“Bagus sekali Ayah. Jessica menyukainya. Ini sangat indah, dan ini adalah cincin Jessica yang pertama kalinya dari pria yang Jessica cintai. Dan pria itu adalah Ayah.”
Jessica berkata sambil menghambur dan memeluk ayahnya yang ada di sampingnya. Terlihat begitu bahagia dengan cincin pertama yang dimilikinya, karena selama ini dia belum pernah memiliki cincin sama sekali.
Ada sebuah hati nun jauh di sana yang sedang merasa seolah terlangkah. Entah mengapa pula sekian lama sudah hidup bersama, Joandra tidak pernah berpikir untuk memberikan cincin pada gadis kecilnya itu. Sehingga ketika sejak tadi begitu fokus mendengarkan segalanya di seberang sana, hati Joandra merasa seolah terguris sendiri. Tapi, masih untung yang memberikan hadiah cincin itu adalah ayah mertuanya, dan itu bukan pria lainnya.
“Sini aku lihat?!”
Tiba-tiba Claudia segera bangkit dari duduknya dan segera berjalan ke arah Jessica, yang barusan sudah melepaskan
Entah mendapatkan kekuatan dari mana, yang jelas saat ini Jessica begitu berani mengeluarkan apa yang selama ini diam-diam selalu menjadi perhatiannya dan pertanyaan besarnya. Wanita kecil yang masih berusia cukup muda itu bukanlah anak kecil lagi. Pikiran dewasanya membuatnya selalu bertanya-tanya dengan kondisi yang saat itu selalu terlihat mengganjal di matanya, terlebih setelah Joandra dinyatakan jatuh bankrut. Bagaimana mungkin seorang istri selalu memerintah suaminya? Begitu tega melihat suaminya tidur digudang walet, dan selalu saja bersikap tak acuh ketika orang sekelilingnya menindas dan bahkan menghina Joandra dengan begitu telak.Semua pemandangan itu tak pernah luput dari mata Jessica. Meski hanya diam, pertanyaan itu selalu tersimpan begitu rapat di dalam sana. Dan hari ini, ketika dia melihat gelagat dan perkataan kakaknya yang terus saja ingin memojokkan dirinya serta mantan abang iparnya itu, rasanya dia tidak sanggup lagi untuk menyimpan aib yang dilihatnya i
Jessica yang sejak tadi kesal setengah mati, seolah sengaja mengungkapkan itu semua. Dia juga tidak ingin ibunya dan kakaknya terus saja menjelekkan Joandra dan seolah pria itu sedang memanfaatkannya, padahal sesungguhnya dalam hal ini dia lah yang paling beruntung.“Benarkah? Bagaimana bisa, itu bukan jaminan namanya.”Tuan Andi berkata sambil mengembangkan senyumnya. Sejak tadi dia pikir putri bungsunya itu sudah dijadikan budak oleh Joandra, dan itu membuatnya merasa begitu panik dan ketakutan luar biasa. Tapi, setelah mendengar penjelasan Jessica barusan, rasa bimbang itu berubah menjadi senang.“Ya iya sih, Jessica juga merasa seperti itu sebenarnya,” jawab Jessica ikut terkekeh, karena dia sudah berhasil mencairkan suasana. Setidaknya ayahnya tidak akan salah paham terhadap Joandra yang sudah begitu baik memperlakukannya, bahkan sudah rela mengorbankan nyawanya demi dirinya. Hanya saja dia tak bisa mengungkapkan hal itu saat ini.“Di mana kartu yang Joandra berikan padamu?!”Cla
Claudia begitu terhenyak ketika mendengar orang kepercayaan Joandra itu memanggil adiknya dengan sebutan ‘Nona Muda’ barusan. Seharusnya dia yang dipanggil dengan panggilan berkelas seperti itu. Rasa benci, marah dan cemburu itu kembali mengerogotinya dan membuatnya sakit hati luar biasa.Sama seperti Claudia, Madam Donna juga terlihat begitu terkejut melihat orang kepercayaan Joandra itu terlihat begitu menghormati putri pungutnya yang katanya bukanlah siapa-siapa Joandra.‘Loh, kalau memang mereka tidak memiliki hubungan yang spesial, kenapa juga orang ini memanggil Jessica seperti ini?! Nona Muda?! Oh, atau ini artinya Joandra memang sudah menganggap Jessica seperti adik kandungnya sendiri. Wah, ini juga keberuntungan bagiku. Seharusnya aku mencari kesempatan untuk memanfaatkan keadaan emas yang ada di depan mataku saat ini.’Madam Donna membatin sambil terus memikirkan apa yang harus dilakukannya agar kecipratan kekayaan yang dimiliki
Jessica menurut dan mulai duduk di sana, lalu segera mengambil gelas jus itu dan menenggaknya. Rasanya dia memang sudah sangat haus karena tadi dia terlalu banyak berbicara. Terlebih dia memang sangat menyukai jus buah, apalagi jus buah bikinan pembantu di sana adalah buah pilihan yang didatangkan dari perkebunan buahan yang sudah pernah dikunjunginya.“Ini kenapa?!”Tiba-tiba Joandra menggapai jemari tangan Jessica dan langsung melihat jari tengah jemari kecil itu.“Oh, tidak ada. I-ini, tadi nggak sengaja kena jepit rambut. Udah dari tadi juga kok,” ujar Jessica cepat dan terlihat sedikit gugup.“Benarkah. Kenapa tadi Abang tidak melihatnya?”“Ah tidak apa-apa, Cuma tergores sedikit saja.”Jessica segera menarik kembali tangannya agar Joandra tidak lagi memprotes bekas luka akibat kuku pada jemari kakaknya tadi yang tergores saat memaksa mengambil cincin berlian pemberian ayahnya.“Apa yang dikatakan oleh Claudia dan Ibu kepada Ayah?” tanya Joandra lagi membuat Jessica sedikit terce
Joandra membatin sambil merogoh ponselnya dan mulai melakukan panggilan pada seseorang.“Daff!”“Kenapa?!”“Kenapa si cecunguk itu ada di sini?!”“Cecunguk?! Oh, maksud Lo Kent?”“Ya iya lah siapa lagi?!”“Saudara tiri Lo itu sekarang jadi Dosen di sini.”“Apa?! Lo gak becanda kan?! Kenapa Lo ijinin?!” tanya Joandra dengan suaranya yang melengking saking kagetnya.“Itu utusan Bokap Lo. Mana bisa aku berbuat apa-apa,” Joan berkata pelan di seberang sana."...?!"Sejak awal Daffa sudah tahu bagaimana hubungan sahabatnya itu dengan saudara tiri yang umurnya lebih tua beberapa tahun darinya, dan itu anak bawaan dari ibu barunya alias ibu tirinya. Daffa juga sudah mengetahui bagaimana benci dan marahnya Joandra kepada ayahnya ketika itu, dan hal itu lah yang membuatnya belum ingin mengabari jika saudara tirinya itu tiba-tiba masuk ke sana sebagai Dosen. Siapa sangka sahabatnya itu langsung mengetahuinya pada saat hari pertama Kenrick bertugas di sana.Joandra terhenyak dan terdiam ketika m
“Iya Bang.” Jessica segera berjalan masuk untuk mengganti pakaiannya, sementara Joandra juga langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah berjibaku dengan keringat dan beban pikirannya seharian ini.Joandra kembali mengingat pembicaraannya dengan Iptu Mario siang sore tadi. Dia masih kepikiran dengan semua yang sudah mereka rencanakan malam ini.“Semua penyelidikan mengarah kepada wanita yang bernama Claudia, Tuan Joandra.”Tadi sore, Iptu Mario yang sedang bertemu dengan Joandra disebuah Cafe terlihat melaporkan apa yang sudah mereka selidiki selama 1 minggu terakhir ini.“Lalu ... kenapa wanita itu tidak segera ditangkap, Iptu Hardy?”“Kita masih menunggu. Bukti yang kita miliki saat ini hanyalah berupa pesan yang berisi agak aneh dan mengarah ke arah sana, dan rasanya itu belum bisa menjadikan bukti yang cukup kuat untuk kita melakukan penangkapan. Apa lagi tersangka utama belum juga mengakuinya. Sekarang hanya ada satu cara,” ujar Iptu
“Kak Jessica?!”Belum lagi Jessica mendapatkan jawaban, Tiffany datang menghadang perjalanan mereka dan langsung meloncat kegirangan.Joandra melepaskan genggaman tangannya pada Jessica dan langsung mendekap tubuh adiknya. Itu adalah kebiasaan Tiffany saat kegirangan. Ya, dia anak meloncat-loncat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan pada umumnya.“Fany senang sudah ketemu kak Jessica saat ini?” tanya Joandra pelan sambil mengusap punggung adik kesayangannya. Mencoba menenangkan adiknya agar tak menjadi pusat perhatian orang-orang dan akan membuat adiknya merasa tak nyaman.“Senang. Fany senang banget,” jawab Tiffany dengan wajahnya yang terlihat begitu bahagia.Tiffany segera melepaskan dekapan Joandra dan berganti mendekap tubuh Jessica yang berdiri di samping Joandra.“Fany kangen sama Kak Jessica,” ucap Tiffany sambil mendekap tubuh Jessica dengan begitu eratnya. “Kenapa Kakak Ipar nggak ke rumah lagi?!”Joandra menahan debaran dadanya ketika melihat adiknya sudah mendekap be
Jessica tersenyum memamerkan gigi putih nan bersihnya itu yang berpagar begitu rapi di sana. “Bang Benny di mana? tadi Jessica melihatnya?” tanya Jessica mengurangi kegugupannya.“Entahlah abangmu itu. mungkin dia keluar ruangan untuk merokok di luar sana.”“Oh,” Jessica mengangguk paham karena dia juga sudah memahami kebiasaan abangnya selama ini. Rokok memang tak pernah lepas dari tangannya.“Kami permisi dulu. Silakan nikmati hidangan yang sudah disediakan,” ujar Joandra tidak ingin berlama-lama di sana.Bukan tidak tahu dan bukan tidak melihat. Meski tak berbenturan mata, tapi Joandra merasa jika sejak awal mula dia tidak luput dari pandangan Claudia. Wanita terkutuk yang sudah menjadi istri terlaknat di Dunia.“Mas Joan mau ke mana? Claudia ikut dong,” ujar Claudia terlihat tidak tahu malu dan segera berjalan ke sisi Joandra. Mendekap lengan kekar itu dalam seketika.“Lepaskan tanganmu atau aku akan meminta penjaga untuk mengusirmu, Claudia!”Joandra berkata tegas tak bergeming m