lebih cepat mendapati pemuda itu sendirian. Suara bati
Keterdiaman Aruna membuat Larissa paham. Bagaimanapun, perasaan milik Aruna bukan kehendaknya. Bibirnya tersenyum penuh maklum. Dia kembali menepuk-nepuk pelan tangan Aruna dengan lembut.Mata besar Aruna tampak nanar saat beradu tatap dengan Larissa. Air wajahnya juga murung. Demikian, Larissa merasa sedikit bersalah.“Tante tidak bermaksud ikut campur, Aruna. Lagipula yang menjalani hubungan itu kamu dan Dirga. Jadi, keputusan tetap ada di kamu dan Dir–“Mama ngapain sama Aruna?”Sosok yang menjadi topik pembicaraan Larissa dan Aruna tiba-tiba saja muncul menyela ucapan Larissa. Kedatangannya tidak disadari baik Aruna maupun Larissa yang larut dalam pembicaraan. Refleks Aruna menarik tangannya dari Larissa.“Lagi ngomongin kamu nih, Dir,” jawab Larissa dengan santai.Sontak mata Aruna terbelalak. Dia pikir Larissa akan berdalih, tapi malah mengakui terang-terangan?! Mata besar Aruna melirik Dirga sekilas.Pemuda itu menyugar rambut depannya yang basah ke belakang. Dirga memamerkan j
Masih di restoran hotel, Aruna dan Anjani baru saja menyelesaikan sarapan keduanya yang terlambat. Pun, susu kotak yang diberikan Emma dihabiskan. Aruna tetap berprinsip jika semua makanan yang diberikan padanya harus dihabiskan sebagai bentuk dari rasa bersyukur. Baru saja keduanya berdiri, tiba-tiba Anjani melihat sosok yang tampak familier baru saja masuk ke dalam restoran hotel. Matanya langsung menatap Aruna lurus-lurus. “Runa, lihat ke belakang deh!” bisik Anjani. Dia menggerakkan ekor matanya. Tidak mungkin langsung menunjuk menggunakan jari tangan. “Itu … Mamanya Dirga bukan, sih?” sambungnya dengan bisikan yang semakin lirih. Tidak ada yang tidak kenal dengan eksistensi orang tua Dirga di dunia entertainment. Terlebih beberapa artis-artis muda yang berada di bawah naungan perusahaan ayah Dirga juga sedang mengenyam pendidikan di Universitas Tunggal Utama. Aruna tidak langsung menoleh. ‘Aku harus gimana, ya?’ pikirnya. Dia menyadari kehadiran orang tua Dirga pada acara pemb
Pemandangan indah hari ini bagi Claudia adalah saat kelopak matanya terbuka, hal yang pertama kali dia temukan adalah sosok Ryuga yang tengah berbaring di sebelahnya. Meskipun pandangannya belum begitu jelas karena baru saja terbangun, tapi tetap tidak mengurangi kadar ketampanan suaminya.Claudia mengerjapkan mata. ‘Aaaaaaaa suami?’ batinnya sambil menarik kedua sudut bibir cherry-nya untuk tersenyum. Menyadari Ryuga sudah menjadi suaminya saja membuat Claudia salah tingkah. Dan saat dia berusaha menyembunyikan wajah, tak sengaja pandangan Claudia jatuh bahkan wajahnya mengenai dada Ryuga. Sesaat, Claudia mematung usai menabraknya.Jantung Claudia mulai berdebar tidak karuan. Tiba-tiba saja muncul keinginan untuk menyentuhnya. Rasa-rasanya semalam Claudia juga sudah menyentuhnya, hanya saja masih sedikit malu-malu. Lantas Claudia menggigit bibir bawah bagian dalamnya.‘Ya ampun, Claudia! Mikir apa, sih, kamu ini!’ rutuknya sambil meringis pelan. Tidak ingin larut oleh pemikiran aneh
Keesokan harinya, baik Aruna maupun Anjani sama-sama bangun terlambat. Jika alarm Aruna tidak menjerit-jerit, kedua gadis itu tidak akan turun ke restoran hotel untuk sarapan. “Kok lengang, ya?” gumam Aruna saat pandangannya mengedar ke dalam restoran hotel. Di sebelahnya, Anjani bisa mendengar gumaman Aruna. “Kayaknya udah pada selesai sarapan deh, Run.” Ada pun karena jam kedatangan Aruna dan Anjani berada di jam akhir orang-orang selesai bersarapan, jadi hanya menyisakan beberapa anggota keluarga yang tinggal. Mata besar Aruna tidak menemukan dua sosok favoritnya pagi itu. “Pagi, Grammie,” sapa Aruna begitu langkah kakinya berhenti di hadapan Emma yang kini tengah duduk sendirian sambil memakan buah. Anjani ikut menyapa Emma seraya sedikit membungkukkan tubuh. “Pagi, Grammie.” Mendapati kehadiran dua gadis cantik di hadapannya, Emma memasang senyum cerahnya dan membalas ucapan selamat pagi tersebut sebelum menyahut lebih lanjut, “Ya ampun, dua anak gadis baru turun untuk sara