Beranda / Romansa / Pesona Presdir Posesif / Respons Baik atau Buruk?

Share

Respons Baik atau Buruk?

Penulis: catatanintrovert
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Ini namanya bunuh diri. Claudia baru saja menyadari jika apa yang dilakukannya barusan adalah kebodohan.

“Kyaaakk~ apa yang kamu lakukan, Claudia!’ rutuknya pada diri sendiri. Dia pasti tampak konyol di mata pasangan ayah dan anak itu. Alih-alih menunjukkan kepercayaan diri, dia malah bisa saja merusak reputasinya sendiri.

Claudia memutar kepalanya ke belakang, melihat Ryuga. Bibirnya berucap tanpa suara, “A-aku harus gimana?” Tak lupa, wajahnya juga memelas. “Tolong aku, Ryuga.”

Bibir tipis Ryuga menyeringai. Dia memasukkan satu tangannya ke dalam saku celana dan menghampiri Claudia dengan santai.

Di saat yang bersamaan, Aruna juga mendekat setelah beberapa saat mematung. Dia terkejut mendapati dosen baru yang juga kenalan Dirga, tiba-tiba saja berada di mansion keluarganya.

“Daddy,” panggil Aruna pelan. Gadis itu menatap Ryuga serius. Sejurus kemudian, tiba-tiba Aruna melemparkan satu pukulan lemah di dada Ryuga.

“Daddy jahat banget, sih, sama Aruna ….”

Melihat itu jelas Claudia ter
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (7)
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
Akhirnyaaa Aruna Bakal Punya ibu Sambung yg Baik hati & Selalu bisa membelanya
goodnovel comment avatar
Tanty Hassan
iyaa BETULLL
goodnovel comment avatar
Juju Juhai
the best crita nya ga membingungkan
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Pesona Presdir Posesif   Keluarga Ryuga

    Dan persis apa yang dikatakan Aruna, semua keluarga Ryuga sudah berkumpul dan menunggu kehadiran keduanya di meja makan panjang yang letaknya ada pada halaman belakang.Wajah-wajah yang Claudia lihat di dokumen yang Ryuga berikan, kini dia melihatnya secara langsung. Orang tuanya Ryuga: Rudi dan Emma, Eyang Ila, bahkan Tante Ratih dan keluarga kecilnya.Aruna berdeham lalu menyeletuk, “Calon mommy Aruna datangggg~!”“Aruna,” tegur sesosok wanita yang rambutnya hampir memutih. Eyang Ila membenarkan bingkai kacamatanya yang turun lalu menatap pada sosok di samping Aruna.Eyang Ila tersenyum, pun yang lain menyambut hangat kedatangan Claudia. Terkecuali Tante Ratih, yang senyumnya kelihatan sedikit dipaksakan.“Selamat datang, Nak.” Emma, ibunya Ryuga yang berbicara.Claudia mengangguk sopan serta senyum yang tak lepas dari bibirnya. “T-terima kasih, Tante.”“Duduklah,” ucap Ryuga menarik salah satu kursi untuk Claudia tepat di sebelahnya.Claudia tak langsung duduk di sana. Dia sempat b

  • Pesona Presdir Posesif   Calon Mommy

    ‘Aku menyukai Claudia.’ ‘Itu sebabnya aku memilihnya.’ Claudia memejamkan matanya erat-erat. Lantas saat membuka mata, dia menemukan dirinya tengah berdiri di depan cermin kamar mandi tamu. “Ryuga sungguh pria berbahaya,” ucap Claudia menggelengkan kepalanya pelan. Dia mempunyai segala cara untuk membuat Claudia tak berkutik. Ryuga bahkan membuat Claudia menginap di kediaman keluarga Daksa. Itu tidak ada dalam rencana. Ryuga hanya mengundangnya untuk makan malam. Tapi, mengapa pakai acara menginap segala? Wanita itu ke luar dari kamar mandi dengan wajah tertekuk. Namun, dia berjengkit kaget saat menemukan sesosok gadis yang tengah berdiri di depan pintu kamar mandi. “Aruna,” pekik Claudia seraya memegangi jantungnya yang hampir copot. Ya, gadis itu Aruna. Dia menunjukkan wajah penuh penyesalan. “Bu Claudia, maaf aku mengganggu. Tapi, ada yang pengen aku obrolin,” ringis Aruna. Satu tangannya mengusap tengkuknya yang tidak gatal. Claudia langsung mengiakan, “Ayo, Aruna. Ibu jug

  • Pesona Presdir Posesif   Pelukan Lima Menit

    Melalui ekor matanya Ryuga melirik sekilas. Claudia tahu-tahu sudah ada di sebelahnya, ikut bersedekap dada dan memandang lurus ke depan. Entah bagaimana piyama milik Aruna begitu pas saat dikenakan Claudia.Wanita itu mengembuskan napas beratnya. “Aku … tidak masalah.”Ya, apa masalahnya? pikir Claudia. Buru-buru Claudia menolehkan wajahnya ke arah Ryuga, “Tolong jangan salah paham, Ryuga. Aku nggak berusaha mengambil hatinya Aruna.”Namun, Ryuga malah tersenyum. Di mata Claudia, senyum itu seperti tengah mengejeknya. Jadi, Claudia meyakinkan sekali lagi, “Aku serius. Lagipula Aruna kekasihnya Dirga—Claudia menjeda ucapannya. Dia teringat ucapan Aruna sebelumnya bahwa Ryuga mengetahui soal Dirga.Alisnya menekuk, “Ryuga,” panggil Claudia.Ryuga menyadari kala Claudia menyerukan namanya tidak secanggung dulu. Dan itu artinya sebuah kemajuan?“Ryuga.” Claudia memanggil lagi. Namun, Ryuga tidak merespons sama sekali. Dia tak bergeming di tempatnya.‘Pria ini kenapa?! Cosplay jadi patun

  • Pesona Presdir Posesif   Roti Sobek Ryuga

    Esok harinya, Claudia sudah bangun pagi-pagi sekali. Dia memberanikan diri ke luar dari kamar tamu dan menuju ke satu tempat: kamar Ryuga.Pria itu sempat menunjukkan kamar yang ditempatinya semalam, “Kalau butuh apa-apa, kamu bisa datang ke kamarku, Claudia.” Kedengarannya tampak wajar, bukan? Tapi Ryuga menambahkan ucapannya, “Tenang saja, Aruna ada di kamar lain.”Memang bukan salah Ryuga jika Claudia salah menafsirkan ucapan pria itu. Hanya saja ucapan Ryuga terdengar ambigu bagi Claudia.Jarak antara kamar Ryuga dan kamarnya lumayan cukup jauh. Kamar Ryuga ada di sayap kanan sedangkan kamar Claudia di sayap kiri. Sepanjang jalan ke sana, Claudia mengedarkan pandangannya untuk melihat arsitektur bangunannya yang elegan.Sesampainya di depan kamar Ryuga, Claudia tidak langsung masuk. Dia menaikkan ponsel, mencari nomor Ryuga lalu meneleponnya. Claudia menunggu, tapi tidak ada jawaban.“Apa Ryuga masih tidur?” tebak Claudia. Semalam Claudia juga kesulitan tidur karena mengingat pelu

  • Pesona Presdir Posesif   Kesalahan atau Terbawa Perasaan?

    “Sorry sorry, Aruna nggak maksud ganggu beneran!” Untuk pertama kalinya, Aruna tak sengaja hampir menyaksikan daddy-nya ‘bermesraan’ dengan seorang wanita tepat di depan mata. Dia agak menyesal harus datang di waktu yang tidak tepat. Lihat bagaimana Claudia kelabakan menatap ke arahnya setelah menjauhkan diri dari Ryuga. Wajah Ryuga tampak kesulitan, “Kenapa, Na?” tanyanya dengan suara yang sedikit serak. “Aruna pikir Bu Claudia hilang, soalnya nggak ada di kamar waktu Aruna cari. Jadi, Aruna mau tanya Daddy dan yah … ternyata Bu Claudia ada di sini,” jelas Aruna meringis sambil mengusap tengkuknya. “A-ah i-iya, Ibu ke sini karena ada yang mau ibu omongin sama daddy kamu.” Claudia melirik Ryuga dengan canggung. ‘Ayolah, buat pembelaan Ryuga!’ harap Claudia dalam hatinya. Namun, harapan tidak selalu sesuai dengan kenyataan. “Claudia tidak mungkin hilang, Aruna,” kekeh Ryuga. “Dia tidak akan bisa ‘kabur’– Manik hitam Ryuga menatap Claudia yang juga tengah menatapnya, lalu melanj

  • Pesona Presdir Posesif   Kasih Sayang Ryuga

    Bertemu Ryuga lagi setelah kejadian tadi membuat Claudia tetap harus bersikap profesional di depan keluarga Ryuga.Tak peduli jika detak jantung Claudia bertalu-talu saat bersitatap dengan manik hitam Ryuga. Wanita itu tersenyum kecil ke arahnya.Dan Ryuga membalas senyuman Claudia. Tanpa pernah Claudia bayangkan, Ryuga bisa melempar senyum yang hangat layaknya Ryuga tersenyum pada Aruna.Claudia terpesona, hanya sesaat sebelum menggelengkan kepalanya.Lalu Ryuga mendekati kursi Aruna dan mendaratkan satu kecupan di pipi putrinya. Aruna memprotes, “Dad, mulai sekarang jangan cium-cium Aruna sembarangan.”Mendengarnya, Ryuga menaikkan alis. Dia duduk di kursinya, terhalang satu kursi oleh Claudia untuk bisa menatap Aruna.Baru akan menanyakan maksud Aruna, Emma mewakili Ryuga, “Kenapa sayang? Malu, ya?”Bukan Ryuga namanya kalau tidak gampang tersinggung, alisnya kian menekuk. Dia hendak bertanya, namun suara Aruna lebih cepat mengudara, “Iya, Grammie. Kan, Aruna sudah besar. Terus … m

  • Pesona Presdir Posesif   Kamu Marah?

    [Ryuga: Aku ingin bicara]Claudia menerima satu pesan dari Ryuga Daksa.“Aish, Ryuga nggak marah ‘kan?”Meskipun Claudia takut, tapi mau tidak mau dia harus menghadapi Ryuga dengan segala cuacanya. Claudia sudah terikat kontrak dengannya.Jadi, setelah selesai bersiap-siap, Claudia menuju pintu kamarnya untuk keluar. Wanita itu memakai pakaian selutut dengan rompi berwarna putih. Aruna memberikannya. Tapi, dia bilang itu dari Ryuga.Dan begitu Claudia membuka pintu, netranya langsung bersibobok dengan Ryuga.“Mau bicara di mana?”Ryuga mengedikkan dagunya. Itu artinya di kamar. Setengah was-was, tapi Claudia tetap membuka pintu dan mempersilakan masuk. Sebenarnya Claudia ingin sekali membiarkan pintu kamar terbuka, hanya saja dia takut Ryuga membahas soal pertunangan kontrak.“Aku rasa kamu yang berlebihan disini, Claudia,” tegas Ryuga membuka suara.Pelipis Claudia berkedut mendengarnya, “Berlebihan apanya?”Claudia berusaha menatap ke arah Ryuga yang sudah menekuk kedua alisnya. Pri

  • Pesona Presdir Posesif   Hanya Tunangan Palsu

    Berubah pikiran, Claudia hendak membatalkan niat untuk pergi bersama Emma. Kini, Emma sudah ada di hadapan. Semula Claudia ragu, namun melihat Emma tersenyum–dan percayalah, senyumnya nyaris persis milik Ryuga, mengurangi rasa gugup Claudia.“T-Tante Emma, a-aku nggak bisa nemenin Tante buat pergi siang ini,” sesalnya.“Loh, kenapa, Clau? Pasti karena Ryuga, ya?” tebak Emma memasang wajah kecewa. Dia sudah bersiap-siap dan merasa senang bukan main akan pergi dengan Sang calon menantu.“Ryuga, awas saja kamu ya!”Kalau bukan putra satu-satunya, sudah Emma coret dari daftar warisan.Claudia melambai-lambaikan tangannya selagi berkata, “Bu-bukan, Tante. Aku ada urusan mendadak. Bukan karena Ryuga.”Wanita itu sudah pasrah jika Emma akan memarahi Claudia. Kepalanya tertunduk. Sejurus kemudian Claudia mengangkat kepalanya kala sebuah tangan menyentuhnya dengan hangat.“Tante kira karena Ryuga. Kalau gitu sayang banget ya, Clau,” sahutnya menunjukkan raut wajah kekecewaan. “Tante agak sedik

Bab terbaru

  • Pesona Presdir Posesif   Perubahan Sikap Aruna

    Jika Anjani sudah sampai di komplek perumahannya, maka Aruna masih dalam setengah perjalanan. Ryuga mengemudikan mobilnya dengan penuh kehati-hatian.“Pundakmu pasti pegal, Claudia,” ucap Ryuga selagi manik hitamnya memperhatikan dibalik spion tengah mobil.Claudia menggelengkan kepalanya. “Aku masih bisa menahannya, Ryuga,” balasnya sambil menundukkan pandangan agar bisa menatap wajah menggemaskan Aruna yang tampak damai.Bibir Claudia menyunggingkan senyum. Tangannya gatal untuk tidak menyentuh ujung hidung Aruna. Meskipun bukan putri kandung Ryuga, tapi Claudia rasa hidung Aruna dan Ryuga sangat mirip.Dan siapa sangka sentuhan jari telunjuk Claudia di hidung Aruna membuat gadis itu mengerutkan dahinya samar.“Aruna …,” panggil Claudia mengerjapkan matanya. Karena detik setelah itu, gadis yang sedang menyandarkan kepalanya di pundak Claudia mulai membuka mata.Suara erangan pelan terdengar. “Daddy ….” Pandangan Aruna yang sedikit mengabur mulai tampak jelas. Dia melihat Ryuga duduk

  • Pesona Presdir Posesif   Nasib Aland

    Claudia gamang. Dia ingin menjawab, tapi takut salah. Tapi, tidak dijawab sepertinya lebih salah lagi. Ekor mata Claudia melirik Ryuga, ‘Bisa-bisanya Ryuga menanyakan itu di saat seperti ini?’Kepala Ryuga menatap lurus ke depan. Dia mendengus tidak percaya. Rasa-rasanya Ryuga tidak akan berpikir selama itu jika Claudia menanyakan hal yang serupa.“Akan aku pikir-pikir dulu, Ryuga,” jawab Claudia pada akhirnya. Tepat setelah Claudia meluruskan pandangannya, matanya memicing untuk melihat dua orang gadis yang terlihat duduk di bawah pohon, lebih tepatnya yang satu tengah berbaring.Mulut Ryuga terbuka, hendak menimpali. Namun, tertahan oleh suara Claudia. Wanita itu juga mengarahkan jari telunjuknya ke depan, membuat manik hitam Ryuga bergerak mengikutinya.“I-itu Aruna dan Anjani, Ryuga!” seru Claudia. Wanita itu sama sekali tidak sedang berusaha mengalihkan topik. Karena untuk sekarang, lebih baik fokus pada Aruna.Ryuga memarkirkan mobilnya di tepi jalan tidak jauh dari tempat Aruna

  • Pesona Presdir Posesif   Prioritas Claudia

    Karena pertolongan dua pemuda itu, Aruna dibaringkan di sisi lapangan tepat di bawah pohon yang cukup rindang sehingga tidak terpapar sinar matahari secara langsung.Usai membaringkan Aruna, Aland menatap ke arah gadis yang diduga sebagai teman larinya Aruna.“Kenapa Aruna bisa sampai pingsan segala?!” protesnya.Ditodong pertanyaan seperti itu, siapa yang tidak kesal? Anjani tidak merasa dirinya salah, alhasil dia menyahut santai. “Mana aku tahu. Kamu tanya Aruna saja.”Aland yang hendak menyahut lagi tertahan karena tangannya disentuh oleh pemuda yang bersamanya. “Tidak perlu marah-marah segala, Al. Mending kamu belikan Aruna minuman hangat.”“Sekalian sama minyak kayu putih, ya!” tambah Anjani. Takut disemprot lagi, Anjani menambahkan, “Biar Aruna cepet sadar ‘kan?!”Kalau bukan untuk Aruna, Aland mana mau. Mengembuskan napas berat, Aland pun berdiri lalu pergi meninggalkan keduanya.Entah kenapa Anjani merasa lucu melihat wajah kesal Aland yang tertahankan. Namun, fokusnya langsun

  • Pesona Presdir Posesif   Dari Sisi Aruna

    Tidak ingin menyia-nyiakan hari terakhir libur sebelum masuk perkuliahan, Aruna dan Anjani pagi-pagi sekali sudah siap dengan setelan training dan sweater rajut.Ya, keduanya memutuskan untuk berjalan sehat mengitari lapangan lari yang jaraknya tidak jauh dari kampus.“Nggak diantar Daddy kamu, Runa?” tanya Anjani begitu melihat Aruna yang datang turun dari ojek online.Aruna menggelengkan kepalanya. “Daddy lagi nggak ada.”“Emang Daddy kamu ke mana?” tanya Anjani lagi. Dia merasa penasaran. Anjani mengimbangi langkah Aruna untuk berjalan santai. Bukan berarti Anjani memutuskan tidak berlari seperti orang-orang di sekitarnya karena tahu Aruna memiliki asma, tapi itu karena Anjani malas saja. Dasar.Mata besar Aruna melirik teman dekatnya dengan senyum yang terlihat mengerikan. “Cari Mommy baru buat aku.”TUKKK“Aww, Anjani sakit!” ringis Aruna saat mendapatkan jitakan di pinggir dahinya.Tidak ada tanda-tanda Anjani menunjukkan perasaan bersalahnya. Dia malah mengajukan pertanyaan lag

  • Pesona Presdir Posesif   Cinta Satu Malam

    Jika bukan karena alarm yang sudah menjerit-jerit, sepasang pria dan wanita yang tidur dalam satu ranjang itu tidak akan terbangun dalam bersamaan.Sang wanita berhasil membuka matanya lebih dulu. Dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, dia merasakan pergerakan dari sisi ranjangnya yang memang tidak begitu besar.Begitu menoleh, dia mendapati sesosok pria tampan yang tanpa mengenakan atasan juga tengah menolehkan kepalanya. Keduanya bertukar pandangan.“Saya bisa jelaskan–“Nggak perlu, gue inget apa yang terjadi semalam kok,” selanya dengan santai. Bibirnya menyunggingkan senyum tipis. Dia kembali berucap, “Gue nggak akan minta pertanggung jawaban apa pun dari lo.” Nada bicaranya terdengar sangat serius sehingga membuat Sang pria mengerutkan dahinya samar.“Seharusnya saya bisa membantu Anda dengan cara yang lain, Nona Lilia.” Sang pria menyebutkan nama wanita yang terbaring di sebelahnya.‘Cara lain?’ batin Lilia sambil mendengus kasar. Satu-satunya cara yang ampuh untuk melep

  • Pesona Presdir Posesif   Aksi

    Dilihat dari sudut mana pun, jika dari luar Claudia tampak baik-baik saja. Wanita itu baru saja berdiri dari kursi meja riasnya dan tengah memunguti kapas kotor untuk dibuangnya ke dalam tong sampah kecil di sudut ruangan.Namun, belum sempat beranjak pergi, ada sepasang tangan yang melingkari perutnya.“Ryuga,” tegur Claudia dengan suara yang mengalun lembut.Alih-alih mengerti maksud teguran halus itu, Ryuga malah sengaja mengeratkan pelukannya pada pinggang ramping Claudia.“Biarkan seperti ini dulu. Aku masih merindukanmu, Claudia.” Suara rendah Ryuga yang berbisik tepat di belakang cuping telinga Claudia membuat wanita itu merasa kegelian.Pandangan keduanya beradu tatap melalui cermin rias milik Claudia. Manik hitam pria itu menyorotnya lembut. Dan sudah bisa dipastikan itu memicu debar di dada Claudia.Untuk mengalihkan itu, Claudia memutuskan bertanya selagi dirinya teringat, “Apa aku tidak salah dengar kamu menyebut nama Lilia, Ryuga? Apa terjadi sesuatu padanya?”Ryuga mende

  • Pesona Presdir Posesif   Salah Target

    Dibalik Ryuga dan Claudia yang kini sudah tiba di flat, lain lagi Riel yang harus terjebak bersama Idellia. Pria itu kesulitan mencari celah untuk melarikan diri sebab Idellia yang kini setengah mabuk tampak gelonjotan di lengannya.Kewarasan Idellia pasti berkurang sebab dia dengan berani menyentuh lengan bisep Riel yang tampak berotot. Idellia bergumam, “Wow, ototmu besar juga!”Ekspresi Riel menunjukkan kerisihannya. Dia belum pernah bertemu wanita seagresif Idellia. Maka, sehalus mungkin Riel mencoba menepis lengan Idellia.Selain dia tidak suka bersikap kasar pada wanita, Idellia adalah teman dari Claudia.“Saya harus pergi, Nona Idellia. Sepertinya Pak Ryuga dan Bu Claudia juga sudah tidak lagi di Club,” beritahu Riel sambil menundukkan wajah untuk melihat ke arah kepala Idellia yang sekarang tengah bersandar di sebelah pundaknya.Pria itu mengembuskan napas beratnya. Kalau seperti ini, bagaimana caranya agar dia pergi?“Kamu … pergi?” lirih Idellia. “Jangannnn~,” jawabnya denga

  • Pesona Presdir Posesif   Memperbaiki Hubungan

    Untuk apa menghindar jika tidak mempunyai salah? Lagipula … percuma saja menghindari Ryuga. Ditambah posisi untuk Claudia kabur sangat tidak memungkinkan karena kedua tangan Ryuga mencengkram sisi-sisi kursi yang diduduki Claudia. Wanita itu merasakan detak jantungnya meningkat kala bersinggungan mata dengan manik hitam Ryuga. Sesaat Claudia memejamkan matanya, ‘Astaga … jantungku.’ Rasanya seperti ingin meledak. Bertepatan Claudia membuka mata, suara berat Ryuga mengudara, “Ikut aku sekarang, Claudia!” Ucapannya jelas tidak ingin dibantah. Begitu tangan kiri Ryuga menyentuh lengannya, pandangan Claudia turun untuk melihat. Entah sejak kapan gips di tangan Ryuga berhasil dilepaskan. Tapi, yang pasti Claudia merasa bersyukur. Claudia tidak terlalu memperhatikan saat acara pameran berlangsung tadi. Sekarang, tahu-tahu saja Ryuga melepaskan lengan Claudia. Manik hitamnya menyorot Claudia tajam. “Mau aku gendong atau berjalan sendiri, Claudia?” tanyanya tidak sabar. Ditambah kedua

  • Pesona Presdir Posesif   Menolak Melupakan

    Pencahayaan lampu yang berkelap-kelip itu tidak terbiasa dilihat oleh netra mata Claudia sehingga dia membutuhkan waktu untuk bisa beradaptasi. Selain itu, ada hal lain yang membuat Claudia tiba-tiba saja menolak bergabung ke lantai dansa.“Nanti aku menyusul. Aku merasa haus, ingin pesan minuman,” beritahu Claudia beralibi.Untung saja yang lain tidak curiga. Zoya menyahut, “Oke, Clau.” Lantas Zoya, Praya, dan Fanya berlalu pergi. Meninggalkan Claudia dan Lilia yang berdiri bersisian.Claudia menolehkan wajahnya ke arah Lilia. “Kamu … mau pesan minuman juga, Lilia?”Wanita itu merespons dengan menganggukkan kepala. Lalu Lilia baru menolehkan wajahnya. Tanpa mengatakan apa pun, dia menyambar lengan Claudia dan menariknya pergi menuju meja bartender.Claudia pasrah saja tangannya ditarik karena sejujurnya dia sudah tidak memiliki energi apa pun. Pandangannya tampak kosong dan Claudia tidak memperhatikan kondisi sekitar, termasuk ekspresi wajah Lilia yang tampak berubah sedikit gelisah.

DMCA.com Protection Status