Joandra mengepalkan tangannya. Dia benci! Benci terhadap anak dan ibu yang sudah merampas ayahnya dari diri Tiffany dan dirinya waktu itu. Dan saat ini, bahkan Joandra sudah pun mulai membenci ayahnya yang terlihat mulai mengikuti gaya kehidupan ibu tirinya.
Wanita paruh baya itu terlalu jauh berbeda dengan mendiang ibunya. Sifat dan hati ibunya terlalu suci untuk dibandingkan dengan wanita paruh baya penuh topeng yang memiliki sifat sangat terbelakang dan tak memiliki rasa sosial sedikit pun itu.
“Benar kata kamu, Gempita. Wanita seperti ini memang sangat tidak pantas. Terlebih untuk putra-putraku.”
“Cukup! Aku tidak datang untung meminta pendapat kalian. Aku hanya ingin mengabari kalian!”
Joandra langsung menghentikan hinaan yang terdengar begitu menyakitkan hatinya. Sudah pasti itu lebih menyakiti hati gadisnya.
Joandra yang ingin langsung berdiri tangannya segera ditarik oleh Jessica.
“Kamu itu sangat tidak
Dari kepala Jessica kini sudah mengalirkan darah segar. Jessica memejamkan matanya erat ketika merasa kepalanya semakin sakit dan berdenyut hebat.“Kepalamu berdarah, Honey. Ayo duduk dulu,” ujar Joandra begitu panik, dan segera mengangkat tubuh Jessica lalu mendudukkannya di atas sofa.Tuan Dinata terdiam sambil melihat ke arah wajah Joandra dan kening Jessica yang berdarah saling bergantian. Lalu matanya melihat ke arah telapak tangannya yang baru saja menggampar wajah putra semata wayangnya yang baru pertama kalinya dilakukannya seumur hidupnya.Kembali melihat ke arah Jessica membuat darah tuan Dinata berdesir tak berhenti. Darah yang mengalir deras itu membuat tuan Dinata benar-benar terpaku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Nyonya Gempita bersorak girang melihat pemandangan yang tak diduganya sama sekali. Itu adalah sebuah pemandangan yang sangat ingin dilihatnya sejak dulu. Permusuhan antara anak dan ayah itu tentu saja akan ber
“Lalu? Kalau nggak sakit lagi kenapa Honey menangis?” tanya Joandra sambil kembali mengusap ujung mata Jessica yang masih terlihat basah oleh air bening yang menganak sungai.Jessica hanya terdiam. Sejak tadi dia terus memikirkan apa yang harus dikatakannya agar Joandra memahami apa yang dimaksudkan oleh ayahnya dengan kemarahannya semalam. Pria di hadapannya ini memang sudah berusaha keras untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi, jika pernikahan mereka mendapatkan tantangan dan tanpa restu, apa lah artinya.“Apa Sayang ingin membantuku?”“Apa? Honey mau ke toilet ya? Ayo Abang gendong.”Joandra yang tanggap segera berdiri dan mulai bersiap untuk menggendong gadis pujaan hatinya dengan kedua lengan kekarnya.“B-bukan.”“Lalu? Apa Honey sudah lapar? Mau makan apa katakan saja,” tanya Joandra cepat sambil mengusap pipi mulus yang terasa begitu dingin.“Belum sih, nanti saja makannya.”“Lalu?”Joandra yang heran terdiam menatap manik hitam itu dalam dan penuh perasaan. Mulai mencari-c
Cup!Joandra mengecup bibir mungil itu dan mulai mengulumnya penuh rasa sayang. Tapi, baru beberapa detik saja, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamar Vvip tersebut.“Kayaknya itu Dokter yang datang. Abang bukain pintu dulu ya, Honey.”“Hmm.”Joandra tersenyum dan kembali mengecup bibir itu sekali lagi sebelum dia beranjak membukakan pintu.“Pagi Dok.”“Pagi Tuan Joandra. Bagimana, apa semalam Nona Jessica bisa tidur dengan baik?”Sang Dokter langsung menanyakan keadaan Jessica.“Bisa Dok. Tapi, ini rasanya, berdenyut-denyut terus,” Jessica menyampaikan keluhannya yang membuatnya merasa sangat tak nyaman sejak tadi.Sang Dokter mulai melakukan pemeriksaan, dengan dibantu oleh suster yang ikut dengannya ke sana.“Sepertinya kita harus melakukan Rontgen. Pinggiran lukanya terlihat mulai membengkak. Benturan benda keras ini terlalu kenc
“Hmm.”“Ngapain?!”“Menurut Honey?”“Jangan bilang hanya untuk menyembuhkan bekas luka ini,” todong Jessica yang tadi sudah mendengarkan informasi dan penjelasan dari sang dokter.“Hanya, katamu Honey?”“Sayang jangan berlebihan. Luka ini akan sembuh pada waktunya!”Tegas Jessica yang tidak ingin menyusahkan pria pujaan hatinya, terlebih di relung hatinya yang terdalam mulai merasa was-was dengan hubungan mereka yang terasa seperti berjalan di atas bara api, dan itu akibat tanpa restu sang ayah pria pujaan hatinya.“Sampai kapan kira-kira? Kita akan segera menggelar acara besar. Dan aku tidak ingin wajahmu yang cantik ini ternoda dengan bekas luka itu,” jawab Joandra tak kurang tegas.“Acara besar apanya?! Sudahlah, Sayang jangan membuat masalah lagi. Tidak perlu acara-acara lagi. Lagian, luka ini cuma luka kecil.”“Itu kan menurutmu.”“Kenapa? Apa Abang malu jika kedapatan berdampingan dengan wanita yang berwajah cacat seperti aku ini?”Jessica bertanya serius sambil menatap ke arah
Hari itu sudah berlalu, dan saat ini Joandra sedang mendekap pundak Jessica sambil melangkahkan kakinya perlahan.“Memangnya Jessica bisa lewat tanpa Pasport?”Tiba-tiba Jessica melayangkan pertanyaannya saat mereka sudah akan masuk ke dalam gerbang bagian dalam. Dan itu akibat matanya menangkap 2 orang penjanga yang ada di kiri kanan bagian gerbang itu.“Nanyanya kok sekarang? Telat.”“Terus? Gimana kalau Jessica malah di tahan di sana? Apa Sayang akan ninggalin Jessica?” tanya Jessica dengan wajahnya yang terlihat begitu serius. Dia belum pernah naik pesawat selama ini, dan ini membuatnya merasa sangat gugup.“Ya iya, ditinggalin. Habisnya kan Abang sudah melakukan persiapan untuk melakukan penerbangan. Jessica nungguin di sini saja sampai Abang pulang dari Turki.”“Apa?! Sayang kok tega. Jessica mau pulang saja.”Jessica menghentikan langkahnya ketika mendengar apa yang di
Setelah hampir 40 menit, jarak 53 km mereka tempuh dengan duduk santai sambil menikmati pemandangan yang mereka lewati sepenjang perjalanan dari Bandara tadi.Mereka sudah tiba di depan lobi Shangri-La Bosphorus Instanbul. Hotel yang terletak di antara Istana Dolmabahce dan Museum Angkatan Laut di pesisir Eropa Selat Bosporus.Satpam hotel mewah itu terlihat langsung sigap membawakan ketiga koper yang barusan diturunkan oleh sang pengendara mobil.Hanya dengan menunjukkan kartu yang dibawanya, Resepsionis itu langsung memberikan kunci kamar pada Joandra.Sang Resepsionis langsung menginstruksikan 2 pelayan yang ada di dekatnya. Pelayan yang mendapatkan perintah itu langsung berganti mebawakan 3 buah koper milik Joandra yang dibawakan oleh satpam barusan. Pelayan itu terlihat mulai memberikan petunjuk di mana letak keberadaan kamar tamu kehormatan mereka.Joandra berjalan pelan sambil menggandeng tangan Jessica, yang terlihat sudah mulai kelel
“Em! Abang jangan dekat-dekat gitu dong. Jauhan lagi,” kesal Jessica sambil mendorong perut Joandra lebih menjauh darinya.Deg! Deg! Deg!Hampir saja tangan itu salah menyentuh. Perut Joandra yang memiliki six pack itu terasa begitu keras di tangan Jessica barusan, dan itu membuat Jessica sedikit kaget.“Sayang?”Tiba-tiba Jessica memiringkan sebagian posisi tubuhnya.“Iya?” jawab Joandra masih dengan dadanya yang berkumandang hebat.“Kenapa perutmu rasanya keras sekali? Apa Sayang lagi sakit?” tanya Jessica kembali menekan perut Joandra yang terasa begitu keras di tangannya.“Nggak.”Joandra menjawab sambil menelan salivanya kasar.“Oh ya? Jadi perut laki-laki memang seperti ini ya? Rasanya keras sekali,” gumam Jessica sambil bergantian menekan perutnya yang terasa lembut, dan itu membuatnya tanpa sadar sudah mempertontonkan kedua gunung kembar polo
“Ohh itu. Itu bukan apa-apa. Dokternya hanya menjelaskan cara kerja obat yang akan diberikan nanti,” jelas Joandra kepada sang gadis pujaan hatinya.Sejak awal pertemuan tadi, Joandra memang terus berbicara menggunakan bahasa turki bersama sang dokter, sehingga Jessica yang tidak mengerti bahasa itu sama sekali menjadi semakin takut tatkala melihat beberapa kulit yang sejak tadi menjadi bahan penjelasan dari sang dokter ahli tersebut.“Beneran? Tapi Jessica takut.”“Jangan takut. Katanya Cuma sebentar saja sudah selesai. Palingan kita hanya butuh menginap 2 hari saja untuk pemulihan agar tak terjadi iritasi dan lainnya pada kulit.”“Apa kamu boleh menemaniku di dalam sana nanti, Sayang?” tanya Jessica dengan suara pelannya, terlihat begitu berharap.Joandra kembali terkekeh pelan, lalu dia langsung membicarakan hal itu dengan sang dokter yang masih duduk di hadapan mereka.Setelah semua persiap