“Imposible. Itu sebuah hal yang sangat mustahil dan tidak mungkin. Biarlah, Abang juga tak berharap. Kent memang pintar mencari muka. Dia mungkin terlihat sangat baik dan manis di mata Papa selama ini. Tapi, Abang pastikan topengnya itu akan segera terbongkar. Abang penasaran ingin melihat bagaimana reaksi Papa ketika mendapati putra tirinya yang sudah memfitnah dan membayar sejumlah orang untuk bekerja sama dengannya. Apa Papa akan minta maaf denganku, atau malah sebaliknya. Menyalahkan aku, dan menghajarku ... mungkin.”
Jessica hanya diam. Dia melihat jelas kilatan kemarahan dan rasa kecewa Joandra. Tentu saja dia bisa mengerti itu karena dia juga selalu mengalami hal yang sama.
“Apa Abang yakin dia yang sudah mendalangi semua ini?” tanya Jessica tak ingin melanjutkan pembicaraan tentang ayah sang pria pujaan hatinya, tak ingin semakin membuat panas hati sang suami.
“Orang suruhannya sudah mengakui, dan itu setelah tangannya patah
“Saya yang menjamin!”Tuan Dinata berkata tegas dan dengan lantangnya. Ya, saat ini dia dan istri mudanya itu sedang berada di kantor polisi, dan tuan Dinata sedang mengurus agar Kenrick bisa keluar dan pulang bersama dengan mereka.“Maaf, Tuan Dinata. Tapi semua ini harus berdasarkan persetujuan dari Tuan Joandra sendiri,” ujar Iptu Mario dengan sopan.“Anda itu adalah Polisi yang menangani kasus ini, Pak Mario . Kenapa harus dengan persetujuan dari Joandra?! Memangnya Joandra itu siapa?!”Terdengar suara lantang nyonya Gempita, dan itu membuat IPTU Mario tercekat sesaat.‘Apa dia benar-benar belum kenal dengan Joandra? Dia tak tahu Joandra bisa dengan mudahnya memecatku saat ini juga?!’ batin komandan Mario di dalam benaknya.Bagaimana tidak. Kasus yang rumit ini sudah terendus titik terangnya, dan jalan dari rencana kejahatan ini semuanya juga sudah diketahui dengan sempurna. Dan
Sesungguhnya, Joandra kembali merasa luka tak kasat mata yang kembali mengguris hatinya. Seperti itu ayah kandungnya membela saudara tirinya?! Berbeda sekali dengan apa yang dilakukan untuk dirinya. Segala kasih sayang yang selama ini meluruh dan melimpah untuknya dan adiknya, tak pernah lagi mereka rasakan. Semua kasih sayang dan perhatian itu sekarang sedang berpindah alamat.Joandra sadar jika ayahnya mungkin juga marah akibat dirinya tak pernah respek sedikit pun dengan ibu tirinya. Tapi, bagaimana bisa Joandra memberikan respek baik jika kelakuan ibu tirinya itu selalu menjadi seorang yang sangat pintar dan mengetahui segalanya. Padahal semuanya hanya seperti tong kosong saja. Nyaring bunyinya, tapi kosong melompong!“Itu sih masalah yang sangat simple dan gampang. Asal Kent melakukan klarifikasi dan mengakui segala perbuatan busuknya di depan publik ... Joandra pikir tak akan terlalu mempersulit dalam proses ini.”“Pengakuan apa sih, Joandra? Kamu ini benar-benar keterlaluan ya!
Joandra terlihat mengeraskan rahangnya ketika apa yang didengarnya tak sesuai dengan ekspektasinya.“Lalu harus bagaimana lagi, Joan? Ingat. Kalian itu saudara. Terima atau tak terima, Papa sudah menikah dengan ibunya Kent. Jangan seperti anak kecil lagi.”Darah Joandra terasa berdesir ketika mendengar ayahnya mengatakan dirinya seperti anak kecil. Dia seperti tak mengenal sosok ayah yang begitu dibanggakannya sejak kecil dulu. Jika bisa berteriak, Joandra ingin berteriak dan mengatakan pada Dunia, jika dia begitu merindukan ayahnya yang dulu. Ayahnya yang begitu perhatian dan sayang dengannya, dan tak pernah merendahkan apa lagi meremehkannya seperti ini.“Oke! Kalau memang Papa menginginkan sekali Kent bebas tanpa dipenjarakan sama sekali, lakukan klarifikasi secara live dan dia harus meminta maaf pada Joan serta Jessica!”Joandra berkata dengan lancar tanpa memperlihatkan kelukaan-kelukaan hati dan perasaannya yang terus mengger
‘Kenapa yang menjadi lawanku adalah Papa?!’Joandra membatin sambil berusaha kembali menenangkan dan menyabarkan dirinya.“Papa akan meminta Kent melakukan klarifikasi malam ini juga,” melihat Joandra menghentikan langkahnya, tuan Dinata segera mengutarakan apa yang ingin dikatakannya. Mungkin itu akan menjadi kesempatan terakhirnya sebelum putranya itu benar-benar naik ke atas, dan dia akan semakin sulit menghadapi dan menangani masalah ini.Hening.“Sayang ... turunin. Jessica akan menunggu di atas saja. Sayang bicaralah baik-baik dengan Papa.”Jessica yang tiba-tiba semakin merasa menjadi seseorang yang begitu mengganggu dan menyusahkan segera berbisik sambil berusaha turun dari dalam gendongan Joandra.“Tidak perlu. Nggak ada yang perlu dibicarakan lagi.”“Tapi Papa menunggumu,” ujar Jessica sambil terus menggoyangkan tubuhnya agar bisa turun.“Kenapa?
Wanita paruh baya itu menjawab gugup dan langsung melangkah cepat masuk ke dalam ruang kerja Joandra yang ada di lantai bawah sana, tak jauh dari tempatnya berdiri.Joandra terlihat berbalik dan langsung menyambar tangan Jessica. Menggenggamnya erat dan mulai berjalan ke arah sofa di sana.“Ayo,” Joandra berkata ringan sambil melangkah.Jessica hanya menurut. Tak ada bantahan dan tak terdengar keberatan yang sangat ditakuti oleh Joandra sejak mengambil keputusan gilanya tadi. Barter yang dilakukannya kali ini benar-benar membuat hatinya cenat-cenut sendiri. Terlalu khawatir jika sang gadis pujaan hatinya akan menentang apa yang dilakukannya saat ini.Begitu sudah duduk di atas sofa, bibi Inah datang dengan tas kerja kulit hitam yang setiap hari dibawa oleh Joandra.Joandra membuka tas kerjanya dan langsung mengambil sebuah dokumen dari dalam.Kening tuan Dinata tampak mengkerut. Sejak tadi dia diam dan terlihat terus memperhatika
Pertanyaan itu kembali membuat Joandra merenggangkan dekapannya dan kembali menatap wajah gadis impiannya.“Tak ada hubungannya. Kita tak tinggal dan menumpang di rumah Papa. Tak ada yang Abang takutkan sama sekali. Abang janji ... Abang janji akan membahagiakanmu, Honey.”“Tak akan menyesal?”“Untuk apa Abang seperti ini jika nanti akan menyesal?”Jessica kembali terdiam. Benar apa yang dikatakan oleh prianya itu. Segalanya sudah dilakukannya hanya demi dirinya yang biasa saja dan juga tak memiliki masa depan yang cerah. Keluarganya sendiri saja seperti tak menginginkannya, dan selama ini dia hidup begitu memprihatinkan, bahkan mungkin sangat memalukan.“Kapan kita akan Akad?”Deg!Kali ini Joandra yang terdiam. Terlihat kaget dan syok langsung ditodong pertanyaan itu. Pertanyaan yang sebenarnya cukup singkat, tapi begitu membuatnya kaget luar biasa. Dan Joandra benar-benar tak menyangk
“Honey belum tidur?” tanya Joandra sambil mengangkat kepala itu, dan mulai meletakkan di atas lengan kekarnya. Kembali mendekap sayang tubuh sintal yang selalu memabukkannya.“Tentu saja belum. Kenapa gak jawab?”“Abang sebenarnya sangat malas jika membahas tentang kakakmu itu. Ya memang dia, siapa lagi? Abang heran, kenapa sikap kakakmu itu seperti itu, Honey? Berbeda jauh sekali denganmu. Bagaikan Langit dan Bumi. Kakakmu itu sepertinya terlahir tanpa hati dan pikiran,” ujar Joandra pelan dengan nada kesalnya.“Namanya juga manusia. Rambut sama hitam hati siapa yang tahu, kan?”“Kamu semakin pintar ngomong sekarang, Honey. Setelah kita menikah nanti, Abang ingin kamu ikut ke mana pun Abang pergi. Mendampingi Abang selama 24 jam. Apa Honey bersedia?” tanya Joandra yang tak ingin membahas masalah Claudia lagi.“Tentu saja. Jessica akan ikut ke mana pun kamu pergi, Sayang. Jessica tak
Selesai berkata Jessica langsung berlalu dan berjalan keluar dengan langkah ringannya. Dia tak tahu ada sesuatu bahaya yang sudah mengintai sejak dia melangkah keluar dari pintu kediaman mewah milik Joandra.Berjalan sekitar 5 menit dan belum begitu jauh dari kediaman mewah Joandra, Jessica berhenti sejenak. Wanita itu terlihat tercenung sejenak.“Aku tidak pamit dengan Abang. Apa Abang akan kehilangan dan mencari Jessica ya?” bingung Jessica bergumam pelan dan berbicara sendiri. Biasanya dia selalu pamit pada Joandra jika akan ke mana-mana atau pun akan melakukan apa pun itu. termasuk lari pagi seperti yang dilakukannya saat ini.Jessica berbalik. Kembali berjalan ke arah kediaman mewah itu yang di depannya berbaris beberapa orang penjaga seperti biasanya. Namun, baru beberapa langkah berjalan untuk kembali, Jessica kembali berbalik dan berjalan pergi.Entah apa yang membuat pikiran wanita itu terlihat kacau, dan bahkan dirinya sendiri