Selesai makan malam, Joandra dan Jessica langsung berjalan ke arah pintu luar dengan tangan yang saling bertautan.“Apa kita tidak perlu membawa oleh-oleh atau sesuatu yang lainnya untuk mengunjungi Papa, Sayang?”Begitu Joandra membuka pintu mobil untuknya, Jessica langsung melontarkan pertanyaannya.“Tidak perlu, Honey.”“Ohh, ok.”Jessica masuk dan duduk di dalam sana dengan perasaannya yang terasa mulai deg-degan.Joandra masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Joandra melajukan mobilnya ke arah Residence baru milik ayahnya, yang tentu saja sama sekali belum pernah Jessica kunjungi selama ini. Sudah beberapa waktu pula Joandra tak pernah bertemu dengan ayahnya. Terlebih saat itu ayahnya menelepon hanya untuk menceramahinya. Entahlah. Ada perasaan bimbang yang membuat Joandra merasa sedikit tegang.Ketika mobil Joandra memasuki halaman luas di kediaman mewah ayahnya itu, Jessica mengernyitkan keningnya seketika. Keterkejutan begitu terlihat dar
“Iya, iya. Honey jangan ketus gitu dong. Abang minta maaf.”Jessica hanya diam dan langsung melangkah naik ke atas teras rumah mewah yang sungguh megah luar biasa itu.Joandra berjalan cepat dan langsung menarik tangan gadisnya yang sedang marah besar.“Istriku,” panggil Joandra dengan detak jantungnya yang terasa sudah berguncang hebat di dalam sana.Jessica diam.Ada perasaan tak sedap yang kembali membuat Joandra merasa ragu.“Honey marah?”Hening.Perasaan tak sedap yang dirasakan oleh Joandra semakin menyebar dan membuatnya bimbang. Dia tidak ingin ada sesuatu hal yang tidak diinginkan yang mungkin akan lebih parah kejadiannya dari pada saat ini.“Ya sudah. Ayo kita pulang saja.”Akhirnya Joandra melontarkan perkataannya saat melihat Jessica hanya diam tak menjawabnya sama sekali.Joandra ingin berbalik. Namun, saat itu pula pintu rumah besar itu terbuka
Joandra mengepalkan tangannya. Dia benci! Benci terhadap anak dan ibu yang sudah merampas ayahnya dari diri Tiffany dan dirinya waktu itu. Dan saat ini, bahkan Joandra sudah pun mulai membenci ayahnya yang terlihat mulai mengikuti gaya kehidupan ibu tirinya.Wanita paruh baya itu terlalu jauh berbeda dengan mendiang ibunya. Sifat dan hati ibunya terlalu suci untuk dibandingkan dengan wanita paruh baya penuh topeng yang memiliki sifat sangat terbelakang dan tak memiliki rasa sosial sedikit pun itu.“Benar kata kamu, Gempita. Wanita seperti ini memang sangat tidak pantas. Terlebih untuk putra-putraku.”“Cukup! Aku tidak datang untung meminta pendapat kalian. Aku hanya ingin mengabari kalian!”Joandra langsung menghentikan hinaan yang terdengar begitu menyakitkan hatinya. Sudah pasti itu lebih menyakiti hati gadisnya.Joandra yang ingin langsung berdiri tangannya segera ditarik oleh Jessica.“Kamu itu sangat tidak
Dari kepala Jessica kini sudah mengalirkan darah segar. Jessica memejamkan matanya erat ketika merasa kepalanya semakin sakit dan berdenyut hebat.“Kepalamu berdarah, Honey. Ayo duduk dulu,” ujar Joandra begitu panik, dan segera mengangkat tubuh Jessica lalu mendudukkannya di atas sofa.Tuan Dinata terdiam sambil melihat ke arah wajah Joandra dan kening Jessica yang berdarah saling bergantian. Lalu matanya melihat ke arah telapak tangannya yang baru saja menggampar wajah putra semata wayangnya yang baru pertama kalinya dilakukannya seumur hidupnya.Kembali melihat ke arah Jessica membuat darah tuan Dinata berdesir tak berhenti. Darah yang mengalir deras itu membuat tuan Dinata benar-benar terpaku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Nyonya Gempita bersorak girang melihat pemandangan yang tak diduganya sama sekali. Itu adalah sebuah pemandangan yang sangat ingin dilihatnya sejak dulu. Permusuhan antara anak dan ayah itu tentu saja akan ber
“Lalu? Kalau nggak sakit lagi kenapa Honey menangis?” tanya Joandra sambil kembali mengusap ujung mata Jessica yang masih terlihat basah oleh air bening yang menganak sungai.Jessica hanya terdiam. Sejak tadi dia terus memikirkan apa yang harus dikatakannya agar Joandra memahami apa yang dimaksudkan oleh ayahnya dengan kemarahannya semalam. Pria di hadapannya ini memang sudah berusaha keras untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi, jika pernikahan mereka mendapatkan tantangan dan tanpa restu, apa lah artinya.“Apa Sayang ingin membantuku?”“Apa? Honey mau ke toilet ya? Ayo Abang gendong.”Joandra yang tanggap segera berdiri dan mulai bersiap untuk menggendong gadis pujaan hatinya dengan kedua lengan kekarnya.“B-bukan.”“Lalu? Apa Honey sudah lapar? Mau makan apa katakan saja,” tanya Joandra cepat sambil mengusap pipi mulus yang terasa begitu dingin.“Belum sih, nanti saja makannya.”“Lalu?”Joandra yang heran terdiam menatap manik hitam itu dalam dan penuh perasaan. Mulai mencari-c
Cup!Joandra mengecup bibir mungil itu dan mulai mengulumnya penuh rasa sayang. Tapi, baru beberapa detik saja, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamar Vvip tersebut.“Kayaknya itu Dokter yang datang. Abang bukain pintu dulu ya, Honey.”“Hmm.”Joandra tersenyum dan kembali mengecup bibir itu sekali lagi sebelum dia beranjak membukakan pintu.“Pagi Dok.”“Pagi Tuan Joandra. Bagimana, apa semalam Nona Jessica bisa tidur dengan baik?”Sang Dokter langsung menanyakan keadaan Jessica.“Bisa Dok. Tapi, ini rasanya, berdenyut-denyut terus,” Jessica menyampaikan keluhannya yang membuatnya merasa sangat tak nyaman sejak tadi.Sang Dokter mulai melakukan pemeriksaan, dengan dibantu oleh suster yang ikut dengannya ke sana.“Sepertinya kita harus melakukan Rontgen. Pinggiran lukanya terlihat mulai membengkak. Benturan benda keras ini terlalu kenc
“Hmm.”“Ngapain?!”“Menurut Honey?”“Jangan bilang hanya untuk menyembuhkan bekas luka ini,” todong Jessica yang tadi sudah mendengarkan informasi dan penjelasan dari sang dokter.“Hanya, katamu Honey?”“Sayang jangan berlebihan. Luka ini akan sembuh pada waktunya!”Tegas Jessica yang tidak ingin menyusahkan pria pujaan hatinya, terlebih di relung hatinya yang terdalam mulai merasa was-was dengan hubungan mereka yang terasa seperti berjalan di atas bara api, dan itu akibat tanpa restu sang ayah pria pujaan hatinya.“Sampai kapan kira-kira? Kita akan segera menggelar acara besar. Dan aku tidak ingin wajahmu yang cantik ini ternoda dengan bekas luka itu,” jawab Joandra tak kurang tegas.“Acara besar apanya?! Sudahlah, Sayang jangan membuat masalah lagi. Tidak perlu acara-acara lagi. Lagian, luka ini cuma luka kecil.”“Itu kan menurutmu.”“Kenapa? Apa Abang malu jika kedapatan berdampingan dengan wanita yang berwajah cacat seperti aku ini?”Jessica bertanya serius sambil menatap ke arah
Hari itu sudah berlalu, dan saat ini Joandra sedang mendekap pundak Jessica sambil melangkahkan kakinya perlahan.“Memangnya Jessica bisa lewat tanpa Pasport?”Tiba-tiba Jessica melayangkan pertanyaannya saat mereka sudah akan masuk ke dalam gerbang bagian dalam. Dan itu akibat matanya menangkap 2 orang penjanga yang ada di kiri kanan bagian gerbang itu.“Nanyanya kok sekarang? Telat.”“Terus? Gimana kalau Jessica malah di tahan di sana? Apa Sayang akan ninggalin Jessica?” tanya Jessica dengan wajahnya yang terlihat begitu serius. Dia belum pernah naik pesawat selama ini, dan ini membuatnya merasa sangat gugup.“Ya iya, ditinggalin. Habisnya kan Abang sudah melakukan persiapan untuk melakukan penerbangan. Jessica nungguin di sini saja sampai Abang pulang dari Turki.”“Apa?! Sayang kok tega. Jessica mau pulang saja.”Jessica menghentikan langkahnya ketika mendengar apa yang di