Beranda / Rumah Tangga / Pesona Istri Yang Terabaikan / Bab 6. Siapa Wanita yang Makan Siang Bersamamu? 

Share

Bab 6. Siapa Wanita yang Makan Siang Bersamamu? 

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-12-13 20:33:13

“Terima kasih sudah mengantarku, Amelia.” Lily melukiskan senyuman paksaan di wajahnya, di kala mobil Amelia telah berhenti di depan mansion-nya. Senyuman yang dia paksakan seharian ini, agar Amelia tidak curiga bahwa perasaannya kali ini sangat campur aduk.   

Amelia menatap cemas Lily yang tampak berbeda seharian ini. “Kau benar baik-baik saja, kan?” tanyanya khawatir. 

Lily mengangguk. “Ya, Amelia. Tentu aku baik-baik saja. Jangan khawatir.” 

Amelia terdiam sejenak, merasa ragu akan jawaban Lily. Namun, dia menyadari dirinya tak bisa bertanya lebih dalama. Sebab, bagaimanapun Lily sudah berumah tangga. Berbeda di masa dulu di mana Lily masih belum menikah, bisa bercerita banyak hal. 

“Baiklah, Lily. Sampai jumpa lagi. Jika nanti kau hadir di acara reuni, tolong kabari aku, ya?” pinta Amelia pada Lily. 

Lily mengangguk, dengan senyuman hangat di wajahnya. Detik selanjutnya, dia membuka seat belt—dan turun dari mobil Amelia. Tepat di kala dia sudah turun, mobil Amelia melaju meninggalkan megah yang ditempati oleh Lily dan Lionel.  

Lily berbalik, melangkah masuk ke dalam mansion, dan di sana dia berpapasan dengan pelayan. Senyuman di wajahnya dipaksakan kembali terlukis. Dia tak ingin ada orang tahu tentang dirinya yang sedang memikirkan sesuatu hal berat. 

“Nyonya,” sapa sang pelayan sopan di kala Lily sudah pulang. 

Sang pelayan mengangguk. “Apa Lionel sudah pulang?” tanyanya hangat. 

“Belum, Nyonya. Tuan masih belum pulang,” jawab sang pelayan lagi memberi tahu. 

Lily terdiam sejenak, dan berusaha tenang. “Ya sudah, kalau begitu aku ingin istirahat di kamar. Aku cukup kelelahan.” 

“Baik, Nyonya.” Pelayan itu menundukkan kepala, mempersilakan Lily yang kini melangkah menuju kamar. 

Lily duduk di tepi ranjang, mengatur napasnya dengan perlahan. Setiap embusan napasnya terasa berat, seolah-olah beban di dadanya semakin menumpuk. Bayangan Lionel yang tadi makan siang dengan wanita lain terus menghantui pikirannya. Meskipun mereka telah bersama selama bertahun-tahun, rasa cemburu dan ketidakpastian mulai merayap masuk ke dalam hatinya.

Wanita cantik itu menutup matanya sejenak, berusaha menenangkan pikirannya. “Aku harus percaya padanya,” bisiknya pada diri sendiri. 

Lily tahu bahwa kepercayaan adalah fondasi dari hubungan mereka. Dia mengingat semua momen indah yang telah mereka lalui bersama, tawa, dan cinta yang telah mereka bangun. Namun, bayangan wanita itu, dengan senyumnya yang menawan, terus mengganggu ketenangannya. 

Jam dinding terus bergerak, dan suasana kamar sangat sunyi. Lily yang biasanya menonton televisi atau membaca buku, memutuskan untuk menunggu sang suami pulang. Pikiran yang tak tenang membuat dirinya berharap Lionel segera pulang. Dia ingin menanyakan pada sang suami siapa wanita asing yang dia lihat tadi. 

Tiga puluh menit menunggu, Lily melihat Lionel masuk ke dalam kamar. Hatinya sedikit lega karena suaminya sudha pulang. Dia bangkit berdiri, dan membantu sang suami melepaskan jas dan dasi. Aroma parfum wanita kembali tercium di indra penciuman Lily—dan sukses membuatnya menjadi terpaku dalam kebingungan. 

“Apa hari ini kau sangat sibuk?” tanya Lily memulai percakapan. 

Lionel mengangguk. “Ya, cukup sibuk. Bagaimana denganmu?” 

“Hari ini aku jalan dengan Amelia.” 

“Amelia teman kampusmu?” 

“Iya, Amelia teman kampusku.” 

Lionel kembali mengangguk. “Tubuhku terasa lengket. Aku ingin mandi dulu.” 

Lily memilih untuk membiarkan Lionel untuk mandi lebih dulu. Dia meletakan pakaian kotor sang suami ke tempat khusus pakaian kotor. Lantas, di kala sang suami masuk ke dalam kamar mandi—yang dilakukannya adalah meraih ponsel suaminya itu—dan menatap ke layar ternyata ada pesan masuk dari nama kotak ‘Paloma Gish’. 

Jantung Lily berdetak tak karuan. Hatinya sangat tidak tenang, seperti merasakan ada sesuatu bahaya. Detik selanjutnya yang dilakukannya adalah membuka ponsel sang suami, dan membaca isi pesan itu. 

{Lionel, terima kasih sudah makan siang untukku. Aku senang senang. Ini makan siang yang luar biasa.} 

Lily merasa seolah-olah dunia di sekelilingnya berhenti sejenak. Kata-kata itu berputar-putar di kepalanya, dan jantungnya berdegup semakin kencang. Makan siang yang luar biasa? Apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka? Pikiran-pikiran negatif mulai menggerogoti hatinya, dan dia berusaha keras untuk tidak membiarkan kecemasan itu menguasai dirinya.

Lily menatap pesan itu lagi, mencoba mencari makna di baliknya. Mungkin Paloma hanya bersikap sopan, atau mungkin itu hanya ungkapan terima kasih yang biasa. Namun, rasa cemburu yang menggelora di dalam dirinya sulit untuk diabaikan. Lily tahu bahwa dia harus tetap tenang dan tidak terburu-buru mengambil kesimpulan.

Pintu kamar mandi terbuka. Lionel keluar dari kamar mandi hanya menggunakan handuk yang melilit di pinggangnya. Tubuh kekarnya basah dengan air. Pun tato yang menghiasi tubuhnya membuatnya sangat jantan. 

“Ada telepon?” tanya Lionel di kala melihat Lily memegang ponselnya. 

Lily mendekat, berusaha untuk tenang, lalu menyerahkan ponsel Lionel pada suaminya itu. “Ada pesan dari Paloma.” 

Lionel mengambil ponselnya, membaca sekilas pesan itu. “Aku sudah bilang padamu, jika ada pesan lebih baik kau abaikan. Nanti kau salah paham.” 

Lionel meletakan ponselnya ke atas nakas, lalu hendak berbalik menuju walk-in closet. Namun, seketika gerakannya terhenti di kala Lily mulai mengeluarkan suara … 

“Tadi aku makan siang dengan Amelia, dan aku melihatmu bersama dengan seorang wanita di restoran. Apa itu Paloma Gish?” tanya Lily langsung, nadanya tenang, padahal hatinya sangat tertusuk. 

Sebagai seorang istri, sangat wajar Lily cemburu melihat suaminya bersama dengan wanita lain. Terlebih itu jam kantor, dan posisinya sang suami dengan wanita lain itu sangat dekat. Kecurigaan membentang, tapi Lily ingin bertanya lebih dulu untuk memastikan. 

Lionel berdecak kesal. “Jika kau bertemu denganku, kenapa kau tidak menghampiriku? Kalau sudah seperti ini, kau akan berpikir macam-macam.” 

“Aku hanya tidak ingin mengganggu. Aku juga tidak berpikir macam-macam. Jika aku berpikir macam-macam, aku langsung menuduhmu. Ini yang aku lakukan adalah bertanya padamu,” jawab Lily berusaha tenang. 

Lionel mengembuskan napas kasar. “Paloma adalah wanita yang aku tabrak. Dia sekarang sudah membaik. Dia mengajak makan siang sebagai bentuk rasa terima kasih. Aku hanya menghargai dia saja. Tidak lebih.” 

Lily mengangguk. “Kalau begitu besar kemungkinan dia juga akan mengajakmu makan malam, karena makan siang sudah, jadi tinggal makan malam bersama.” 

“Lily, kau ini bicara apa?! Kenapa sembarangan sekali kalau bicara!” seru Lionel tampak tak suka. 

“Aku tidak bicara sembarangan, Lionel. Aku hanya mengeluarkan pendapatku, mungkin saja Paloma akan mengajakmu makan malam, dan kau tidak enak jadi kau terima,” balas Lily lagi tetap tenang. 

Lily tidak bermaksud untuk menyindir. Namun, hatinya yang merasa terluka, membuatnya mengatakan demikian. Hal tersebut yang membuat Lily berani mengatakan hal itu pada suaminya. 

“Tidak akan. Aku tidak akan mau makan malam dengannya! Kau puas sekarang?” Mata Lionel menatap dingin Lily. 

Lily mengangguk. “Aku pegang janjimu. Jika Paloma masih terus menerus mengganggumu, aku yang akan mengirimkan pesan padanya.” 

“Terserah!” Lionel malas berdebat, dia langsung menuju walk-in closet untuk mengganti pakaiannya. Sementara Lily hanya terdiam dengan raut wajah muram. 

Bab terkait

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 7. Ryan? 

    Pagi menyapa dengan lembut di tengah musim salju, saat butiran salju turun perlahan dari langit, menutupi dunia di luar dengan selimut putih yang bersih. Di dalam mansion megah mereka, Lily dan Lionel duduk di meja makan yang elegan, dikelilingi oleh ornamen-ornamen indah dan lampu gantung yang berkilau. Suasana hangat dan nyaman menyelimuti mereka, kontras dengan dinginnya cuaca di luar.Lily menatap jendela besar yang menghadap ke taman, di mana salju menutupi setiap sudut, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Wanita cantik itu menghirup aroma kopi yang baru diseduh, yang menghangatkan suasana hati dan tubuhnya. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara, tetapi suasana hati Lily terasa jauh dari hangat. Wanita cantuk itu masih terbayang-bayang pesan yang dikirim oleh wanita asing bernama Paloma kepada suaminya. Meskipun dia berusaha untuk mengabaikannya, rasa kesal dan cemburu itu terus mengganggu pikirannya.Lily menatap Lionel, yang tampak tenang dan santai, menikmati sara

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-14
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 8. Kecurigaan yang Membentang 

    Lily berada di sebuah kafe kecil yang hangat di Brooklyn. Wanita cantik itu duduk di sudut dekat jendela, menyaksikan salju yang turun dengan lebat. Butiran-butiran salju berputar dan menari di udara sebelum akhirnya mendarat di jalanan yang sudah mulai tertutup lapisan putih. Suasana di dalam kafe terasa nyaman, dengan aroma kopi yang menggoda dan suara gemerisik gelas serta obrolan pengunjung lainnya. Di hadapan Lily ada Ryan, sosok yang sudah lama tidak bertemu dengannya, tersenyum sambil menyeruput cappuccino. “Kau terlihat semakin cantik Lily. Lama tidak bertemu, membuatmu semakin cantik,” puji Ryan dengan senyuman hangat di wajahnya. Pria tampan itu tak tahu sedikit pun dalam memberikan pujian pada Lily—yang memang terlihat luar biasa cantik. Lily hanya memoles wajahnya dengan riasan tipis. Coat berwarna cream dengan paduan celana panjang hitam, dan atasan berwarna hitam membuatnya tampil elegan. Pun tak lupa boat berwarna cream senada dengan coat sebagai penyempurna penampil

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-15
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 9. Tak LagI Sama 

    Tubuh Lily membeku mendengar suara wanita asing dari seberang sana. Suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Pun selain dirinya, tak pernah ada yang mungkin berani menjawab telepon suaminya. Namun, siapa wanita asing itu? Jutaan pertanyaan muncul di kepalanya, menimbulkan sesak di dada. “Kau siapa?” tanya Lily, berusaha tenang. “Ah, aku adalah teman Lionel. Maaf, aku harus tutup dulu. Nanti kalau Lionel sudah keluar dari toilet, aku akan menyampaikan padanya,” ucap wanita itu—yang langsung menutup panggilan secara sepihak. “Tunggu—” Tuttt … tuttt … Panggilan sudah tertutup. Lily tampak sangat kesal. Dia mencoba kembali menghubungi nomor suaminya, tapi yang dia dapatkan adalah penolakan. Hatinya bergemuruh tak menentu menunjukkan rasa yang tak nyaman. “Siapa wanita itu?” gumam Lily seraya meremas ponselnya. Lily tidak bisa tenang, dia mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Wanita cantik itu ingin segera meminta penjelasan pada sang suami, tapi bagaimana bisa? Tadi, di ka

    Terakhir Diperbarui : 2024-12-18
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 1. Takdir Belum Merestui

    “Negative, hasilnya masih negative.” Suara lembut terdengar putus asa dari seorang wanita cantik berambut cokelat tebal bernama Lily. Wanita itu tampak muram di kala hasil testpack-nya menunjukkan garis satu—yang menandakan hasilnya negative. Tidak ada harapan ada benih di dalam rahimnya. Lionel mengembuskan napas kasar. “Sudahku katakan, jangan selalu melakukan test kehamilan. Itu hanya membuatmu menjadi stress. Kenapa kau keras kepala sekali?!” serunya memberikan teguran pada sang istri. Lily semakin muram di kala dimarahi oleh sang suami. “A-aku hanya ingin segera memberikanmu keturunan, Sayang. Tahun ini sudah tahun kedua kita menikah, tapi aku belum bisa memberikanmu keturunan. Aku merasa gagal menjadi seorang wanita.” Mata Lily berkaca-kaca kala mengatakan hal itu. Wanita cantik berusia 24 tahun itu sudah menikah dengan Lionel De Vitto—pria yang sangat dia cintai selama dua tahun lamanya. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan padanya. Setiap hari, Lily

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-10
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 2. Perkataan Menyakitkan Sang Mertua

    Lily duduk di tepi ranjang, menunggu kepulangan sang suami. Meski suaminya itu mengatakan pulang terlambat, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak nyaman, dan tidak tenang. Dia merasakan seperti ada sesuatu hal yang mengusik ketenangan dalam dirinya. Hal tersebut yang membuat Lily menjadi sulit tidur. Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Salju di Manhattan semakin turun begit lebat. Lily menjadi sangat khawatir takut akan ada lagi badai salju, dan membuat suaminya menjadi sulit untuk pulang. “Aku harus menghubungi Lionel.” Lily memutuskan meraih ponselnya, dan menghubungi nomor sang suami. Namun, sayangnya beberapa kali nada tunggu terdengar, dan suaminya itu tak menjawab panggilannya. “Lionel tidak menjawabku. Apa dia benar-benar sangat sibuk?” gumam Lily lagi, yang terlihat jelas kemuraman di wajahnya. Suara pintu terbuka. Lily mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang berdiri di ambang pintu. Senyuman di wajah Lily terlukis. Wanita cantik itu langsung bangk

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 3. Memeriksa ke Dokter

    Lily mendatangi rumah sakit yang kerap dia kunjungi. Perkataan ibu mertuanya begitu menusuk, sampai membuatnya langsung bergegas ke rumah sakit. Wanita cantik itu bertekad kuat akan memberikan keturunan untuk sang suami. Walaupun dia kerap mendengar hasil yang belum membuahkan, tapi sampai kapan pun dia tak akan menyerah. “Selamat pagi, Nyonya De Vitto,” sapa sang dokter kandungan, dengan penuh keramahan. Lily tersenyum menatap sang dokter. “Selamat pagi, Dok.” “Nyonya, saya sedikit terkejut Anda ke sini sendiri. Saya pikir Anda akan bersama dengan Tuan De Vitto,” ujar sang dokter hangat. Lily sedikit muram kala mendengar ucapan sang dokter. Sudah lama dia mendatangi dokter kandungan hanya sendiri saja, tak bersama dengan sang suami. Bukan tanpa alasan, setiap kali dia mengajak suaminya, maka suaminya selalu mengatakan sibuk. Hal tersebut yang membuatnya kerap mengunjungi sang dokter seorang diri. “Suamiku sibuk, Dok,” jawab Lily lembut, terpaksa mengatakan ini. Sang dokter

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 4. Berhenti Cemburu Tidak Jelas!

    Lionel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul dua pagi. Pria tampan itu melangkah masuk ke dalam mansion, dan seketika langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan pelayan. “Selamat malam, Tuan,” sapa sang pelayan sopan. Lionel mengangguk singkat. “Apa ibuku masih di sini?” “Sudah tidak, Tuan. Nyonya Shada sudah pulang dari jam sepuluh malam,” jawab sang pelayan sopan. Lionel mengangguk lagi. “Di mana Lily? Apa dia sudah tidur?” “Tadi saya lihat Nyonya Lily ada di perpustakaan. Beliau bilang tidak bisa tidur, karena Anda belum pulang,” jawab sang pelayan lagi. Lionel mengembuskan napas kasar. ‘Wanita itu keras kepala sekali. Aku sudah memintanya untuk tidur duluan, kenapa malah belum tidur?’ gerutunya dalam hati. “Tuan, apa Anda ingin saya makan sesuatu? Jika iya, saya akan membuatkan makanan untuk Anda,” ucap sang pelayan menawarkan. Lionel menggelengkan kepalanya. “Aku masih kenyang. Aku ingin menyusul Lily sekarang.” “Baik,

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 5. Paloma yang Berusaha

    Lily duduk di tepi kolam renang, dengan sorot pandang lurus ke depan, seakan ada yang mengganggu ketenangan pikirannya. Embusan angin menerpa kulitnya, menyejukan membuat matanya sempat terpejam sebentar. Namun, di kala ketenangan itu menyergap, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel, yang membuat Lily membuka mata—dan mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang terletak di atas meja. “Siapa yang menghubungiku?” gumam Lily, seraya mengambil ponselnya ke layar—dan menatap tertera nama ‘Amelia’ di sana. Senyuman di wajah Lily terlukis, Amelia adalah teman semasa kuliahnya dulu, dan sudah lama dia tak berhubungan dengan Amelia. Lily segera menggeser tombol hijau, untuk menerima panggilan itu. “Amelia?” sapa Lily kala panggilan terhubung. “Lily, apa kabar?” tanya Amelia dari seberang sana. Lily tersenyum. “Aku baik, bagaimana denganmu?” “Aku juga baik, ngomong-ngomong, kau sekarang di mana, Lily?” “Aku di mansion suamiku, Amelia. Kenapa?” “Apa kau sibuk?” “Hem, tidak

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 9. Tak LagI Sama 

    Tubuh Lily membeku mendengar suara wanita asing dari seberang sana. Suara yang tak pernah dia dengar sebelumnya. Pun selain dirinya, tak pernah ada yang mungkin berani menjawab telepon suaminya. Namun, siapa wanita asing itu? Jutaan pertanyaan muncul di kepalanya, menimbulkan sesak di dada. “Kau siapa?” tanya Lily, berusaha tenang. “Ah, aku adalah teman Lionel. Maaf, aku harus tutup dulu. Nanti kalau Lionel sudah keluar dari toilet, aku akan menyampaikan padanya,” ucap wanita itu—yang langsung menutup panggilan secara sepihak. “Tunggu—” Tuttt … tuttt … Panggilan sudah tertutup. Lily tampak sangat kesal. Dia mencoba kembali menghubungi nomor suaminya, tapi yang dia dapatkan adalah penolakan. Hatinya bergemuruh tak menentu menunjukkan rasa yang tak nyaman. “Siapa wanita itu?” gumam Lily seraya meremas ponselnya. Lily tidak bisa tenang, dia mondar-mandir menunjukkan kegelisahannya. Wanita cantik itu ingin segera meminta penjelasan pada sang suami, tapi bagaimana bisa? Tadi, di ka

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 8. Kecurigaan yang Membentang 

    Lily berada di sebuah kafe kecil yang hangat di Brooklyn. Wanita cantik itu duduk di sudut dekat jendela, menyaksikan salju yang turun dengan lebat. Butiran-butiran salju berputar dan menari di udara sebelum akhirnya mendarat di jalanan yang sudah mulai tertutup lapisan putih. Suasana di dalam kafe terasa nyaman, dengan aroma kopi yang menggoda dan suara gemerisik gelas serta obrolan pengunjung lainnya. Di hadapan Lily ada Ryan, sosok yang sudah lama tidak bertemu dengannya, tersenyum sambil menyeruput cappuccino. “Kau terlihat semakin cantik Lily. Lama tidak bertemu, membuatmu semakin cantik,” puji Ryan dengan senyuman hangat di wajahnya. Pria tampan itu tak tahu sedikit pun dalam memberikan pujian pada Lily—yang memang terlihat luar biasa cantik. Lily hanya memoles wajahnya dengan riasan tipis. Coat berwarna cream dengan paduan celana panjang hitam, dan atasan berwarna hitam membuatnya tampil elegan. Pun tak lupa boat berwarna cream senada dengan coat sebagai penyempurna penampil

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 7. Ryan? 

    Pagi menyapa dengan lembut di tengah musim salju, saat butiran salju turun perlahan dari langit, menutupi dunia di luar dengan selimut putih yang bersih. Di dalam mansion megah mereka, Lily dan Lionel duduk di meja makan yang elegan, dikelilingi oleh ornamen-ornamen indah dan lampu gantung yang berkilau. Suasana hangat dan nyaman menyelimuti mereka, kontras dengan dinginnya cuaca di luar.Lily menatap jendela besar yang menghadap ke taman, di mana salju menutupi setiap sudut, menciptakan pemandangan yang menakjubkan. Wanita cantik itu menghirup aroma kopi yang baru diseduh, yang menghangatkan suasana hati dan tubuhnya. Aroma kopi yang baru diseduh memenuhi udara, tetapi suasana hati Lily terasa jauh dari hangat. Wanita cantuk itu masih terbayang-bayang pesan yang dikirim oleh wanita asing bernama Paloma kepada suaminya. Meskipun dia berusaha untuk mengabaikannya, rasa kesal dan cemburu itu terus mengganggu pikirannya.Lily menatap Lionel, yang tampak tenang dan santai, menikmati sara

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 6. Siapa Wanita yang Makan Siang Bersamamu? 

    “Terima kasih sudah mengantarku, Amelia.” Lily melukiskan senyuman paksaan di wajahnya, di kala mobil Amelia telah berhenti di depan mansion-nya. Senyuman yang dia paksakan seharian ini, agar Amelia tidak curiga bahwa perasaannya kali ini sangat campur aduk. Amelia menatap cemas Lily yang tampak berbeda seharian ini. “Kau benar baik-baik saja, kan?” tanyanya khawatir. Lily mengangguk. “Ya, Amelia. Tentu aku baik-baik saja. Jangan khawatir.” Amelia terdiam sejenak, merasa ragu akan jawaban Lily. Namun, dia menyadari dirinya tak bisa bertanya lebih dalama. Sebab, bagaimanapun Lily sudah berumah tangga. Berbeda di masa dulu di mana Lily masih belum menikah, bisa bercerita banyak hal. “Baiklah, Lily. Sampai jumpa lagi. Jika nanti kau hadir di acara reuni, tolong kabari aku, ya?” pinta Amelia pada Lily. Lily mengangguk, dengan senyuman hangat di wajahnya. Detik selanjutnya, dia membuka seat belt—dan turun dari mobil Amelia. Tepat di kala dia sudah turun, mobil Amelia melaju meningga

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 5. Paloma yang Berusaha

    Lily duduk di tepi kolam renang, dengan sorot pandang lurus ke depan, seakan ada yang mengganggu ketenangan pikirannya. Embusan angin menerpa kulitnya, menyejukan membuat matanya sempat terpejam sebentar. Namun, di kala ketenangan itu menyergap, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel, yang membuat Lily membuka mata—dan mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang terletak di atas meja. “Siapa yang menghubungiku?” gumam Lily, seraya mengambil ponselnya ke layar—dan menatap tertera nama ‘Amelia’ di sana. Senyuman di wajah Lily terlukis, Amelia adalah teman semasa kuliahnya dulu, dan sudah lama dia tak berhubungan dengan Amelia. Lily segera menggeser tombol hijau, untuk menerima panggilan itu. “Amelia?” sapa Lily kala panggilan terhubung. “Lily, apa kabar?” tanya Amelia dari seberang sana. Lily tersenyum. “Aku baik, bagaimana denganmu?” “Aku juga baik, ngomong-ngomong, kau sekarang di mana, Lily?” “Aku di mansion suamiku, Amelia. Kenapa?” “Apa kau sibuk?” “Hem, tidak

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 4. Berhenti Cemburu Tidak Jelas!

    Lionel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul dua pagi. Pria tampan itu melangkah masuk ke dalam mansion, dan seketika langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan pelayan. “Selamat malam, Tuan,” sapa sang pelayan sopan. Lionel mengangguk singkat. “Apa ibuku masih di sini?” “Sudah tidak, Tuan. Nyonya Shada sudah pulang dari jam sepuluh malam,” jawab sang pelayan sopan. Lionel mengangguk lagi. “Di mana Lily? Apa dia sudah tidur?” “Tadi saya lihat Nyonya Lily ada di perpustakaan. Beliau bilang tidak bisa tidur, karena Anda belum pulang,” jawab sang pelayan lagi. Lionel mengembuskan napas kasar. ‘Wanita itu keras kepala sekali. Aku sudah memintanya untuk tidur duluan, kenapa malah belum tidur?’ gerutunya dalam hati. “Tuan, apa Anda ingin saya makan sesuatu? Jika iya, saya akan membuatkan makanan untuk Anda,” ucap sang pelayan menawarkan. Lionel menggelengkan kepalanya. “Aku masih kenyang. Aku ingin menyusul Lily sekarang.” “Baik,

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 3. Memeriksa ke Dokter

    Lily mendatangi rumah sakit yang kerap dia kunjungi. Perkataan ibu mertuanya begitu menusuk, sampai membuatnya langsung bergegas ke rumah sakit. Wanita cantik itu bertekad kuat akan memberikan keturunan untuk sang suami. Walaupun dia kerap mendengar hasil yang belum membuahkan, tapi sampai kapan pun dia tak akan menyerah. “Selamat pagi, Nyonya De Vitto,” sapa sang dokter kandungan, dengan penuh keramahan. Lily tersenyum menatap sang dokter. “Selamat pagi, Dok.” “Nyonya, saya sedikit terkejut Anda ke sini sendiri. Saya pikir Anda akan bersama dengan Tuan De Vitto,” ujar sang dokter hangat. Lily sedikit muram kala mendengar ucapan sang dokter. Sudah lama dia mendatangi dokter kandungan hanya sendiri saja, tak bersama dengan sang suami. Bukan tanpa alasan, setiap kali dia mengajak suaminya, maka suaminya selalu mengatakan sibuk. Hal tersebut yang membuatnya kerap mengunjungi sang dokter seorang diri. “Suamiku sibuk, Dok,” jawab Lily lembut, terpaksa mengatakan ini. Sang dokter

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 2. Perkataan Menyakitkan Sang Mertua

    Lily duduk di tepi ranjang, menunggu kepulangan sang suami. Meski suaminya itu mengatakan pulang terlambat, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak nyaman, dan tidak tenang. Dia merasakan seperti ada sesuatu hal yang mengusik ketenangan dalam dirinya. Hal tersebut yang membuat Lily menjadi sulit tidur. Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Salju di Manhattan semakin turun begit lebat. Lily menjadi sangat khawatir takut akan ada lagi badai salju, dan membuat suaminya menjadi sulit untuk pulang. “Aku harus menghubungi Lionel.” Lily memutuskan meraih ponselnya, dan menghubungi nomor sang suami. Namun, sayangnya beberapa kali nada tunggu terdengar, dan suaminya itu tak menjawab panggilannya. “Lionel tidak menjawabku. Apa dia benar-benar sangat sibuk?” gumam Lily lagi, yang terlihat jelas kemuraman di wajahnya. Suara pintu terbuka. Lily mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang berdiri di ambang pintu. Senyuman di wajah Lily terlukis. Wanita cantik itu langsung bangk

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 1. Takdir Belum Merestui

    “Negative, hasilnya masih negative.” Suara lembut terdengar putus asa dari seorang wanita cantik berambut cokelat tebal bernama Lily. Wanita itu tampak muram di kala hasil testpack-nya menunjukkan garis satu—yang menandakan hasilnya negative. Tidak ada harapan ada benih di dalam rahimnya. Lionel mengembuskan napas kasar. “Sudahku katakan, jangan selalu melakukan test kehamilan. Itu hanya membuatmu menjadi stress. Kenapa kau keras kepala sekali?!” serunya memberikan teguran pada sang istri. Lily semakin muram di kala dimarahi oleh sang suami. “A-aku hanya ingin segera memberikanmu keturunan, Sayang. Tahun ini sudah tahun kedua kita menikah, tapi aku belum bisa memberikanmu keturunan. Aku merasa gagal menjadi seorang wanita.” Mata Lily berkaca-kaca kala mengatakan hal itu. Wanita cantik berusia 24 tahun itu sudah menikah dengan Lionel De Vitto—pria yang sangat dia cintai selama dua tahun lamanya. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan padanya. Setiap hari, Lily

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status