Share

Pesona Lembut Sang Istri
Pesona Lembut Sang Istri
Penulis: Natasha Kurniawan

Bab 1

Penulis: Natasha Kurniawan
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-17 15:31:51
Di atas ranjang, pria itu tenggelam dalam gairahnya.

Kiara berada dalam pelukan pria itu. Napas hangatnya menyapu leher Kiara, membuatnya tak bisa menahan diri.

Saat Kiara merasa sulit menahan diri, pria itu menggenggam tangannya erat-erat, jemari mereka saling berpegangan.

Namun, saat momen paling emosional, pria itu malah memanggil nama, "Martha, Martha."

Kiara menangis pelan dan menjawab dengan suara bergetar, "Aku bukan Martha, aku Kiara, aku Kiara."

Namun, hasrat pria itu semakin memuncak, tidak peduli dengan rintihan lirih Kiara. Dia mencengkeram wajah Kiara yang mirip dengan kakaknya, Martha. Setelah menatapnya lama, akhirnya mencium bibir Kiara dengan penuh nafsu, menutup mulutnya dengan paksa.

Keesokan paginya, Kiara duduk di ranjang, memeluk selimut erat-erat. Tubuhnya tanpa sehelai benang, duduk dengan kepala menunduk. Sementara itu, pria itu sudah berpakaian rapi, duduk di tepi ranjang dengan wajah dingin menatapnya.

Wajah pria itu tampan dan dingin. Ekspresinya berbeda total dari malam sebelumnya yang dipenuhi gairah. Kini, dia terlihat sangat dingin dan tidak beremosi.

Pria itu adalah Billy Tandean, mantan tunangan Martha Winata, kakak tiri Kiara.

Kiara adalah anak dari hubungan gelap. Saat usianya lima belas tahun, ayah kandungnya mencarinya dan membawa pulang. Di sana, dirinya bertemu dengan Martha, kakak tirinya yang berusia enam tahun lebih tua.

Saat Kiara menginjak umur delapan belas tahun, Martha bertunangan. Pasangannya adalah pria dari keluarga terpandang di Kota Hatam, seorang pewaris keluarga bangsawan, sekaligus teman masa kecil Martha.

Pada hari pertunangan Martha, pria itu datang menjemputnya dengan mengenakan setelan tuksedo.

Hari itu pertama kalinya Kiara bertemu dengan pria yang telah lama menjalin cinta dengan kakaknya. Dia tampak tenang, tampan dan sangat lembut saat menatap Martha sambil tersenyum.

Waktu itu, semua orang iri padanya dan menyebut Martha sebagai wanita beruntung. Namun, kebahagiaan itu terhenti tiga tahun kemudian, tepat sebelum pernikahan mereka.

Martha didiagnosis menderita leukimia akut. Penyakit parah yang membuatnya tidak bisa memiliki keturunan. Bahkan, dia berkali-kali berada di ambang kematian. Keluarga berusaha mencari donor sumsum tulang yang cocok, tetapi tidak ada anggota keluarga yang cocok, bahkan dari bank sumsum tulang sekalipun.

Untuk bertahan hidup, Martha yang selama ini bersikap dingin terhadap Kiara, memohon padanya. Dia meminta Kiara melahirkan seorang anak untuknya, karena anak itu kemungkinan besar bisa menjadi pedonor sumsum tulang yang cocok.

Kiara yang polos dan lugu memiliki seorang pacar yang sangat dia cintai. Dia tak mungkin melakukan hal seperti itu, sehingga dirinya terus menolak permintaan tersebut.

Namun, melihat Martha terus berjuang antara hidup dan mati, ayah mereka yang sudah tua memohon pada Kiara, "Kiara, tolonglah kakakmu. Kalau kamu bersedia, kakakmu akan berpisah dengan Billy dan memberikan posisi nyonya besar padamu untuk melahirkan anak ini."

Kiara yang sejak kecil mendambakan kasih sayang ayahnya, meskipun dia tahu bahwa ayahnya tidak mencintainya , dia tidak mampu berkata tidak atas permohonan ayahnya.

Bahkan Alice Samantha, ibu tirinya juga menangis sambil berkata, "Anggap saja ini balasan untuk kami yang sudah menerimamu selama ini, juga pengobatan ibumu yang kami biayai saat dia sakit parah."

Melihat adegan di depan matanya, Kiara merasa dirinya tak punya pilihan lain.

Malam itu, dengan berat hati, Kiara mengirim pesan pada pacarnya, "Tedy, kita putus saja."

Tanpa menunggu balasan, Kiara mematikan ponselnya dan menolak semua panggilannya setelah itu. Kedua tangannya terus menggenggam ponselnya dengan erat.

Sebulan kemudian, Martha membatalkan pertunangannya dengan Billy dan Kiara pun naik ke ranjang pria itu. Kali ini adalah kali kedua bagi mereka.

Pertama kali, Kiara merasakan rasa sakit yang tak tertahankan. Karena rasa sakitnya, pria itu kehilangan minat. Semuanya selesai dengan begitu cepat, hanya dengan beberapa kata penghiburan dari Billy.

Namun, kali kedua ini berbeda. Kiara mulai merasa lebih baik, tidak lagi takut pada rasa sakit. Dan pria itu tampaknya menyadarinya, mereka pun mulai larut dalam momen itu.

Kiara berpikir, ternyata begini rasanya kehilangan kendali.

Sambil memeluk selimut, Kiara duduk di ranjang dengan hati tidak tenang, seperti ada petir menggelagar di dalam dadanya. Dia bertanya pelan, "Bolehkah aku mandi?"

Sebelumnya, ibu tirinya pernah mengatakan bahwa sebaiknya tidak mandi agar peluang kehamilan lebih besar. Namun, tubuh Kiara terasa keringatan dan membuatnya sangat tidak nyaman.

Pria yang duduk di tepi ranjang itu diam cukup lama, hingga akhirnya menjawab, "Silakan saja kalau mau."

Berbeda dengan sebulan yang lalu, pria itu langsung pergi setelah semuanya selesai. Kali ini, dia tetap duduk dan menjawab pertanyaan Kiara.

Kiara yang tidak mengerti apapun tentang hal ini, merasa agak malu. Wajahnya merah merona dan menundukkan kepala.

Dia kembali bertanya, "Masih harus berapa kali lagi?"

"Dua minggu lagi kita periksa."

Dua minggu lagi, Kiara tidak tahu apakah dirinya sanggup bertahan selama itu. Dia hanya bisa berharap kali ini bisa berhasil.

Pria itu menambahkan, "Terima kasih."

Ucapan terima kasih itu terdengar seperti ucapan formal yang tanpa emosi.

"Kalau kamu butuh bantuan, jangan ragu untuk bilang padaku."

Kiara mengangkat wajahnya dan menatap pria itu, hanya terlihat wajah pria yang dingin. Kiara berpikir, pria ini pasti benar-benar mencintai kakaknya. Jika tidak, mana mungkin dia mau melakukan hal sebodoh ini.

Kiara terpaku menatapnya, lalu mengangguk dan menjawab, "Aku hanya berharap kakak bisa ... sembuh dan ayah juga ... bisa senang."

"Iya," jawab pria itu singkat. Lalu, dengan sopan dia bertanya, "Perlu aku antar pulang?"

Kiara segera menggeleng, menolak, "Nggak, nggak perlu, aku bisa pulang sendiri."

Pria itu tidak memaksanya. Seperti biasanya, dia membiarkan Kiara mengambil keputusan sendiri, menunjukkan sikap dewasa dan bijaksananya.

Setelah keluar dari hotel sendirian, Kiara merasa dunia di sekitarnya berputar. Matahari di atas kepalanya terasa membakar kulit. Ketika akhirnya tiba di rumah, ibu tiri menyambutnya dengan semangkuk obat herbal dan menyuruhnya untuk meminumnya.

Kiara tidak tahu apa isi obat herbat itu, tetapi karena ibu tiri terus mendesaknya, dia akhirnya meminum semuanya dalam sekali teguk.

Alice, ibu tirinya bertanya, "Berapa kali?"

Kiara terdiam.

Lalu menjawab, "Sekali."

"Kenapa hanya sekali? Mana cukup satu kali saja? Bukankah waktunya semalaman?"

Kiara merasa aneh mendengar pertanyaan itu. Perasaan tidak nyaman kembali menghantuinya.

Alice melanjutkan, "Frekuensinya terlalu sedikit. Bulan lalu juga hanya sekali dan nggak berhasil. Sekarang sudah sebulan berlalu, malah hanya sekali saja? Kalau begini, kapan bisa berhasil?"

Alice dan suaminya sudah berusia lanjut dan tak memungkinkan untuk hamil, jadi hanya bisa berharap Kiara bisa segera hamil. Semua harapan mereka bertumpu pada Kiara.

Kiara benar-benar tidak tahu seharusnya berapa kali. Yang dia tahu, selama dua bulan ini, mereka hanya melakukannya dua kali.

Alice melanjutkan lagi, "Kiara, kamu harus lebih sering. Kalau nggak, peluangnya kecil."

Kiara merasa sesak napas, tetapi tetap menjawab dengan suara pelan, "Kak ... " Kata kak Billy hampir keluar dari mulutnya, tetapi dia buru-buru menggantinya.

"Setelah selesai, dia nggak lanjut lagi," ujar Kiara sebagai gantinya.

"Kamu belum pernah dengan Tedy sebelumnya? Kamu nggak tahu caranya? Kalau begitu, biar aku yang bicara dengan Billy."

Alice langsung bersiap pergi. Kiara tak menyangka bahwa hal seperti ini bisa dibahas, dirinya merasa sangat malu, seolah semua privasinya terbuka lebar.

Dia buru-buru menarik Alice dan berkata, "Ta ... tante, kita tunggu dulu hasil kali ini, ya?"

Alice memandangnya lama, setelah berpikir sejenak, dirinya juga tahu bahwa hal ini tidak bisa terlalu dipaksakan. Jadi, akhirnya dia menghela napas, "Baiklah."

Bab terkait

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 2

    Keringat dingin membasahi tubuh Kiara.Keesokan harinya, Kiara pergi ke kampus untuk menghadiri kelas. Setelah selesai, saat dia bersiap keluar dari gerbang kampus, tiba-tiba terdengar suara dari belakangnya, "Kiara!" Seketika, tubuh Kiara membeku mendengar suara itu.Detik berikutnya, Tedy Thomas, mantan pacarnya menerobos kerumunan orang dan langsung menggenggam tangannya, lalu bertanya, "Kiara, kenapa kamu menghindariku? Jelaskan padaku! Kita baik-baik saja, kenapa tiba-tiba minta putus begitu saja?!"Emosi Tedy sangat tidak stabil dan amarahnya mengundang perhatian banyak orang.Kiara sangat ketakutan. Dia menatap Tedy tanpa berani mengucapkan sepatah kata pun.Beberapa hari terakhir ini, Tedy terus mencarinya. Keputusan dadakan Kiara untuk mengakhiri hubungan mereka dan pergi tanpa penjelasan membuat Tedy kebingungan. Padahal sebelumnya, hubungan mereka sangat manis dan Tedy bahkan sudah merencanakan untuk menikah setelah lulus. Lalu, mengapa semua ini berubah?"Kiara, apa yang s

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 3

    Billy memang tidak pandai menghibur gadis muda, dia juga tidak tahu kata-katanya yang tadi membuat Kiara tersinggung. Melihat Kiara enggan mengambil permen itu, dia mengerutkan kening, terdiam beberapa detik dan akhirnya meletakkan permen itu.Setelah beberapa lama melaju, tiba-tiba mobil terhenti. Kiara sedikit terkejut melihat gerbang rumah sakit dari balik jendela mobil.Billy juga tak menyangka mobil sudah sampai di rumah sakit. Jadi, dia hanya bertanya, "Sudah sampai di rumah sakit, kamu mau sekalian jenguk kakakmu?"Ekspresi Kiara terlihat sedikit tegang. Sebenarnya, sejak Martha sakit hingga dirawat di rumah sakit, dirinya jarang menjenguknya. Hubungan mereka memang tidak begitu dekat.Billy jelas tahu bagaimana hubungan Kiara dan Martha. Bagaimanapun juga, perbedaan usia mereka cukup jauh, ditambah lagi mereka adalah saudara tiri, wajar saja kalau mereka tidak dekat."Belakangan ini suasana hatinya nggak begitu baik. Dia mungkin akan senang kalau kamu menjenguknya.“Ucap Billy

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 4

    Billy berjalan ke sisi ranjang dan duduk, wajahnya penuh kelembutan dan bertanya, "Merasa baikan? Mau makan apel?"Martha yang terbaring di ranjang rumah sakit menggeleng pelan, menjawab, "Masih agak nggak enak badan, juga nggak begitu ada selera."Kemudian, Martha dengan antusias memanggil Kiara yang masih berdiri di pintu, "Kiara, ayo masuk!"Kiara yang berdiri di depan pintu menyaksikan suasana di dalam ruangan dengan ragu, kemudian melangkah masuk perlahan. Setelah berada di dalam, suasananya terasa sunyi dan agak canggung. Telapak tangan Kiara terus berkeringat, sedangkan Billy tetap terlihat santai. Dia merapikan selimut yang menutupi tubuh Martha dengan tenang.Dengan ramah, Martha bertanya, "Kiara, mau makan apa, nggak?"Kiara melirik sekilas ke arah Martha dan melihat ekspresinya tetap biasanya saja, seolah tidak ada yang aneh. Justru dirinya sendiri yang merasa aneh.Kiara mencoba menghilangkan kecanggungannya dan menjawab pelan, "Terserah."Mendengar jawaban itu, Martha ters

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 5

    Dengah wajah memerah, Kiara mundur dari pelukan Billy, menunduk memandang kekacauan di lantai. Kiara segera membungkuk untuk memungut anggur yang berceceran. Saat Kiara membungkuk, Billy juga ikut membungkuk.Keduanya secara kebetulan meraih anggur yang sama, membuat tangan mereka bersentuhan.Tangan Billy terasa lembab dan hangat.Wajah Kiara semakin menunduk dan tanpa sadar menarik kembali tangannya.Tentu saja, Billy juga menyadari gerakannya. Dia juga menarik kembali jarinya.Suara di luar membuat Martha bertanya, "Kiara, ada apa?"Mendengar suara Martha, Billy menjawab dengan tenang, "Nggak apa-apa."Kiara terdiam dan tidak bergerak lagi. Kemudian, Billy dengan cepat memunguti anggur yang tercecer, mencucinya kembali."Kamu bersihkan dirimu dulu, aku pergi duluan."Usai bicara, Billy melangkah keluar dari pantry sambil menggulung lengan bajunya kembali hingga rapi.Kiara berdiri diam di tempat dengan jantung yang masih berdegup kencang. Tangannya tanpa sadar mencengkeram salah sa

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 6

    Kiara menjalani hari-harinya dengan linglung dan setengah bulan pun berlalu.Pagi ini, Kiara membawa alat tes kehamilan ke kamar mandi. Dia sudah beberapa kali menggunakan alat ini sebelumnya, jadi tidak terasa malu dan cemas seperti pertama kali yang bahkan tak bisa membaca petunjuknya karena tangannya yang gemetaran.Namun, ketika menunggu hasilnya beberapa menit, Kiara tetap merasa gelisah. Harapannya bercampur dengan kecemasan, sampai akhirnya dia melihat hanya satu garis yang muncul. Dia tak menyerah, lalu mengulanginya sekali lagi sesuai langkah-langkah yang benar.Hasil yang sama muncul lagi. Saat menyadari itu, dia berdiri di kamar mandi dengan mata tertutup rapat dan wajah penuh kesedihan.Kenapa seperti ini? Kenapa masih belum berhasil? Kenapa masih belum hamil?Kiara turun ke lantai bawah seperti orang kehilangan arah. Saat melihatnya, ibu tirinya langsung bangkit dari sofa dan mendekatinya, tak lupa bertanya, "Kiara, bagaimana hasilnya?"Alice tampak khawatir.Kiara terdiam

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 7

    "Kalau kamu masih merasa nggak nyaman, coba anggap saja aku sebagai temanmu."Teman? Teman bisa tidur bersama di ranjang? Kiara tak tahu bagaimana cara menghadapi semua ini.Billy terus diam, menunggu jawaban darinya. Kiara tahu bahwa Martha tak bisa menunggu lebih lama lagi dan Alice juga tak akan membiarkannya terus mengulur waktu.Dia seperti berdiri di ujung tebing, tanpa ada jalan untuk mundur.Mengingat dua kali kejadian sebelumnya saja masih membuatnya takut. Dia gemetaran cukup lama, napasnya tersengal-sengal, sampai akhirnya mengucapkan satu kalimat seperti sebuah kompromi, "Baiklah, aku mengerti."Setelah mendengar jawabannya, setelah beberapa saat, barulah Billy menjawab datar, "Iya, nanti aku antar kamu pulang."Usai bicara, Billy tidak tinggal lebih lama di hadapannya. Mungkin karena merasa sudah selesai bicara, dia berbalik masuk ke dalam kamar.Tangan Kiara yang bergantung di sisinya mengepal erat.Ketika Billy masuk ke kamar, seorang perawat sedang dengan sabar merawat

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 8

    Keduanya saling berciuman cukup lama hingga akhirnya Billy melepaskan bibir Kiara.Billy bertanya, "Merasa lebih baik? Hm?"Kiara merasa canggung, dia benar-benar belum siap secara mental dan tidak tahu harus menjawab apa.Billy tidak memaksanya, hanya menunggu respon dari ekspresi wajahnya.Napasnya mereka saling bertautan, saling bersinggungan, terkadang dalam dan terkadang dangkal."Hm?"Tanya Billy lagi.Sinar bulan dari luar menembus masuk, menyinari di wajah keduanya. Di bawah cahaya bulan itu, wajah Billy tampak begitu tegas dan tampan. Hidungnya yang mancung menyentuh lembut hidung Kiara."Jangan takut, ya?"Billy seperti sedang menghiburnya.Dia terus menunggu, tangannya menopang tubuh Kiara, tetap sabar menanti. Setelah cukup lama, bibirnya yang sempat berhenti di dekat bibir Kiara kembali mendekat untuk menciumnya. Namun, Kiara segera memalingkan wajahnya untuk menghindar.Bibir Billy akhirnya mendapat di cuping telinganya.Keduanya membeku dalam posisi itu, tidak ada yang b

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17
  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 9

    Keesokan paginya, Kiara turun ke lantai bawah. Alice tidak bertanya tentang detail kejadian tadi malam, apalagi tentang ke mana mereka pergi. Sebaliknya, Alice malah menyuguhkan semangkuk sup herbal untuk Kiara.Sebenarnya, Kiara sangat takut jika Alice bertanya.Perasaan tidak nyaman seperti privasinya dilanggar terus menghantuinya. Dia selalu merasa seperti orang yang telah dlucuti pakaiannya dan dipertontonkan di depan umum.Setelah selesai meminum sup itu, Kiara berkata, "Kalau begitu, aku pergi ke kampus dulu."Beberapa waktu terakhir, dia mengambil cuti hingga hari ini. Dia merasa sudah waktunya kembali ke kampus."Iya, pergilah."Tanpa banyak bicara lagi, Kiara meninggalkan rumah dan menaiki taksi menuju kampus. Di dalam taksi, tangannya memegang ponsel. Dia menunduk dan melihat layar ponsel itu.Ada sebuah nomor telepon yang tertera nama Billy Tandean.Itu adalah nomor yang disimpan oleh Billy ke dalam ponselnya tadi malam, katanya untuk mempermudah komunikasi.Jemari Kiara men

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-17

Bab terbaru

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 50

    Pelayan menjawab sambil tersenyum, "Sudah pulang, lagi ganti baju di lantai atas."Mendengar itu, Billy mengangguk. Saat hendak berjalan menuju tangga, pandangannya tertuju pada sesuatu di meja dekat sofa. Langkahnya terhenti, lalu membungkuk dan mengambil kotak obat yang ada di sana.Pelayan itu teringat bahwa dia lupa memasukkan barang milik Kiara kembali ke tasnya. Dengan tergesa-gesa, dia berkata, "Pak Billy, sepertinya itu barang milik Bu Kiara, aku yang keluarkan dari tasnya."Tatapan Billy yang awalnya tenang kini berubah tegang. "Punya Kiara?""I ... iya, punya Bu Kiara."Raut wajah Billy menjadi dingin, "Dia di atas?"Pelayan merasa suasana berubah menjadi tidak nyaman, "Iya ... di kamar atas."Tanpa membuang waktu, Billy berjalan cepat menuju lantai atas.Kiara baru saja selesai mengganti pakaian di kamar. Dia sedang berdiri di depan meja rias untuk mengambil anting kecilnya, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Kiara langsung menoleh ke arah pintu.Dengan panik, dia berdiri dan me

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 49

    Kiara menarik tangannya perlahan dari genggaman Billy, "Aku lupa tadi."Billy juga menarik kembali tangannya, "Yasudah, pergilah ke kelas.""Iya, Kak Billy," jawab Kiara dengan lembut, lalu membuka pintu mobil dengan hati-hati kali ini, memastikan tangannya yang terluka tidak terbentur lagi.Setelah memastikan Kiara masuk ke gerbang kampus, mobil Billy pun melaju pergi.Namun, Kiara masih merasakan kehangatan yang tertinggal di pergelangan tangannya, seperti ada jejak yang tak bisa dihilangkan, meski dirinya sudah berusaha mengabaikannya.Siang harinya, Kiara dan Shully memutuskan untuk membolos kelas yang tidak terlalu penting. Mereka berjalan-jalan di luar kampus. Setelah beberapa waktu, Shully bertanya, "Kiara, kamu tinggal di mana sekarang?"Kiara sedang memegang gaun yang menarik perhatiannya. Mendengar pertanyaan itu, dia menjawab cepat, "Ah, aku tinggal di rumah."Shully mengangguk, "Kupikir kamu tinggal di asrama beberapa hari ini."Kiara tersenyum lemah dan menjawab, "Nggak, a

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 48

    Setelah lukanya selesai dibalut, pelayan tidak membiarkan Kiara tetap berada di dapur dan mengusirnya ke meja makan. Kiara baru duduk dan melihat Billy sudah ada di sana.Saat itu, langit di luar masih gelap, waktu baru menunjukkan pukul enam pagi.Keduanya diam, tak saling bicara.Billy meletakkan koran di tangannya, lalu bertanya, "Lukanya dalam?"Pertanyaannya terdengar seperti basa-basi saja.Kiara menggigit bibirnya dan menggeleng, "Nggak."Matanya melihat ke bawah, bulu matanya memantulkan cahaya lembut dari lampu, bergetar seperti dilapisi kilauan halus.Mendengar jawabannya, Billy hanya menggumam pelan sebagai tanggapan dan tidak bertanya lebih jauh, kembali membaca korannya.Tak lama kemudian, pelayan membawa hidangan pertama ke meja. Ruang tamu sunyi, pelayan itu segera kembali dapur setelah meletakkan makanannya.Di dapur, pelayan sempat berpikir, kenapa kedua orang ini bangun begitu pagi? Mereka terlihat seperti tidak tidur semalaman.Namun, pelayan itu tak bisa memastikan

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 47

    Kiara merasa agak tidak nyaman ketika dicium oleh Billy selama beberapa detik, matanya basah, bibirnya terus bergumam, "Kak Billy, kenapa kita sudah begitu sering, tapi tetap nggak berhasil?"Kiara mulai meragukan dirinya sendiri, apakah dirinya mandul, mengingat sudah sekian lama dan begitu sering, tapi belum ada tanda-tanda kehamilan.Dia terisak dan berkata lagi, "Aku tahu kamu nggak tertarik padaku, tapi hanya dengan segera hamil, kita bisa terbebas dan kamu bisa bersamanya bersama kakak tanpa bertengkar lagi. Aku nggak mau menunggu lagi, tolong Kak Billy."Kata tolong yang dia ucapkan justru seperti menambah bensin pada api yang sudah menyala."Kiara, kamu nggak tahu bahwa kata tolong nggak boleh diucapkan dalam situasi seperti ini?" Billy berhenti mencium bibirnya, menatapnya dengan tatapan tajam.Kiara terdiam sejenak, tidak langsung menjawab kata-kata itu, wajahnya terlihat agak ragu.Dia juga tidak tahu kenapa dirinya mengatakan kata-kata itu, tapi dia benar-benar tidak punya

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 46

    Tiba-tiba, terdengar suara dari pintu ruang kerja, Billy pun menoleh ke arah pintu. Pintu terbuka dan sosok bayangan dengan gaun tidur putih melangkah masuk.Melihat Kiara datang, tangan Billy yang sedang memijat pelipis langsung terhenti.Kiara berdiri di depannya tanpa bergerak."Kiara?" tanya Billy sambil mengangkat alisnya."Kak Billy, kamu belum tidur? Aku sudah menunggumu sejak tadi."Tatapan Billy mulai menjadi lebih dalam dan serius, dia terus menatap gadis yang berdiri di depannya.Sebenarnya, dirinya sama sekali tidak punya niat seperti itu malam ini. Namun, dia tak menyangka Kiara akan datang dan mendorong pintu ruang kerjanya. Tatapannya yang tajam terus memandang tubuh kecilnya, sementara suaranya terdengar datar, "Aku sudah mau tidur."Tangan Kiara perlahan meremas gaun tidurnya, "Kalau begitu, aku ... ""Balik ke kamarmu saja."Ujar Billy memotongnya dengan tegas, wajahnya terlihat tanpa ekspresi.Kiara mengangkat kepalanya sedikit, menatapnya dengan bingung, tidak mema

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 45

    Billy mengambil sendok dari mangkuk sup dan mencicipi sedikit.Kiara mengangkat matanya, sedikit berharap dan bertanya, "Bagaimana rasanya?"Rasa sup itu segar dan manis, dengan aroma khas dari bengkoang.Namun, Billy hanya memberikan komentar singkat, "Lumayan."Mendengar jawabannya, Kiara tidak tahu apakah itu sekedar basa-basi atau sungguhan. Dia sedikit kecewa dan hanya menjawab pelan, "Oh."Billy menyadari perubahan nada suaranya, tetapi berpura-pura tidak tahu dan bertanya, "Kenapa?"Kiara menggeleng dan menjawab, "Nggak ada." Kemudian duduk di kursinya.Pelayan yang sedang menghidangkan makanan berkata pada Kiara, "Pak Billy sangat jarang makan malam di rumah. Ini adalah pertama kalinya setelah setengah tahun ini."Kiara terkejut dan menatap pria di depannya dengan heran.Billy meletakkan sendoknya dan menjelaskan, "Aku sibuk dengan pekerjaan dan jamuan biasanya. Tapi karena ini hari pertama kamu tinggal di sini, aku rasa sebaiknya menemanimu makan malam."Kiara merasa sedikit t

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 44

    Sebenarnya, Billy tidak ingin membuat Kiara merasa canggung. Jadi, dia hanya menjawab, "Yasudah, anggap saja ini rumahmu sendiri. Aku akan usahakan pulang lebih awal malam ini."Kiara mengangguk lagi, tetapi di tengah anggukannya, kepalanya tiba-tiba berhenti.Entah mengapa, kalimat itu membuatnya sedikit berpikir berlebihan. Tangannya yang memegang alat makan tanpa sadar membeku.Malam harinya, setelah Kiara pulang, Billy belum juga kembali. Salah satu pelayan keluar untuk menyambutnya, "Bu Kiara."Kiara berhenti di depan pelayan itu dan bertanya, "Kamu sedang sibuk di dapur?"Pelayan itu sedikit terkejut mendengar pertanyaannya, tetapi segera menjawab, "Aku belum siapkan makan malam, kamu mau menunggu sebentar?"Mendengar itu, Kiara segera meluruskan, "Oh, bukan itu maksudku. Aku hanya mau membantu di dapur, kebetulan aku juga nggak ada urusan."Pelayan itu menyadari bahwa Kiara tampaknya masih merasa canggung berada di rumah ini. Setelah berpikir sejenak, dia mengangguk, "Baiklah, k

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 43

    Setelah mendengar langkah kaki dari lantai bawah, Kiara yang bersembunyi di balik pintu langsung terdiam.Pak Billy? Kak Billy sudah pulang?Tangannya yang memegang pintu semakin erat, tapi entah kenapa, rasa takut di hatinya perlahan mereda. Dia keluar dari kamar gelap yang asing itu.Saat itu, Billy baru saja memasuki aula utama. Seorang pembantu sedang berbicara dengannya. Setelah beberapa saat, pandangan Billy langsung tertuju pada Kiara yang muncul dari kamar di lantai atas.Billy menghentikan langkahnya.Kiara juga berdiri di lantai atas, menatapnya dari kejauhan.Billy berjalan mendekatinya. Ketika sampai di depannya, dia berhenti dan berkata, "Kalau ada yang dibutuhkan, katakan saja."Kalimat itu menunjukkan bahwa Billy ingin Kiara merasa nyaman di rumah ini. Namun, Kiara malah merasa canggung dan tidak tenang.Billy melanjutkan lagi, "Kalau ada syarat yang mau kamu ajukan, katakan saja. Aku akan memberikan apapun semampuku."Setelah berpikir sejenak, Kiara menjawab, "Kak Billy

  • Pesona Lembut Sang Istri   Bab 42

    Di sini, Kiara merasa seperti orang luar yang tidak punya hak untuk terlibat dalam percakapan mereka. Dia bisa merasakan hubungan rumit antara Billy dan Martha. Akhirnya, dia mengangguk pelan dan berbalik keluar dari ruangan.Begitu dia pergi, kamar itu kembali sunyi dan dingin seperti sebelumnya.Kemudian, Billy memandang Alice dan Benedict dengan dingin dan berkata, "Aku perlu bicara berdua dengan Martha."Benedict dan Alice juga tidak berani ikut campur dengan urusan mereka. Keduanya mengangguk pelan dan meninggalkan ruangan.Setelah mereka pergi, Billy menatap Martha yang terus menangis. Wajahnya sangat muram dan dengan nada dingin dia berkata, "Karena ini yang kamu mau, aku akan melakukannya dengan baik."...Sementara itu, Kiara kembali ke ruangannya. Dia duduk di ranjang tanpa bergerak, merasa seperti jatuh ke dalam jurang tanpa dasar. Dia benar-benar tidak tahu bagaimana cara untuk keluar dari situasi ini.Namun, belum setengah jam berlalu, seseorang masuk ke kamarnya. Itu adal

DMCA.com Protection Status