Jessica benar-benar terpana tak bisa menetralkan detak jantungnya yang mulai membahana akibat begitu terkejut melihat pemandangan serta atmosfer yang begitu memukau dan sudah menghipnotisnya sedemikian rupa.Semuanya terlihat begitu jelas. Langit yang bertebaran bintang-bintang di sekitarnya. Sekeliling Alam yang terlihat berkelap-kelip akibat lampu-lampu yang terlihat dari seluruh bagian kota pusat hingga ke bagian pelosok yang tak bisa dipastikan dengan jelas.Sungguh, dalam seumur hidupnya jangankan melihat penampakan seperti itu, bahkan mendengar cerita sesungguhnya saja Jessica tidak pernah sama sekali. Bahkan cerita dongeng yang selama ini pernah dibayangkannya tak seindah kenyataan, yang saat ini sedang dilihatnya dengan mata kepalanya sendiri.“S-sayang ... ini beneran kita b-boleh naik ke sini?!”Jessica mencubit tangannya. Begitu kesadarannya datang dia segera melontarkan pertanyaan sambil melempar pandangannya ke arah sekitar berula
Memang tak mudah melakukan pernyataan seperti itu. Dan bagi Joandra, mengungkapkan isi hatinya seperti ini lebih sulit ribuan kali dari pada dia harus menyelesaikan berbagai masalah yang terjadi di dalam perusahaannya.Joandra menelan salivanya dan mulai mengumpulkan keberaniannya lagi.“Apa kamu tahu, Honey? Kamu adalah gadis yang paling nakal dan yang paling keras kepala, yang sudah membuat aku menangis berulang kali. Dan aku pastikan, kamu akan menjadi satu-satunya wanita yang aku cintai selama hidup ini. Tidak akan ada wanita lain yang mampu menggantikan posisimu di dalam hatiku. Mulai malam ini ... aku ingin kamu jangan pernah meragukan cintaku lagi, Honey. Ini adalah cincin warisan dari Mama. Cincin ini akan aku sematkan ke jari manis wanita yang akan menjadi pendamping hidupku, dan yang akan menjadi menantu Mama satu-satunya selama hidupku.”Perkataan Joandra yang begitu panjang lebar, membuat Jessica terus terdiam dan fokus menatap manik Joan
“Ya sudah, kalau begitu besok malam saja gimana? Apa Honey setuju?”Joandra tiba-tiba menetapkan waktunya setelah dia berpikir sejenak. Sudah berbulan-bulan dia tak bertemu dengan ayahnya, dan jika ayahnya nanti menentang hubungannya Joandra juga tidak akan menganggap itu penting. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya menuruti keinginan gadis pujaan hatinya dan itu menjadi persyaratan yang tampaknya memang tak bisa dilewatinya sama sekali.Bagaimana pun keras ayahnya, Joandra kenal jika ayahnya itu bukan seorang yang kasar apa lagi temperamen. Jika tak menyetujui maka Joandra akan menerimanya dengan lapang dada, dan dengan begitu mungkin hubungannya dengan ayahnya akan berakhir tanpa ikatan lagi sama sekali. Ya, mungkin itu bisa menjadi senjata dan sesuatu alasan yang kuat untuk Joandra menemui ayahnya nanti. Dan tiba-tiba Joandra memutuskan ingin menemui ayahnya tanpa janji sama sekali.“Tentu saja. Ok, kalau begitu besok malam Jessica akan b
Tiba-tiba Jessica membuka matanya. Jessica juga berusaha melepaskan pagutan Joandra dengan paksa.“Sayang ...?”“Hmm?”“Jessica mau mandi,” kata Jessica dengan suaranya yang terdengar tertatih dan dengan wajahnya yang terlihat sedang menepis halusinasinya saat ini.“Sebentar lagi,” bisik Joandra kembali melanjutkan pagutannya.“Emmh! Sayang lagi ngapain?” lirih Jessica mulai meracau.“Nggak ada. Abang hanya sedang merindukanmu saja, cintaku.”“Emhhh,” protes Jessica dengan suara alunan desahan tertahannya.Tak ingin, tapi juga tak kuasa melawan. Bahkan ada sesuatu di dalam sana yang terus membuatnya menginginkan hal yang lebih, dan dengan kesadaran setengahnya saat ini membuat Jessica mulai bimbang tak tentu arah.“Rilek’s Honey. Abang tidak akan melakukan yang lain. Abang hanya sedang berusaha melakukan terapi cinta untuk menghilangkan rasa tidak nyaman pada tubuhmu saat ini.”Joandra berbisik begitu pelan sambil menatap mata sayu gadis pujaan hatinya, yang kini sedang menatap matany
Tidak ada sesuatu yang terjadi. Terlebih ketika Joandra terus melihat mata Jessica yang tak berhenti terpejam. Tampaknya gadisnya itu sudah tak sanggup menahan rasa kantuknya, padahal saat ini tubuh itu masih terendam di dalam air.Jessica menguap tak berhenti, dan melihat itu kembali membuat Joandra tak mampu meneruskan rencana awalnya.Begitu selesai mengeringkan tubuh mereka berdua, Joandra segera memakaikan piyama pada tubuh sintal Jessica. Tubuh itu memang sangat menggodanya, tapi Joandra masih bisa mewaraskan pikirannya ketika melihat Jessica sudah hampir tertidur saat berdiri.Dengan cepat Joandra membopong tubuh gadisnya itu keluar dari dalam kamar mandi, dan segera membaringkannya di atas tempat tidur. Begitu sudah terbaring di sana, mata indah itu langsung terpejam dan napas yang berhembus pelan mulai terdengar beraturan.‘Astaga?! Jessica sudah langsung tidur?!’Joandra membatin kaget ketika melihat penampakan yang selama ini belum pernah dilihatnya.Joandra tersenyum dan m
Selesai makan malam, Joandra dan Jessica langsung berjalan ke arah pintu luar dengan tangan yang saling bertautan.“Apa kita tidak perlu membawa oleh-oleh atau sesuatu yang lainnya untuk mengunjungi Papa, Sayang?”Begitu Joandra membuka pintu mobil untuknya, Jessica langsung melontarkan pertanyaannya.“Tidak perlu, Honey.”“Ohh, ok.”Jessica masuk dan duduk di dalam sana dengan perasaannya yang terasa mulai deg-degan.Joandra masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Joandra melajukan mobilnya ke arah Residence baru milik ayahnya, yang tentu saja sama sekali belum pernah Jessica kunjungi selama ini. Sudah beberapa waktu pula Joandra tak pernah bertemu dengan ayahnya. Terlebih saat itu ayahnya menelepon hanya untuk menceramahinya. Entahlah. Ada perasaan bimbang yang membuat Joandra merasa sedikit tegang.Ketika mobil Joandra memasuki halaman luas di kediaman mewah ayahnya itu, Jessica mengernyitkan keningnya seketika. Keterkejutan begitu terlihat dar
“Iya, iya. Honey jangan ketus gitu dong. Abang minta maaf.”Jessica hanya diam dan langsung melangkah naik ke atas teras rumah mewah yang sungguh megah luar biasa itu.Joandra berjalan cepat dan langsung menarik tangan gadisnya yang sedang marah besar.“Istriku,” panggil Joandra dengan detak jantungnya yang terasa sudah berguncang hebat di dalam sana.Jessica diam.Ada perasaan tak sedap yang kembali membuat Joandra merasa ragu.“Honey marah?”Hening.Perasaan tak sedap yang dirasakan oleh Joandra semakin menyebar dan membuatnya bimbang. Dia tidak ingin ada sesuatu hal yang tidak diinginkan yang mungkin akan lebih parah kejadiannya dari pada saat ini.“Ya sudah. Ayo kita pulang saja.”Akhirnya Joandra melontarkan perkataannya saat melihat Jessica hanya diam tak menjawabnya sama sekali.Joandra ingin berbalik. Namun, saat itu pula pintu rumah besar itu terbuka
Joandra mengepalkan tangannya. Dia benci! Benci terhadap anak dan ibu yang sudah merampas ayahnya dari diri Tiffany dan dirinya waktu itu. Dan saat ini, bahkan Joandra sudah pun mulai membenci ayahnya yang terlihat mulai mengikuti gaya kehidupan ibu tirinya.Wanita paruh baya itu terlalu jauh berbeda dengan mendiang ibunya. Sifat dan hati ibunya terlalu suci untuk dibandingkan dengan wanita paruh baya penuh topeng yang memiliki sifat sangat terbelakang dan tak memiliki rasa sosial sedikit pun itu.“Benar kata kamu, Gempita. Wanita seperti ini memang sangat tidak pantas. Terlebih untuk putra-putraku.”“Cukup! Aku tidak datang untung meminta pendapat kalian. Aku hanya ingin mengabari kalian!”Joandra langsung menghentikan hinaan yang terdengar begitu menyakitkan hatinya. Sudah pasti itu lebih menyakiti hati gadisnya.Joandra yang ingin langsung berdiri tangannya segera ditarik oleh Jessica.“Kamu itu sangat tidak