“Ya sudah, kalau begitu besok malam saja gimana? Apa Honey setuju?”
Joandra tiba-tiba menetapkan waktunya setelah dia berpikir sejenak. Sudah berbulan-bulan dia tak bertemu dengan ayahnya, dan jika ayahnya nanti menentang hubungannya Joandra juga tidak akan menganggap itu penting. Saat ini yang ingin dilakukannya hanya menuruti keinginan gadis pujaan hatinya dan itu menjadi persyaratan yang tampaknya memang tak bisa dilewatinya sama sekali.
Bagaimana pun keras ayahnya, Joandra kenal jika ayahnya itu bukan seorang yang kasar apa lagi temperamen. Jika tak menyetujui maka Joandra akan menerimanya dengan lapang dada, dan dengan begitu mungkin hubungannya dengan ayahnya akan berakhir tanpa ikatan lagi sama sekali. Ya, mungkin itu bisa menjadi senjata dan sesuatu alasan yang kuat untuk Joandra menemui ayahnya nanti. Dan tiba-tiba Joandra memutuskan ingin menemui ayahnya tanpa janji sama sekali.
“Tentu saja. Ok, kalau begitu besok malam Jessica akan b
Tiba-tiba Jessica membuka matanya. Jessica juga berusaha melepaskan pagutan Joandra dengan paksa.“Sayang ...?”“Hmm?”“Jessica mau mandi,” kata Jessica dengan suaranya yang terdengar tertatih dan dengan wajahnya yang terlihat sedang menepis halusinasinya saat ini.“Sebentar lagi,” bisik Joandra kembali melanjutkan pagutannya.“Emmh! Sayang lagi ngapain?” lirih Jessica mulai meracau.“Nggak ada. Abang hanya sedang merindukanmu saja, cintaku.”“Emhhh,” protes Jessica dengan suara alunan desahan tertahannya.Tak ingin, tapi juga tak kuasa melawan. Bahkan ada sesuatu di dalam sana yang terus membuatnya menginginkan hal yang lebih, dan dengan kesadaran setengahnya saat ini membuat Jessica mulai bimbang tak tentu arah.“Rilek’s Honey. Abang tidak akan melakukan yang lain. Abang hanya sedang berusaha melakukan terapi cinta untuk menghilangkan rasa tidak nyaman pada tubuhmu saat ini.”Joandra berbisik begitu pelan sambil menatap mata sayu gadis pujaan hatinya, yang kini sedang menatap matany
Tidak ada sesuatu yang terjadi. Terlebih ketika Joandra terus melihat mata Jessica yang tak berhenti terpejam. Tampaknya gadisnya itu sudah tak sanggup menahan rasa kantuknya, padahal saat ini tubuh itu masih terendam di dalam air.Jessica menguap tak berhenti, dan melihat itu kembali membuat Joandra tak mampu meneruskan rencana awalnya.Begitu selesai mengeringkan tubuh mereka berdua, Joandra segera memakaikan piyama pada tubuh sintal Jessica. Tubuh itu memang sangat menggodanya, tapi Joandra masih bisa mewaraskan pikirannya ketika melihat Jessica sudah hampir tertidur saat berdiri.Dengan cepat Joandra membopong tubuh gadisnya itu keluar dari dalam kamar mandi, dan segera membaringkannya di atas tempat tidur. Begitu sudah terbaring di sana, mata indah itu langsung terpejam dan napas yang berhembus pelan mulai terdengar beraturan.‘Astaga?! Jessica sudah langsung tidur?!’Joandra membatin kaget ketika melihat penampakan yang selama ini belum pernah dilihatnya.Joandra tersenyum dan m
Selesai makan malam, Joandra dan Jessica langsung berjalan ke arah pintu luar dengan tangan yang saling bertautan.“Apa kita tidak perlu membawa oleh-oleh atau sesuatu yang lainnya untuk mengunjungi Papa, Sayang?”Begitu Joandra membuka pintu mobil untuknya, Jessica langsung melontarkan pertanyaannya.“Tidak perlu, Honey.”“Ohh, ok.”Jessica masuk dan duduk di dalam sana dengan perasaannya yang terasa mulai deg-degan.Joandra masuk ke dalam mobilnya dan mulai melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.Joandra melajukan mobilnya ke arah Residence baru milik ayahnya, yang tentu saja sama sekali belum pernah Jessica kunjungi selama ini. Sudah beberapa waktu pula Joandra tak pernah bertemu dengan ayahnya. Terlebih saat itu ayahnya menelepon hanya untuk menceramahinya. Entahlah. Ada perasaan bimbang yang membuat Joandra merasa sedikit tegang.Ketika mobil Joandra memasuki halaman luas di kediaman mewah ayahnya itu, Jessica mengernyitkan keningnya seketika. Keterkejutan begitu terlihat dar
“Iya, iya. Honey jangan ketus gitu dong. Abang minta maaf.”Jessica hanya diam dan langsung melangkah naik ke atas teras rumah mewah yang sungguh megah luar biasa itu.Joandra berjalan cepat dan langsung menarik tangan gadisnya yang sedang marah besar.“Istriku,” panggil Joandra dengan detak jantungnya yang terasa sudah berguncang hebat di dalam sana.Jessica diam.Ada perasaan tak sedap yang kembali membuat Joandra merasa ragu.“Honey marah?”Hening.Perasaan tak sedap yang dirasakan oleh Joandra semakin menyebar dan membuatnya bimbang. Dia tidak ingin ada sesuatu hal yang tidak diinginkan yang mungkin akan lebih parah kejadiannya dari pada saat ini.“Ya sudah. Ayo kita pulang saja.”Akhirnya Joandra melontarkan perkataannya saat melihat Jessica hanya diam tak menjawabnya sama sekali.Joandra ingin berbalik. Namun, saat itu pula pintu rumah besar itu terbuka
Joandra mengepalkan tangannya. Dia benci! Benci terhadap anak dan ibu yang sudah merampas ayahnya dari diri Tiffany dan dirinya waktu itu. Dan saat ini, bahkan Joandra sudah pun mulai membenci ayahnya yang terlihat mulai mengikuti gaya kehidupan ibu tirinya.Wanita paruh baya itu terlalu jauh berbeda dengan mendiang ibunya. Sifat dan hati ibunya terlalu suci untuk dibandingkan dengan wanita paruh baya penuh topeng yang memiliki sifat sangat terbelakang dan tak memiliki rasa sosial sedikit pun itu.“Benar kata kamu, Gempita. Wanita seperti ini memang sangat tidak pantas. Terlebih untuk putra-putraku.”“Cukup! Aku tidak datang untung meminta pendapat kalian. Aku hanya ingin mengabari kalian!”Joandra langsung menghentikan hinaan yang terdengar begitu menyakitkan hatinya. Sudah pasti itu lebih menyakiti hati gadisnya.Joandra yang ingin langsung berdiri tangannya segera ditarik oleh Jessica.“Kamu itu sangat tidak
Dari kepala Jessica kini sudah mengalirkan darah segar. Jessica memejamkan matanya erat ketika merasa kepalanya semakin sakit dan berdenyut hebat.“Kepalamu berdarah, Honey. Ayo duduk dulu,” ujar Joandra begitu panik, dan segera mengangkat tubuh Jessica lalu mendudukkannya di atas sofa.Tuan Dinata terdiam sambil melihat ke arah wajah Joandra dan kening Jessica yang berdarah saling bergantian. Lalu matanya melihat ke arah telapak tangannya yang baru saja menggampar wajah putra semata wayangnya yang baru pertama kalinya dilakukannya seumur hidupnya.Kembali melihat ke arah Jessica membuat darah tuan Dinata berdesir tak berhenti. Darah yang mengalir deras itu membuat tuan Dinata benar-benar terpaku bingung dan tidak tahu harus berbuat apa.Nyonya Gempita bersorak girang melihat pemandangan yang tak diduganya sama sekali. Itu adalah sebuah pemandangan yang sangat ingin dilihatnya sejak dulu. Permusuhan antara anak dan ayah itu tentu saja akan ber
“Lalu? Kalau nggak sakit lagi kenapa Honey menangis?” tanya Joandra sambil kembali mengusap ujung mata Jessica yang masih terlihat basah oleh air bening yang menganak sungai.Jessica hanya terdiam. Sejak tadi dia terus memikirkan apa yang harus dikatakannya agar Joandra memahami apa yang dimaksudkan oleh ayahnya dengan kemarahannya semalam. Pria di hadapannya ini memang sudah berusaha keras untuk mempertahankan hubungan mereka. Tapi, jika pernikahan mereka mendapatkan tantangan dan tanpa restu, apa lah artinya.“Apa Sayang ingin membantuku?”“Apa? Honey mau ke toilet ya? Ayo Abang gendong.”Joandra yang tanggap segera berdiri dan mulai bersiap untuk menggendong gadis pujaan hatinya dengan kedua lengan kekarnya.“B-bukan.”“Lalu? Apa Honey sudah lapar? Mau makan apa katakan saja,” tanya Joandra cepat sambil mengusap pipi mulus yang terasa begitu dingin.“Belum sih, nanti saja makannya.”“Lalu?”Joandra yang heran terdiam menatap manik hitam itu dalam dan penuh perasaan. Mulai mencari-c
Cup!Joandra mengecup bibir mungil itu dan mulai mengulumnya penuh rasa sayang. Tapi, baru beberapa detik saja, tiba-tiba terdengar suara ketukan di pintu kamar Vvip tersebut.“Kayaknya itu Dokter yang datang. Abang bukain pintu dulu ya, Honey.”“Hmm.”Joandra tersenyum dan kembali mengecup bibir itu sekali lagi sebelum dia beranjak membukakan pintu.“Pagi Dok.”“Pagi Tuan Joandra. Bagimana, apa semalam Nona Jessica bisa tidur dengan baik?”Sang Dokter langsung menanyakan keadaan Jessica.“Bisa Dok. Tapi, ini rasanya, berdenyut-denyut terus,” Jessica menyampaikan keluhannya yang membuatnya merasa sangat tak nyaman sejak tadi.Sang Dokter mulai melakukan pemeriksaan, dengan dibantu oleh suster yang ikut dengannya ke sana.“Sepertinya kita harus melakukan Rontgen. Pinggiran lukanya terlihat mulai membengkak. Benturan benda keras ini terlalu kenc