Beranda / Pernikahan / Pesona Istri Yang Terabaikan / Bab 1. Takdir Belum Merestui

Share

Pesona Istri Yang Terabaikan
Pesona Istri Yang Terabaikan
Penulis: Abigail Kusuma

Bab 1. Takdir Belum Merestui

Penulis: Abigail Kusuma
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-10 17:36:44

Negative, hasilnya masih negative.”

Suara lembut terdengar putus asa dari seorang wanita cantik berambut cokelat tebal bernama Lily. Wanita itu tampak muram di kala hasil testpack-nya menunjukkan garis satu—yang menandakan hasilnya negative. Tidak ada harapan ada benih di dalam rahimnya.  

Lionel mengembuskan napas kasar. “Sudahku katakan, jangan selalu melakukan test kehamilan. Itu hanya membuatmu menjadi stress. Kenapa kau keras kepala sekali?!” serunya memberikan teguran pada sang istri.

Lily semakin muram di kala dimarahi oleh sang suami. “A-aku hanya ingin segera memberikanmu keturunan, Sayang. Tahun ini sudah tahun kedua kita menikah, tapi aku belum bisa memberikanmu keturunan. Aku merasa gagal menjadi seorang wanita.”

Mata Lily berkaca-kaca kala mengatakan hal itu. Wanita cantik berusia 24 tahun itu sudah menikah dengan Lionel De Vitto—pria yang sangat dia cintai selama dua tahun lamanya. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan padanya. Setiap hari, Lily selalu melakukan test kehamilan, dia berharap ada mujizat terjadi. Sayangnya sepertinya takdir belum mengizinkan Lily untuk memiliki keturunan.   

“Kau bisa mencoba lagi nanti. Tidak harus mencoba setiap hari,” jawab Lionel tegas. 

“Sayang, tapi—”

“Aku harus pergi ke kantor. Kemungkinan nanti malam aku akan pulang terlambat. Jangan menungguku pulang. Kau istirahat saja duluan,” balas Lionel—dan langsung melangkah pergi meninggalkan Lily begitu saja.  

Lily hendak mengejar sang suami, tapi sayangnya langkah kaki suaminya begitu cepat, membuatnya tertinggal. Wanita cantik itu duduk di tepi ranjang—dengan air mata yang mulai jatuh membasahi pipinya. Ya, selama ini memang suaminya tak pernah menuntut untuk segera memiliki keturunan, tapi dia sangat tahu jauh dari dalam lubuk hati sang suami begitu menginginkan memiliki keturunan.  

Lily menyeka air matanya, tatapannya teralih pada foto pernikahannya yang terpajang di dinding. Senyuman mulai terlukis. Dia dan Lionel saling mencintai meski mereka bukan dikasta yang sama. Wanita cantik itu dibesarkan di panti asuhan. Kedua orang tua Lily meninggal karena kecelakaan, membuatnya harus hidup di panti asuhan.

Sementara Lionel lahir dari keluarga yang sangat hebat. Pengusaha besar di Amerika tentu mengenal sosok Lionel De Vitto. Sangat berbeda jauh dengan kehidupan Lily yang sederhana. Pertemuan Lily dan Lionel, karena Lily mendapatkan beasiswa di Harvard University—kampus bergengsi di Amerika yang terkenal dengan orang-orang cerdas.

Lily pikir setelah menikah dengan Lionel, hidupnya akan sempurna. Sebab selama ini, Lionel selalu mencukupi kehidupan Lily. Bahkan Lionel melarang keras Lily untuk bekerja, karena Lionel tak ingin Lily kelelahan. Akan tetapi, sayangnya semua hal indah itu memiliki rintangan. Wanita itu masih belum bisa memberikan keturunan, sedangkan dia tahu bahwa sang suami harus memiliki penerus.

De Vitto adalah keluarga berpengaruh di Amerika. Lionel merupakan anak tunggal, dan tentu diharuskan memiliki keturunan untuk meneruskan De Vitto Group—yang mana salah satu perusahaan raksasa asal Amerika.

Ini yang menjadi beban Lily. Dia sangat mencintai suaminya, dan sangat takut kehilangan suaminya, karena dia tak bisa memberikan keturunan. Berbagai pengobatan telah dia datangi. Dokter selalu mengatakan dirinya dan Lionel sehat, tapi fakta yang ada tetap mereka masih belum dikaruniai keturunan.

“Apa yang harus aku lakukan?” gumam Lily lirih, dengan raut wajah tak sanggup membendung kesedihannya.

***

Musim salju di kota Manhattan, membuat Lionel sedikit kesulitan dalam melajukan mobil. Beberapa jalanan ditutup, karena balok es yang menutupi jalan. Sejak tadi pria tampan berusia 26 tahun itu tak henti meloloskan umpatan kesal. Dia memiliki meeting penting, dan semua terhalang karena kejadian menyebalkan ini.

Lionel menyetel berita di mobilnya, dan yang tersiarkan adalah beberapa jalanan ditutup. Bahkan perkiraan cuaca dalam dua jam ke depan akan ada badai salju. Pemerintah sudah memberikan peringatan untuk seluruh penduduk berdiam diri di rumah.

Namun, tidak berlaku untuk Lionel De Vitto. Pria tampan itu memiliki janji penting bertemu dengan rekan bisnisnya. Sejak dulu, dia tak suka jika adanya inkar janji. Jika sudah dirinya berjanji akan datang, maka dia akan selalu mengupayakan untuk datang.

Shit!” Lionel memukul setir mobil, dia mencoba mencari jalan untuk menuju perusahaannya. Sampai ketika dirinya berhasil menemukan jalan, dia langsung menginjak pedal gas—dan melajukan mobil dengan kecepatan penuh guna segera sampai di perusahaan.

Lionel melaju dengan kecepatan tinggi, dan sialnya dia tak melihat ada seorang wanita menyeberang jalan. Sontak, dia terkejut. Pria tampan itu terlambat menginjak rem—dan membuat tubuh wanita itu terpental cukup jauh.

Fuck!” umpat Lionel merutuki kebodohannya, dia langsung turun dari mobil, dan berlari menghampiri wanita yang dia tabrak itu.

“Nona? Anda tidak apa-apa?” tanya Lionel panik, seraya meraih tubuh wanita itu yang sudah tergeletak di atas tumpukan salju. Beruntung jalanan banyak ditutupi balok es. Pun wanita itu memakai pakaian tebal, jika tidak pasti wanita itu sudah banyak terluka.

Wanita cantik berambut pirang itu merintih kesakitan. “T-tidak apa-apa, Tuan,” jawabnya pelan, dengan tatapan yang tak berkedip menatap kagum paras Lionel yang sangat tampan.  

Lionel merasa ada yang tidak beres. Dia menoleh melihat kaki wanita itu sudah mengeluarkan banyak darah. “Kau terluka. Aku akan membawamu ke rumah sakit.”

“Tuan, tapi—” Wanita cantik itu hendak bersuara, tapi Lionel langsung menggendongnya dengan gaya bridal—menuju mobilnya. Tampak wanita cantik berambut pirang itu tersipu di kala Lionel menggendongnya dengan penuh perhatian.  

Hal yang dilakukan Lionel, di kala tiba di rumah sakit adalah membawa wanita yang dia tabrak bertemu dengan dokter yang sering mengurus keluarga De Vitto. Pria itu terpaksa membatalkan meeting, karena kebodohannya yang menabrak seorang wanita.

“Dr Gregg Sulkin, tolong periksa dia,” titah Lionel tegas pada sang dokter.

“Baik, Tuan,” jawab sang dokter yang langsung bertindak. “Tuan De Vitto, Nona ini harus mendapatkan jahitan di kakinya. Lukanya cukup dalam.” Lapornya memberi tahu keadaan wanita yang ditabrak Lionel.

Lionel mengangguk. “Lakukan yang terbaik.”

“Baik, Tuan.” Dokter itu menyuntikan obat bius ke kaki wanita itu, tapi dengan cepat wanita itu menggelengkan kepalanya.

“Dokter, aku takut jarum suntik,” ucap wanita itu menunjukkan ketakutan di wajahnya.

“Nona, Anda harus mendapatkan bius. Ini bukan bius yang membuat Anda tidur, tapi bius yang hanya akan membuat Anda tidak merasakan sakit saat dijahit.”

“Dokter, disuntik tetap sakit. Aku tidak mau.”

“Nona, jika tidak disuntik obat bius saya khawatir Anda tidak akan sanggup menahan sakit saat saya menjahit luka Anda.”

Wanita itu terisak pelan, “T-tapi aku takut.”

Lionel iba dengan wanita yang dia tabrak. Bagaimanapun semua terjadi karena dirinya. Dia membungkukkan tubuhnya, mensejajarkan ke tubuh wanita itu yang duduk. Postur tubuhnya yang tinggi dan gagah, jelas membuatnya harus memembungkuk.

“Aku lupa bertanya namamu. Siapa namamu?” tanya Lionel seraya menatap dalam manik mata silver wanita berambut pirang itu.

“Paloma Gish. Kau bisa memanggilku Paloma,” jawab wanita cantik bernama Paloma itu, dengan pipi yang merona merah di kala jaraknya dengan Lionel sangat dekat.

“Pegang tanganku, dan pejamkan matamu. Mungkin itu bisa mengurangi rasa sakit saat dokter menyuntikmu,” balas Lionel dengan sorot mata dalam menatap Paloma.

“Apa boleh?” tanya Paloma seraya menggigit bibir bawahnya.

Lionel mengangguk. “Ya, aku mengizinkanmu.”

Paloma tersenyum, lalu dia memegang erat tangan Lionel—tidak, lebih tepatnya dia memeluk lengan pria itu seraya memejamkan mata. Sementara dokter langsung bertindak menyuntikan obat bius ke kaki Paloma. Terdengar rintihan nyeri lolos di bibir wanita itu, dan yang dilakukannya sekarang malah memeluk leher Lionel seraya menenggelamkan wajahnya di leher pria tampan itu.

***

Holla, welcome ini karya perdanaku yang bener-bener beda dari novel-novel yang lain. Kalian nggak perlu khawatir, novel ini berdiri sendiri, nggak ada sangkut pautnya sama novel lain.

Novel ini akan cukup mengguncang perasaan kalian, semua konsep cerita ini sampai ending sudah diatur, mohon bersabar saat membaca novel ini yaa. Abi akan usahakan selalu up setiap hari khusus novel ini. 

Jangan lupa follow I*: abigail_kusuma95 (Info seputar novel ada di I*)

Bab terkait

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 2. Perkataan Menyakitkan Sang Mertua

    Lily duduk di tepi ranjang, menunggu kepulangan sang suami. Meski suaminya itu mengatakan pulang terlambat, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak nyaman, dan tidak tenang. Dia merasakan seperti ada sesuatu hal yang mengusik ketenangan dalam dirinya. Hal tersebut yang membuat Lily menjadi sulit tidur.Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Salju di kota Manhattan semakin turun begit lebat. Lily menjadi sangat khawatir takut akan ada lagi badai salju, dan membuat suaminya menjadi sulit untuk pulang.“Aku harus menghubungi Lionel.” Lily memutuskan meraih ponselnya, dan menghubungi nomor sang suami. Namun, sayangnya beberapa kali nada tunggu terdengar, dan suaminya itu tak menjawab panggilannya.“Lionel tidak menjawabku. Apa dia benar-benar sangat sibuk?” gumam Lily lagi, yang terlihat jelas kemuraman di wajahnya.Suara pintu terbuka. Lily mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang berdiri di ambang pintu. Senyuman di wajah Lily terlukis. Wanita cantik itu langsung bangkit

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-16
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 3. Memeriksa ke Dokter

    Lily mendatangi rumah sakit yang kerap dia kunjungi. Perkataan ibu mertuanya begitu menusuk, sampai membuatnya langsung bergegas ke rumah sakit. Wanita cantik itu bertekad kuat akan memberikan keturunan untuk sang suami. Walaupun dia kerap mendengar hasil yang belum membuahkan, tapi sampai kapan pun dia tak akan menyerah.“Selamat pagi, Nyonya De Vitto,” sapa sang dokter kandungan, dengan penuh keramahan.Lily tersenyum menatap sang dokter. “Selamat pagi, Dok.”“Nyonya, saya sedikit terkejut Anda ke sini sendiri. Saya pikir Anda akan bersama dengan Tuan De Vitto,” ujar sang dokter hangat. Lily sedikit muram kala mendengar ucapan sang dokter. Sudah lama dia mendatangi dokter kandungan hanya sendiri saja, tak bersama dengan sang suami. Bukan tanpa alasan, setiap kali dia mengajak suaminya, maka suaminya selalu mengatakan sibuk. Hal tersebut yang membuatnya kerap mengunjungi sang dokter seorang diri.“Suamiku sibuk, Dok,” jawab Lily lembut, terpaksa mengatakan ini.Sang dokter mengangg

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-18
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 4. Berhenti Cemburu Tidak Jelas!

    Lionel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul dua pagi. Pria tampan itu melangkah masuk ke dalam mansion, dan seketika langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan pelayan.“Selamat malam, Tuan,” sapa sang pelayan sopan.Lionel mengangguk singkat. “Apa ibuku masih di sini?”“Sudah tidak, Tuan. Nyonya Shada sudah pulang dari jam sepuluh malam,” jawab sang pelayan sopan.Lionel mengangguk lagi. “Di mana Lily? Apa dia sudah tidur?”“Tadi saya lihat Nyonya Lily ada di perpustakaan. Beliau bilang tidak bisa tidur, karena Anda belum pulang,” jawab sang pelayan lagi.Lionel mengembuskan napas kasar. ‘Wanita itu keras kepala sekali. Aku sudah memintanya untuk tidur duluan, kenapa malah belum tidur?’ gerutunya dalam hati.“Tuan, apa Anda ingin saya makan sesuatu? Jika iya, saya akan membuatkan makanan untuk Anda,” ucap sang pelayan menawarkan.Lionel menggelengkan kepalanya. “Aku masih kenyang. Aku ingin menyusul Lily sekarang.”“Baik, Tuan,” jawab pel

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25
  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 5. Paloma yang Berusaha

    Lily duduk di tepi kolam renang, dengan sorot pandang lurus ke depan, seakan ada yang mengganggu ketenangan pikirannya. Embusan angin menerpa kulitnya, menyejukan membuat matanya sempat terpejam sebentar. Namun, di kala ketenangan itu menyergap, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel, yang membuat Lily membuka mata—dan mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang terletak di atas meja.“Siapa yang menghubungiku?” gumam Lily, seraya mengambil ponselnya ke layar—dan menatap tertera nama ‘Amelia’ di sana. Senyuman di wajah Lily terlukis, Amelia adalah teman semasa kuliahnya dulu, dan sudah lama dia tak berhubungan dengan Amelia.Lily segera menggeser tombol hijau, untuk menerima panggilan itu.“Amelia?” sapa Lily kala panggilan terhubung.“Lily, apa kabar?” tanya Amelia dari seberang sana. Lily tersenyum. “Aku baik, bagaimana denganmu?” “Aku juga baik, ngomong-ngomong, kau sekarang di mana, Lily?” “Aku di mansion suamiku, Amelia. Kenapa?”“Apa kau sibuk?” “Hem, tidak. Aku tidak s

    Terakhir Diperbarui : 2024-10-25

Bab terbaru

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 5. Paloma yang Berusaha

    Lily duduk di tepi kolam renang, dengan sorot pandang lurus ke depan, seakan ada yang mengganggu ketenangan pikirannya. Embusan angin menerpa kulitnya, menyejukan membuat matanya sempat terpejam sebentar. Namun, di kala ketenangan itu menyergap, tiba-tiba saja terdengar dering ponsel, yang membuat Lily membuka mata—dan mengalihkan pandangannya ke arah ponselnya yang terletak di atas meja.“Siapa yang menghubungiku?” gumam Lily, seraya mengambil ponselnya ke layar—dan menatap tertera nama ‘Amelia’ di sana. Senyuman di wajah Lily terlukis, Amelia adalah teman semasa kuliahnya dulu, dan sudah lama dia tak berhubungan dengan Amelia.Lily segera menggeser tombol hijau, untuk menerima panggilan itu.“Amelia?” sapa Lily kala panggilan terhubung.“Lily, apa kabar?” tanya Amelia dari seberang sana. Lily tersenyum. “Aku baik, bagaimana denganmu?” “Aku juga baik, ngomong-ngomong, kau sekarang di mana, Lily?” “Aku di mansion suamiku, Amelia. Kenapa?”“Apa kau sibuk?” “Hem, tidak. Aku tidak s

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 4. Berhenti Cemburu Tidak Jelas!

    Lionel melirik arloji yang melingkar di pergelangan tangannya, waktu menunjukkan pukul dua pagi. Pria tampan itu melangkah masuk ke dalam mansion, dan seketika langkahnya terhenti di kala berpapasan dengan pelayan.“Selamat malam, Tuan,” sapa sang pelayan sopan.Lionel mengangguk singkat. “Apa ibuku masih di sini?”“Sudah tidak, Tuan. Nyonya Shada sudah pulang dari jam sepuluh malam,” jawab sang pelayan sopan.Lionel mengangguk lagi. “Di mana Lily? Apa dia sudah tidur?”“Tadi saya lihat Nyonya Lily ada di perpustakaan. Beliau bilang tidak bisa tidur, karena Anda belum pulang,” jawab sang pelayan lagi.Lionel mengembuskan napas kasar. ‘Wanita itu keras kepala sekali. Aku sudah memintanya untuk tidur duluan, kenapa malah belum tidur?’ gerutunya dalam hati.“Tuan, apa Anda ingin saya makan sesuatu? Jika iya, saya akan membuatkan makanan untuk Anda,” ucap sang pelayan menawarkan.Lionel menggelengkan kepalanya. “Aku masih kenyang. Aku ingin menyusul Lily sekarang.”“Baik, Tuan,” jawab pel

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 3. Memeriksa ke Dokter

    Lily mendatangi rumah sakit yang kerap dia kunjungi. Perkataan ibu mertuanya begitu menusuk, sampai membuatnya langsung bergegas ke rumah sakit. Wanita cantik itu bertekad kuat akan memberikan keturunan untuk sang suami. Walaupun dia kerap mendengar hasil yang belum membuahkan, tapi sampai kapan pun dia tak akan menyerah.“Selamat pagi, Nyonya De Vitto,” sapa sang dokter kandungan, dengan penuh keramahan.Lily tersenyum menatap sang dokter. “Selamat pagi, Dok.”“Nyonya, saya sedikit terkejut Anda ke sini sendiri. Saya pikir Anda akan bersama dengan Tuan De Vitto,” ujar sang dokter hangat. Lily sedikit muram kala mendengar ucapan sang dokter. Sudah lama dia mendatangi dokter kandungan hanya sendiri saja, tak bersama dengan sang suami. Bukan tanpa alasan, setiap kali dia mengajak suaminya, maka suaminya selalu mengatakan sibuk. Hal tersebut yang membuatnya kerap mengunjungi sang dokter seorang diri.“Suamiku sibuk, Dok,” jawab Lily lembut, terpaksa mengatakan ini.Sang dokter mengangg

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 2. Perkataan Menyakitkan Sang Mertua

    Lily duduk di tepi ranjang, menunggu kepulangan sang suami. Meski suaminya itu mengatakan pulang terlambat, tapi entah kenapa hatinya merasa tidak nyaman, dan tidak tenang. Dia merasakan seperti ada sesuatu hal yang mengusik ketenangan dalam dirinya. Hal tersebut yang membuat Lily menjadi sulit tidur.Jam dinding menunjukkan pukul dua belas malam. Salju di kota Manhattan semakin turun begit lebat. Lily menjadi sangat khawatir takut akan ada lagi badai salju, dan membuat suaminya menjadi sulit untuk pulang.“Aku harus menghubungi Lionel.” Lily memutuskan meraih ponselnya, dan menghubungi nomor sang suami. Namun, sayangnya beberapa kali nada tunggu terdengar, dan suaminya itu tak menjawab panggilannya.“Lionel tidak menjawabku. Apa dia benar-benar sangat sibuk?” gumam Lily lagi, yang terlihat jelas kemuraman di wajahnya.Suara pintu terbuka. Lily mengalihkan pandangannya, menatap sang suami yang berdiri di ambang pintu. Senyuman di wajah Lily terlukis. Wanita cantik itu langsung bangkit

  • Pesona Istri Yang Terabaikan   Bab 1. Takdir Belum Merestui

    “Negative, hasilnya masih negative.”Suara lembut terdengar putus asa dari seorang wanita cantik berambut cokelat tebal bernama Lily. Wanita itu tampak muram di kala hasil testpack-nya menunjukkan garis satu—yang menandakan hasilnya negative. Tidak ada harapan ada benih di dalam rahimnya. Lionel mengembuskan napas kasar. “Sudahku katakan, jangan selalu melakukan test kehamilan. Itu hanya membuatmu menjadi stress. Kenapa kau keras kepala sekali?!” serunya memberikan teguran pada sang istri.Lily semakin muram di kala dimarahi oleh sang suami. “A-aku hanya ingin segera memberikanmu keturunan, Sayang. Tahun ini sudah tahun kedua kita menikah, tapi aku belum bisa memberikanmu keturunan. Aku merasa gagal menjadi seorang wanita.”Mata Lily berkaca-kaca kala mengatakan hal itu. Wanita cantik berusia 24 tahun itu sudah menikah dengan Lionel De Vitto—pria yang sangat dia cintai selama dua tahun lamanya. Namun, sampai detik ini belum ada tanda-tanda kehamilan padanya. Setiap hari, Lily selalu

DMCA.com Protection Status