Melihat itu membuat tuan Andi hanya bisa terdiam. Kebiasaan yang kembali dilihatnya lagi setelah hampir 2 bulan ini dia tidak pulang. Dan dengan nyata mata tuan Tuan Andi masih melihat sinar ketidak berdayaan dari manik mata sendu putri kecilnya.
“Jessica benar-benar tidak mengerti apa yang kak Claudia dan bang Benny katakan,” gumam Jessica pelan tidak ingin membuat suasana yang mulai memanas itu akan langsung menimbulkan api yang pastinya akan membesar dan membakar mereka semuanya. Terutama membakar perasaan ayahnya.
“Sok polos!” tukas Claudia cepat.
“Sudahlah. Nanti kita bicarakan lagi. Sekarang kita makan dulu. Ayah sudah sangat lapar.”
Tuan Tuan Andi segera menengahi dan tangannya langsung menyendokkan nasi.
“Sini, biar Jessica saja Ayah.”
Jessica segera berdiri dan mengambil alih centong nasi yang baru saja dipegang oleh ayahnya.
Madam Donna mengedipkan sebelah matanya ke arah putri
“Bagus sekali Ayah. Jessica menyukainya. Ini sangat indah, dan ini adalah cincin Jessica yang pertama kalinya dari pria yang Jessica cintai. Dan pria itu adalah Ayah.”Jessica berkata sambil menghambur dan memeluk ayahnya yang ada di sampingnya. Terlihat begitu bahagia dengan cincin pertama yang dimilikinya, karena selama ini dia belum pernah memiliki cincin sama sekali.Ada sebuah hati nun jauh di sana yang sedang merasa seolah terlangkah. Entah mengapa pula sekian lama sudah hidup bersama, Joandra tidak pernah berpikir untuk memberikan cincin pada gadis kecilnya itu. Sehingga ketika sejak tadi begitu fokus mendengarkan segalanya di seberang sana, hati Joandra merasa seolah terguris sendiri. Tapi, masih untung yang memberikan hadiah cincin itu adalah ayah mertuanya, dan itu bukan pria lainnya.“Sini aku lihat?!”Tiba-tiba Claudia segera bangkit dari duduknya dan segera berjalan ke arah Jessica, yang barusan sudah melepaskan
Entah mendapatkan kekuatan dari mana, yang jelas saat ini Jessica begitu berani mengeluarkan apa yang selama ini diam-diam selalu menjadi perhatiannya dan pertanyaan besarnya. Wanita kecil yang masih berusia cukup muda itu bukanlah anak kecil lagi. Pikiran dewasanya membuatnya selalu bertanya-tanya dengan kondisi yang saat itu selalu terlihat mengganjal di matanya, terlebih setelah Joandra dinyatakan jatuh bankrut. Bagaimana mungkin seorang istri selalu memerintah suaminya? Begitu tega melihat suaminya tidur digudang walet, dan selalu saja bersikap tak acuh ketika orang sekelilingnya menindas dan bahkan menghina Joandra dengan begitu telak.Semua pemandangan itu tak pernah luput dari mata Jessica. Meski hanya diam, pertanyaan itu selalu tersimpan begitu rapat di dalam sana. Dan hari ini, ketika dia melihat gelagat dan perkataan kakaknya yang terus saja ingin memojokkan dirinya serta mantan abang iparnya itu, rasanya dia tidak sanggup lagi untuk menyimpan aib yang dilihatnya i
Jessica yang sejak tadi kesal setengah mati, seolah sengaja mengungkapkan itu semua. Dia juga tidak ingin ibunya dan kakaknya terus saja menjelekkan Joandra dan seolah pria itu sedang memanfaatkannya, padahal sesungguhnya dalam hal ini dia lah yang paling beruntung.“Benarkah? Bagaimana bisa, itu bukan jaminan namanya.”Tuan Andi berkata sambil mengembangkan senyumnya. Sejak tadi dia pikir putri bungsunya itu sudah dijadikan budak oleh Joandra, dan itu membuatnya merasa begitu panik dan ketakutan luar biasa. Tapi, setelah mendengar penjelasan Jessica barusan, rasa bimbang itu berubah menjadi senang.“Ya iya sih, Jessica juga merasa seperti itu sebenarnya,” jawab Jessica ikut terkekeh, karena dia sudah berhasil mencairkan suasana. Setidaknya ayahnya tidak akan salah paham terhadap Joandra yang sudah begitu baik memperlakukannya, bahkan sudah rela mengorbankan nyawanya demi dirinya. Hanya saja dia tak bisa mengungkapkan hal itu saat ini.“Di mana kartu yang Joandra berikan padamu?!”Cla
Claudia begitu terhenyak ketika mendengar orang kepercayaan Joandra itu memanggil adiknya dengan sebutan ‘Nona Muda’ barusan. Seharusnya dia yang dipanggil dengan panggilan berkelas seperti itu. Rasa benci, marah dan cemburu itu kembali mengerogotinya dan membuatnya sakit hati luar biasa.Sama seperti Claudia, Madam Donna juga terlihat begitu terkejut melihat orang kepercayaan Joandra itu terlihat begitu menghormati putri pungutnya yang katanya bukanlah siapa-siapa Joandra.‘Loh, kalau memang mereka tidak memiliki hubungan yang spesial, kenapa juga orang ini memanggil Jessica seperti ini?! Nona Muda?! Oh, atau ini artinya Joandra memang sudah menganggap Jessica seperti adik kandungnya sendiri. Wah, ini juga keberuntungan bagiku. Seharusnya aku mencari kesempatan untuk memanfaatkan keadaan emas yang ada di depan mataku saat ini.’Madam Donna membatin sambil terus memikirkan apa yang harus dilakukannya agar kecipratan kekayaan yang dimiliki
Jessica menurut dan mulai duduk di sana, lalu segera mengambil gelas jus itu dan menenggaknya. Rasanya dia memang sudah sangat haus karena tadi dia terlalu banyak berbicara. Terlebih dia memang sangat menyukai jus buah, apalagi jus buah bikinan pembantu di sana adalah buah pilihan yang didatangkan dari perkebunan buahan yang sudah pernah dikunjunginya.“Ini kenapa?!”Tiba-tiba Joandra menggapai jemari tangan Jessica dan langsung melihat jari tengah jemari kecil itu.“Oh, tidak ada. I-ini, tadi nggak sengaja kena jepit rambut. Udah dari tadi juga kok,” ujar Jessica cepat dan terlihat sedikit gugup.“Benarkah. Kenapa tadi Abang tidak melihatnya?”“Ah tidak apa-apa, Cuma tergores sedikit saja.”Jessica segera menarik kembali tangannya agar Joandra tidak lagi memprotes bekas luka akibat kuku pada jemari kakaknya tadi yang tergores saat memaksa mengambil cincin berlian pemberian ayahnya.“Apa yang dikatakan oleh Claudia dan Ibu kepada Ayah?” tanya Joandra lagi membuat Jessica sedikit terce
Joandra membatin sambil merogoh ponselnya dan mulai melakukan panggilan pada seseorang.“Daff!”“Kenapa?!”“Kenapa si cecunguk itu ada di sini?!”“Cecunguk?! Oh, maksud Lo Kent?”“Ya iya lah siapa lagi?!”“Saudara tiri Lo itu sekarang jadi Dosen di sini.”“Apa?! Lo gak becanda kan?! Kenapa Lo ijinin?!” tanya Joandra dengan suaranya yang melengking saking kagetnya.“Itu utusan Bokap Lo. Mana bisa aku berbuat apa-apa,” Joan berkata pelan di seberang sana."...?!"Sejak awal Daffa sudah tahu bagaimana hubungan sahabatnya itu dengan saudara tiri yang umurnya lebih tua beberapa tahun darinya, dan itu anak bawaan dari ibu barunya alias ibu tirinya. Daffa juga sudah mengetahui bagaimana benci dan marahnya Joandra kepada ayahnya ketika itu, dan hal itu lah yang membuatnya belum ingin mengabari jika saudara tirinya itu tiba-tiba masuk ke sana sebagai Dosen. Siapa sangka sahabatnya itu langsung mengetahuinya pada saat hari pertama Kenrick bertugas di sana.Joandra terhenyak dan terdiam ketika m
“Iya Bang.” Jessica segera berjalan masuk untuk mengganti pakaiannya, sementara Joandra juga langsung berjalan masuk ke dalam kamarnya untuk membersihkan tubuhnya yang sudah berjibaku dengan keringat dan beban pikirannya seharian ini.Joandra kembali mengingat pembicaraannya dengan Iptu Mario siang sore tadi. Dia masih kepikiran dengan semua yang sudah mereka rencanakan malam ini.“Semua penyelidikan mengarah kepada wanita yang bernama Claudia, Tuan Joandra.”Tadi sore, Iptu Mario yang sedang bertemu dengan Joandra disebuah Cafe terlihat melaporkan apa yang sudah mereka selidiki selama 1 minggu terakhir ini.“Lalu ... kenapa wanita itu tidak segera ditangkap, Iptu Hardy?”“Kita masih menunggu. Bukti yang kita miliki saat ini hanyalah berupa pesan yang berisi agak aneh dan mengarah ke arah sana, dan rasanya itu belum bisa menjadikan bukti yang cukup kuat untuk kita melakukan penangkapan. Apa lagi tersangka utama belum juga mengakuinya. Sekarang hanya ada satu cara,” ujar Iptu
“Kak Jessica?!”Belum lagi Jessica mendapatkan jawaban, Tiffany datang menghadang perjalanan mereka dan langsung meloncat kegirangan.Joandra melepaskan genggaman tangannya pada Jessica dan langsung mendekap tubuh adiknya. Itu adalah kebiasaan Tiffany saat kegirangan. Ya, dia anak meloncat-loncat seperti anak kecil yang mendapatkan mainan pada umumnya.“Fany senang sudah ketemu kak Jessica saat ini?” tanya Joandra pelan sambil mengusap punggung adik kesayangannya. Mencoba menenangkan adiknya agar tak menjadi pusat perhatian orang-orang dan akan membuat adiknya merasa tak nyaman.“Senang. Fany senang banget,” jawab Tiffany dengan wajahnya yang terlihat begitu bahagia.Tiffany segera melepaskan dekapan Joandra dan berganti mendekap tubuh Jessica yang berdiri di samping Joandra.“Fany kangen sama Kak Jessica,” ucap Tiffany sambil mendekap tubuh Jessica dengan begitu eratnya. “Kenapa Kakak Ipar nggak ke rumah lagi?!”Joandra menahan debaran dadanya ketika melihat adiknya sudah mendekap be
“Aku kebelet pipis. Aku ke toilet dulu bentar ya Honey,” Joandra mulai berjalan ke arah toilet yang ada di dalam kamar mewah itu, meninggalkan Jessica yang berbaring di atas pembaringan king size super mewah itu.Jessica bangkit dan duduk di sisi ranjang. Menurunkan kedua kakinya ke bawah, dan kembali melihat ke sekeliling kamar itu. Kamar yang sangat luar biasa, yang pastinya sangat disukai oleh anak-anak mereka satu saat nanti, karena kamar itu terlihat begitu indah degan nuansa yang sangat menyejukkan jiwa.Melihat ada dipenser dan kulkas di sana, Jessica mulai melangkah ke arah dispenser tersebut. Jessica yang merasa kehausan mulai menuangkan air ke dalam gelas dan menenggaknya untuk menghilangkan dahaga yang menyerangnya.Setelah menghabiskan segelas air, Jessica kembali mengisi gelasnya dan lalu berjalan ke arah ranjang.“Honey. Kamu ngapain?” tanya Joandra yang terlihat buru-buru menutup pintu toilet, dan segera menyusul Jessica.“Nggak. Aku hanya ingin minum saja Sayang. Haus
“Hehee. Sayang bisa saja. Ya sudah, Sayang hati-hati ya. Jangan kenceng-kenceng nyetirnya.”“Siap Bidadari hatiku. Muahh!” Joandra ikut meluahkan rasa di dalam benaknya saat ini, dan itu membuat Jessica terkekeh di seberang saja.“Byee.”Joandra yang merasa tersemangati segera melajukan mobilnya dengan hatinya yang merasa begitu bahagia dan berbunga-bunga.Selama hidupnya, hanya 2 wanita yang pernah membuat hatinya bahagia menggebu-gebu seperti ini, dan itu adalah ibu dan juga istri kecil kesayangannya yang begitu dicintainya.-Beberapa hari sudah terlewati, dan saat ini Joandra sedang membimbing Jessica dengan matanya yang di tutupi dengan kain.“Kita mau ngapain Sayang?”“Ada deh.”“Jangan main-main ah. Jessica jangan dikagetin pakai binatang ya. Nanti Jessica bisa pingsan loh Sayang,” sungut Jessica yang sangat takut dikerjai, apa lagi dia memang sangat takut dengan beberapa binatang.“Nggak kok Honey, tenang saja. Sebentar lagi kita sampai,” ujar Joandra hanya tersenyum mendengar
Joandra kembali mengutarakan pertanyaan pada pria itu, karena saat ini Joandra sudah mulai menguasai keadaan yang sebenarnya.Hening.Tampaknya pria itu sulit sekali menentukan keputusannya.“Jika kau mengatakan yang sebenarnya dan menceritakan seluruh kronologinya dengan jelas, aku yakin aku bisa membantu meringankan masa tahananmu. Tapi kamu harus bisa bekerja sama dengan pihak Kepolisian. Aku akan menjamin keamananmu. Setidaknya kamu masih sedikit berguna untuk keluargamu, dari pada kamu mati sia-sia oleh ancaman dari orang yang sudah memerintahkanmu.”Mendengar perkataan Joandra yang panjang lebar itu membuat pria itu kembali menangis.“Terima kasih Tuan Presdir. Terima kasih. Saya tak takut mati sama sekali. Saya akan bekerja sama dengan pihak kepolisan untuk Tuan Presdir. Saya akan menceritakan segalanya secara detail. Tapi, tolong lindungi keluarga saya,” ujar pria itu akhirnya, dan perkataannya itu membuat Joandra mengembangkan sebelah ujung bibirnya.“Tentu saja. Kamu tak per
“Iya suamiku. Baiklah,” Jessica langsung mengiyakan agar Joandra tak mengkhawatirkan keadaannya.Joandra terkekeh pelan dan langsung mengecup sayang bibir Jessica beberapa kali.“Aku pergi sekarang ya, Honey. Hati-hati. Ayah juga ada di rumah, Ayah tak ke mana-mana hari ini,” pesan Joandra lagi agar istrinya itu tak merasa sendiri akibat ditinggalkannya sebentar.“Oke.”Akhirnya Joandra melangkah pergi setelah dia mengecup berulang kali wanita yang begitu dicintai dan amat disayanginya.Mobil melaju membelah jalanan siang ke arah Jakarta Timur dengan tujuan Joandra yang sudah terencana sejak pagi tadi.Joandra yang sudah tiba di kantor kepolisian Jakarta Utara langsung menemui Inspektur Jenderal Mahes untuk berbincang sejenak, sebelum dia menemui anggotanya yang sudah menghianatinya dan sudah membuat masalah besar kali ini. Tentu tak ada api kalau tak ada pemantik. Dan saat ini Joandra ingin mencari tahu s
“Maaf Tuan Presdir. Saya hanya ingin mengabari jika yang menjadi dugaan Tuan Presdir semalam benar adanya. Ada orang luar yang sudah membayar orang dalam kita melakukan kecurangan. Bahkan dengan sengaja menciptakan kecelakaan besar ini.”“Maksudnya?”Joandra terlihat menajamkan pendengarannya dan memicingkan matanya.“Ada saingan bisnis kita yang sengaja menciptakan kecelakaan ini. Dia memanfaatkan orang kita untuk niatnya itu. Dengan menggunakan cairan khusus penghancur beton, kejadian semalam menjadi sangat fatal dan melibatkan begitu banyak pekerja kita.”Joandra terlihat begitu tegang. Sebenarnya Joandra sangat kaget mendengar kabar itu. Bagaimana bisa saingan bisnisnya melakukan kecurangan sefatal itu hanya untuk menghancurkan nama baik perusahaan konstruksinya?! Apakah orang itu tak punya hati dan tega hingga menghilangkan beberapa nyawa sekaligus?!Joandra yang terkejut besar menelan salivanya kasar. Rasa
“Semua itu kenyataan dan Faktanya, Claudia! Kamu jangan lupa dengan apa semuanya yang sudah kamu lakukan selama ini. Tunggu saja tanggal mainnya!” desis Joandra begitu geram dan langsung melangkah pergi.Panas! Joandra benar-benar merasa sangat panas dengan keadaan yang menghimpitnya saat ini. Urusannya tentang bisnisnya dan juga hal-hal yang sudah terjadi di luar sudah sangat meguras pikirannya. Kenapa saat ini ibu mertuanya dan Claudia kembali datang mengacaukan suasana hatinya! Joandra benar-benar merasa geram!Tapi, Joandra tetap berusaha sabar. Dan itu semuanya dilakukannya demi Jessica.‘Licik dan gila! Wanita ular itu memang benar-benar sudah tak waras! Kasihan anaknya nanti memiliki ibu gila seperti dia!’Joandra membatin kesal dan segera berjalan pergi mengurus segala sesuatu agar istrinya bisa keluar malam ini juga.Selesai mengurus semuanya, Joandra segera naik ke atas menuju ke ruangan Jessica. Ternyata Joandra d
“Apa yang Ibu bicarakan?! Tentu saja Joan menyayangi Jessica. Kalau tidak, untuk apa Joandra menikahinya?” jawab Joandra gusar mulai terpancing emosi, bahkan kini rahangnya sudah terlihat mengeras akibat menahan amarahnya.‘Ada hak apa Ibu bicara seperti itu?! Apa yang mereka rencanakan, kenapa sekarang keadaan seakan berbalik. Padahal selama ini mereka yang selalu membuat Jessica menderita dan menangis! Bukankah mereka hanya menganggap Jessika anak pungut,’ kesal Joandra tak lagi meladeni ibu mertuanya, dan segera melangkah ke arah ranjang bed di mana Jessica terlihat sedang terbaring lemah.“Lalu, ngapain aja kamu? Sampai istri sendiri masuk Rumah Sakit saja kamu sampai nggak tahu! Lucu!”Kembali terdengar cicitan Madam Donna yang begitu menyakitkan pendengaran Joandra.Joandra terdiam mendengar ucapan ibu mertuanya. Meski itu memang benar adanya, tapi mendengar semua perkataan ibu mertuanya saat ini membuat Joandra merasa sangat bingung sekaligus was-was.“Sudahlah. Jangan membahas
Joandra merasa begitu penasaran dengan apa yang terjadi, dan ingin mencari tahu bagaimana kronologinya hingga kejadian perdana ini bisa terjadi pada Perusahaan Kontruksi raksasanya yang menjadi Konstruksi ternama dan nomor satu di kota Metropolitan.Joandra tak menuju ke lokasi konstruksi Mall Twenty yang sedang dibangun itu, dia langsung menuju ke kantor polisi agar bisa menangani masalahnya dengan cepat. Padahal dia sudah memutuskan ingin pulang ke kontrakan untuk mengabarkan istri kecilnya, tapi kejadian ini membuat semua rencananya gagal dan menjadi tertunda.Joandra mulai sibuk berurusan di kantor kepolisian dengan pembicaraan dan pembahasannya bersama kepala kepolisian daerah Jakarta Utara. Bahkan setelah selesai membahas segalanya, mereka bersama-sama menuju lokasi kejadian untuk melakukan peninjauan ulang dan untuk memastikan kalau memang ada sesuatu yang dirasakan mengganjal di sana.Kesibukan Joandra hari ini benar-benar menguras waktunya hingga malam hampir tiba, bahkan dia
“Kamu sudah datang Mas Joan. Ayo duduk di sini,” Claudia berkata santai dengan tak tahu malunya.Glukk!Joandra menelan salivanya kasar. Namun, Joandra tak memperdulikan sapaan Claudia.“Selamat siang Dok,” sapa Joandra melihat ke arah Dokter Denata.“Siang Tuan Joandra. Silakan duduk Tuan, saya akan menjelaskannya di sini, karena kalian sudah sama-sama berada di sini,” ujar Dokter Denada tampak serius.Perasaan Joandra seketika menjadi tidak karuan. Entah mengapa melihat wajah Claudia yang berseri-seri, membuat Joandra menjadi resah dan pikirannya menjadi kacau setengah mati.Joandra duduk di samping Claudia, di hadapan dokter Denata dengan dipisahkan oleh sebuah meja kerja dokter Denata.Dokter Denata mengeluarkan sebuah amplop putih dan meletakkannya di atas meja.“Ini adalah hasil dari tes DNA yang dilakukan kemarin. Dan saya akan menjelaskan hasilnya agar Tuan Joandra dan nyonya Cl